Penggunaan media menjadi salah satu kebutuhan primer bagi semua orang. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan akan informasi, hiburan, pendidikan, akses pengetahuan yang dapat dilakukan dari belahan bumi yang berbeda. Kemajuan teknologi menjadikan media sebagai perangkat-perangkat yang diproduksi oleh industri sehingga kita mengenal istilah “dunia dalam genggaman”. Kemudahan dalam berkomunikasi menjadi salah satu alasan media menjadi alat utama bagi masyarakat dalam memperoleh informasi yang tepat. Kehadiran media baru (new media) menjadikan informasi sebagai sesuatu yang mudah dicari dan terbuka yang dikenal dengan istilah “world without secret” menurut Richard Hunter (2002) dalam Rulli Nasrulah.
Dewasa ini new media tidak hanya digunakan dalam bidang jurnalisme, politik, marketing, namun juga sudah merambah ke dunia public relations atau yang biasa kita kenal dengan hubungan masyarakat (humas). Humas ini memiliki publik yang beragam, sehingga konten atau public relations-nya juga berbeda-beda. Sebelum era internet, praktisi humas harus melayangkan surat publikasi melalui brosur, selebaran atau majalah kepada publik yang harus disebarkan satu persatu. Kehadiran media baru menjadi sebuah inovasi terbaru dalam kegiatan PR termasuk humas pemerintah. Informasi yang ditayangkan melalui media sosial yang merupakan salah satu dari media baru bisa langsung menjangkau publik yang lebih besar.
Sayangnya, keutamaan new media ini belum dimanfaatkan secara maksimal dan menjadi perhatian serius bagi sebagian praktisi humas, begitu juga humas pemerintah. Hal ini menjadi sebuah tantangan perkembangan sektor pariwisata yang dinilai sangat kompleks, ketatnya persaingan hingga tuntutan konsumen, pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi komunikasi. Oleh karena itu juga diperlukan sumber daya manusia yang andal di bidang pariwisata. Untuk menghasilkan SDM yang berkompetensi ternyata tidaklah mudah, perlu dilakukan manajemen yang baik, perencanaan komunikasi, pendidikan dan pelatihan dalam memberikan pelayanan jasa secara komprehensif. Hal inilah yang tentunya ada pada public relations atau pada praktisi humas.
Oleh karena itu, praktisi humas harus bisa memanfaatkan media konvensional sebagai media utama untuk mensosialisasikan, mempromosikan kebijakan, kegiatan, program yang akan maupun telah dilaksanakan. Kondisi ini tentunya menjadi permasalahan besar, mengingat publik saat ini adalah pengguna internet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan dapat kita lihat pada humas pemerintah khususnya Sumatera Barat yang belum terlalu memanfaatkan penggunaan media sosial sebagai media baru harus luas dalam mempromosikan pariwisata Sumatera Barat, karena humas provinsi berfungsi sebagai pemegang tampuk utama dalam pemerintahan yang seharusnya menjadi contoh, panutan bagi humas kabupaten/kota lainnya di wilayah Sumbar dan juga masyarakat yang terkait dalam mempromosikan pariwisata di Sumbar ini.
Hal ini sangat dikedepankan karena seiring dengan kemajuan teknologi media baru dan salah satu aktivitas humas adalah promosi, jadi humas harus mempromosikan potensi wisata yang tersebar di seluruh wilayah Sumbar. Sumbar sangat kaya akan destinasi wisata, sangat disayangkan apabila promosi dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki kesadaran tinggi terhadap potensi pariwisata Sumbar namun pendapatannya malah diperoleh oleh pihak-pihak di luar Sumbar.
Kajian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat setempat, terutama humas pemerintahan dalam mempromosikan pariwisata Sumbar. Sebagaimana kita ketahui pariwisata merupakan sektor strategis yang harus dikembangkan di Indonesia, khususnya di wilayah Sumbar. Pariwisata penyumbang income setiap tahunnya, sektor pariwisata diyakini akan lebih terkendali apabila ada partisipasi dari semua stakeholder. Stakeholders internal dan eksternal dalam public relations merupakan ujung tombak dari semua kegiatan promosi pariwisata. Apabila salah satu stakeholders tidak melakukan peranan sebagaimana mestinya maka proses komunikasi promosi akan terhambat.
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dapat menggambarkan bagaimana media baru dapat efektif berperan dalam mempromosikan pariwisata, pertama penelitian yang dilakukan oleh Zahrotul Umami berjudul “Social Strategy pada Media Sosial untuk Promosi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa promosi menjadi mudah dan murah dengan menggunakan media sosial. Pelaku pariwisata Yogyakarta seperti Wirawisata Goa Pindul, Edu Hostel, Resmile Motor, Salaka Pondoh, Dagadu, Toko Oleh-Oleh Maryamku, Bakpiapia, Tour Bali Java dan lainnya menggunakan media sosial sebagai aktivitas promosi, edukasi produk dan informasi kegiatan yang dilakukan di Yogyakarta. Strategi sosial melalui strategi impact dan social impact digunakan sebagai strategi promosi pariwisata Yogyakarta mengingat perkembangan media sosial menjadi hal penting bagi masyarakat saat ini. Semua orang dapat menyampaikan apa saja dalam bentuk foto, video ataupun kalimat sehingga dapat mempengaruhi follower atau pemakai media sosial lainnya.
Kedua, penelitian mengenai peran humas dalam mempromosikan kain tenun songket Silungkang yang dilakukan oleh Revi Marta, SSos, MIKom, berdasarkan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keseriusan humas dalam menggunakan media baru dalam kegiatan komunikasinya ternyata masih kurang. Di mana hal ini menjadi ketertarikan tersendiri bagaimana mengkaji new media sebenarnya mampu menjadi media promosi utama dalam mempromosikan pariwisata Sumbar, karena dengan kemajuan teknologi ternyata mendatangkan manfaat yang besar dalam menumbuhkan minat, mendatangkan wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Wisatawan membutuhkan informasi yang lengkap, akurat dan mudah didapat. Pada situasi ini humas harus melakukan inovasi dalam penyebaran arus informasi.
Kajian-kajian pemanfaatan media baru inilah yang harus dipahami oleh praktisi humas menimbang pada saat ini publik banyak menggunakan media baru seperti media sosial yang tak terbatas waktu dan jarak untuk mengakses informasi. Berdasarkan hasil beberapa riset relevan di atas dapat menunjukkan bahwa media baru dapat efektif dgunakan dalam mempromosikan pariwisata, sebagaimana kita ketahui juga bahwa jumlah waktu yang dihabiskan khalayak untuk mengakses internet dan media sosial jauh lebih banyak dibandingkan untuk mengakses media konvensional seperti televisi, radio, surat kabar.
Saat ini tidak bisa dipungkiri, kehadiran media-media baru seperti halnya media sosial menjadi ancaman tersendiri bagi media konvensional lainnya. Facebook, twitter, youtube hingga path menjadi media sosial tren yang diminati banyak penggunanya. Media sosial ini tidak hanya digunakan sebagai sarana berbagi informasi saja, namun bisa dikreasikan oleh penggunanya untuk media promosi, portal untuk menambah pertemanan secara virtual, berbagi video dan audio. Peluang media sosial menjadi media baru harus dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, khusunya pada humas Setprov Sumbar dalam mempromosikan pariwisata Sumbar, begitu juga dengan masyarakat yang memiliki keterkaitan dalam hal mempromosikan tempat wisata setempat di Sumbar. Oleh karena itu tulisan ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada humas sekprov supaya dapat memanfaatkan peran humas dalam mengelola media sosial sebagai media promosi pariwisata Sumbar dan menganalisa kendala yang dihadapi oleh public relations dan praktisi humas dalam menggunakan media sosial pada promosi pariwisata di Sumbar. (*)
LOGIN untuk mengomentari.