Seorang lelaki terlihat khusuk melihat handphonenya, dan lalu berkata kepada orang-orang yang duduk bersamanya: “Saya terkesima membaca berita tentang pidato perpisahan yang disampaikan Obama dari Chicago, Amerika.”
Raut wajah lelaki muda itu memang memperlihatkan pesona keharuan. Tapi, yang lebih mengejutkan ketika ia mengatakan “menarik jika kita mau melihat Bireuen dari pidato presiden yang dicintai rakyat Amerika, bahkan di saat akhir masa jabatannya, malah dia masih diharapkan agar sesudah empat tahun lagi, bersedia kembali untuk mencalonkan diri.”
Sejenak lelaki itu menarik nafas. Udara nyaris terlihat ketika dadanya tampak bergerak bergelombang. “Apa mungkin di Bireuen bisa memiliki Bupati yang di awal pidato pelantikan atau di pidato perpisahan bisa mengatakan penuh bangga kepada istri, anak-anak, dan juga wakilnya?”
Pertanyaan ini membuat kopi yang dihirupnya pelan bagai bertambah pahit. Soalnya, segelas air putih kemudian ia habiskan.
Menurutnya, sudah jadi fenomena umum, bupati yang bertengkar dengan wakilnya. Di daerah lain, ada pula yang begitu menjabat bupati sudah menambah istri, dan ada juga yang terlibat cinta segitiga, dan malah ada yang sampai tertangkap. “Kalau begini, bagaimana mungkin mencontoh pidato Obama yang dengan penuh haru memuji istrinya, anak-anaknya, dan juga wakilnya.”
“Michelle, kamu bukan hanya satu-satunya. Untuk lebih dari 25 tahun, kamu bukan hanya istri dan ibu dari anak-anak saya, tetapi sahabat saya. Kamu mengambil banyak peran dengan gaya dan humor yang baik. Kamu membuat Gedung Putih tempat milik semua orang, kamu sebagai panutan. Kamu telah membuat saya bangga. Kamu telah membuat negara bangga,” katanya mengutip pujian Obama untuk istrinya.
Lelaki itu juga mengutip pujian Obama untuk wakilnya, Joe Biden. “Anda adalah pilihan saya yang terbaik. Bukan hanya karena Anda telah menjadi Wakil Presiden, tetapi saya mendapatkan saudara. Persahabatan Anda telah menjadi salah satu kegembiraan besar dalam hidup rakyat AS.”
Lelaki itu lalu terdiam lagi sejenak, dan bertanya kepada salah seorang yang duduk dihadapannya: “Anda orang Biruen?” Dan begitu mengetahui bukan, ia dengan nada rendah berkata: “Semoga saja kami di sini dapat terpilih calon Bupati dan Wakil Bupati Bireuen yang pada pidato perpisahannya nanti usai berkerja lima tahun, juga bisa seperti Obama.”
Sebuah ungkapan yang membuat seorang perempuan yang duduk disampingnya tersenyum bangga. Rupanya mereka pasangan pengantin baru yang berharap dapat menjadi bagian dari pemilih yang memiliki tujuan membaikkan Biruen lebih baik lagi. Dari jarak meja yang bersebelahan, saya merekam akan harapan itu. Sebelum mereka bangkit, dan bubar ngopi bersama, saya melirik dua pemuda yang menggerutu tapi tak banyak membantah, mungkin ia sadar keadaan. Saya pun langsung meluncur di internet untuk mencari tahu kebenaran pidato perpisahan Obama itu.[]