in

Mencari Khalifah Umar Bin Khattab untuk Kota Padang

Dari siang sampai sore Sabtu (9/9) Kota Padang “ditinting” hujan lebat. Teringat beberapa bulan yang lalu, hampir separuh kota lumpuh dikarenakan jalanan banjir. Tidak hanya di jalan, di kompleks-kompleks yang selama ini tidak pernah banjir, kali ini mendapat bagian. Pasar Raya sampai Permindo yang sudah cantik, Pantai Padang yang sudah bersolek, Pasar – pasar satelit yang sudah mulai rapi, seakan tertutup pamornya dikarenakan banjir. 

Di lain pihak, Kota Padang saat ini merupakan kota rawan bencana gempa. Gempa saat malam takbiran Idul Adha lalu dengan kekuatan 6.2 SR membuat Padang tasintak dan heboh sepanjang malam hingga Subuh. Selain itu di depan mata masyarakat terbentang bencana gempa di zona Megathrust sebesar 9.00 SR yang bisa menyebabkan tsunami setinggi puluhan meter, yang dengan mudah meluluhlantakkan kota ini. Sementara mayoritas penduduknya tinggal di pesisir pantai. 

Walaupun dengan profil sengeri itu  tetapi Kota Padang tetaplah ibarat gadis cantik yang dilamar oleh belasan pria mapan lagi tampan untuk mempersuntingnya. Berlomba – lomba memasang alat peraga kampanye, baliho, pamplet dan sebagainya sebagai ajang promosi diri dan entah kenapa yang terlihat cuma foto-–foto para calon yang secara jelas memakai media photoshop.  

Anehnya lagi, pascagempa ternyata tidak membuat keder para calon-calon yang sudah mulai bermunculan ini. Ternyata kue pemilihan kepala daerah ini lebih menggoda dibandingkan rasa waswas gempa yang selalu mengancam. Melihat perkembangan belakangan ini, kita bisa  petakan masing-masing calon; Mahyeldi dan Emzalmi sang petahana, Weno Aulia Durin, Desri Ayunda, Marzul Veri, Hendri Sapta, Andre Rosiade, Afrizal, Adib Alfikri, Maedestal Mahesa, Faldo Maldini, Badrul Mustafa. 

Mahyeldi, sang petahana, wali kota yang dengan tangan dinginnya bisa membuat Padang meraih Adipura kembali setelah beberapa tahun menghilang dari Padang. Membersihkan Pantai Padang, pasar-pasar tradisional dan sebagainya, masih menjadi calon kuat yang membuat penantangnya lumayan berpikir untuk head to head dengannya. Permasalahan mendasarnya adalah jumlah suara PKS sebagai partai pendukungnya hanya 5 kursi, otomatis harus mencari kawan koalisi. 

Sampai detik ini secara terbuka belum ada pembicaraan yang jelas kepada partai lainnya di Kota Padang. Isunya beliau hanya mau berpasangan dengan Adib Alfikri yang notabene adalah adik Irwan Prayitno dan dengan membawa ide “balas budi Pilkada Jakarta” dimana PKS tidak mendapat apa – apa. Hal ini bisa menaikkan posisi tawar PKS kepada Gerindra untuk mengusung Mahyeldi dan Adib. Tapi sekali lagi, politik tetaplah politik. Di lain pihak ada isu kalau pihak Golkar menyodorkan Bendahara Umum Golkar Sumbar, Weno Aulia Durin sebagai calon wakil wali kota. Weno yang selama ini dikenal sebagai pengusaha SPBU dan anak dari mantan Wali Kota, Gubernur dan Menteri Alm Hasan Basri Durin ini tidak bisa pula dipandang sebelah mata. Di permukaan memang tidak terlihat pergerakan tapi di pelosok – pelosok daerah seantero Kota Padang siapa yang tahu?

Emzalmi dan Desri Ayunda, yang satu petahana wakil walikota dan yang satu lawan kuat Mahyeldi saat Pilkada 2014 yang lalu, sekarang berkolaborasi sebagai pasangan. Pasangan ini sudah mulai merapat ke Nasdem, Hanura dan Demokrat. Tapi sampai saat ini walaupun baliho mereka sangat mendominasi di Kota Padang tapi belum satupun partai yang resmi mendukung pasangan ini. Kalau “lekat tangan” keduanya lumayan paten. Walaupun Mahyeldi bisa mengklaim hasil pembangunan Kota Padang, tetapi sebagai wakil walikota tetap saja mempunyai andil yang tidak sedikit. Masalahnya hanya etika saja, karena masih menjabat sebagai wakil walikota tetapi sudah mendeklarasikan diri sebagai calon walikota. Tapi itulah politik, apa saja bisa terjadi. Desri Ayunda, penantang saat Pilkada 2014 lalu merupakan profesional yang berkarir di PT Semen Padang. Jabatan beliau tidak kalah “gagah”. 

Sempat menjabat Sekretaris Perusahaan PT SP, Dirut PT Igasar dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi Unand. Profil beliau lumayan menarik, saat pilkada yang lalu berpasangan dengan James Hellyward, maju dari jalur perseorangan, sempat menghoyak pasangan lain yang mampu membawa duel head to head dengan Mahyeldi Emzalmi di putaran kedua.

Marzul Veri, komisioner KPU Sumbar 2 periode ini, mungkin untuk masalah pemilihan sudah sangat khatam. Periode pertama beliau di KPU sebagai salah satu komisoner, sementara di periode kedua sebagai Ketua. Alumni Unand dari Fakultas Teknik ini sudah sangat membumi di Sumatera Barat, Ke-HMI-an beliau sudah teruji, apalagi sekarang menjabat sebagai Presidium Badko Kahmi Sumbar. Kawan dekat mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum ini layak menjadi alternatif dari kalangan aktivis ‘98. Beliau, Syarli Mubaraq (Ketua SMPT Unand 1997 – 1998), Alm Husni Kamil Manik (Presiden BEM Unand 1998 – 1999/Ketua KPU RI 2012 – 2016) dan Harry Ajo Effendi (Sekjen BEM Unand 1998 – 1999/dosen FIB Unand) adalah pionir gerakan mahasiswa saat reformasi. Ketua DPP Partai Hanura ini disebut-sebut sebagai calon di beberapa kesempatan, tetapi beliau selalu menjawab diplomatis apabila hal ini ditanyakan kepada beliau.

Hendri Sapta, sang pemuda yang saat ini memimpin Partai Amanat Nasional kota Padang ini, belakangan ini mulai menggeliat, putra kandung anggota DPR RI dapil Sumbar Asli Chaidir ini, mulai menunjukkan tajinya sebagai calon wali kota, terbukti dengan masifnya pamflet beliau seantero Kota Padang. Sebagai partai yang mempunyai suara sebesar 6 suara di DPRD Padang, mungkin bisa menjadi calon lain yang bisa menarik pemilih muda.

Afrizal, Ketua Gerindra Kota Padang ini sudah malang melintang di dunia perpolitikan, baik Padang, Sumbar sampai ke pentas Nasional. Periode 2009 – 2014 beliau menjadi PAW untuk senator di DPD RI menggantikan Reza Fahlepi yang terpilih menjadi Wali kota Payakumbuh saat itu. Sebelumnya beliau pernah menjadi anggota DPRD Sumbar.  Perjuangannya berlanjut di 2014 saat maju untuk anggota DPR RI lewat Gerindra, tapi sayang suaranya tidak memenuhi untuk berkantor di Senayan. saat ini samar – samar namanya mulai terdengar untuk maju.

Faldo Maldini, mantan Ketua BEM UI ini mulai muncul di Padang beberapa waktu belakangan ini. Pengusaha muda sukses ini adalah Ketua PPI London yang sepak terjangnya mulai diakui di pentas nasional. Mungkin butuh usaha keras dan berkelanjutan untuk maju tahun depan, tapi minimal Kota Padang sudah mulai mengenalnya dan menunggu tajinya saja untuk berbakti di Kota Padang.

Badrul Mustafa adalah seorang dosen dan ahli gempa tsunami dari Unand. Tulisan – tulisan bernasnya sangat layak untuk dibaca dan dinikmati. Pakar Geologi ini bisa jadi sebagai kuda hitam walaupun sampai hari ini statusnya masih PNS. Pengalaman beliau yang pernah menjabat sebagai Wakil Rektor Unand menjadikan beliau cukup dikenal di kalangan mahasiswa. Sebagai profesional murni otomatis tidak memiliki partai sehingga butuh effort lebih untuk menaikkan pamornya. Tapi didukung oleh mantan aktivis dan anggota DPRD Yohanes Wempi, kiprah Badrul mulai terasa di kalangan pemilih.

Andre Rosiade dan Maidesta Mahesa, pasangan yang menggebrak lewat aliansi poros tengah yang digagas oleh Ketua PKB Sumbar Febby Dt Banso ini, seakan tancap gas dan mulai merusak peta pilkada Padang. Pada saat deklarasi pasangan ini, beberapa ketua partai juga hadir, tetapi belum secara jelas memberikan dukungan, Andre Roisade ketua BEM Trisakti sempat menggeliat namanya di tahun 2013 saat maju untuk Pilkada Padang, Wasekjen Gerindra ini entah mengapa di detik-detik terakhir seakan menghilang begitu saja. Padahal sampai survei terakhir beliau selalu berpacu elektabilitas dengan Mahyeldi. Tapi itulah politik, di tikungan akhir apapun bisa terjadi. Ini menjadi cambuk bagi Andre untuk membuktikan kapasitasnya bertarung pada periode ini. Alumni SMA 2 Padang ini sukses sebagai juru bicara pasangan Anis Baswedan – Sandiaga Uno dalam pilkada DKI yang lalu.  

Pasangannya tidak kalah moncer, Mahesa yang akrab dipanggil Pak Haji ini, anak kandung dari Bupati Pasaman dan Pasaman Baarat Baharuddin yang sekarang menjadi ketua PAN Pasbar ini sudah 3 periode malang melintang di DPRD Padang. Sempat menghuni jeruji besi  dikarenakan permasalahan internal di DPRD, tetapi dengan kuasa Tuhan beliau mendapatkan suara terbanyak di LP Muaro saat itu. Ketua PPP Padang ini sudah sangat tidak asing di kalangan masyarakat Kota Padang. Di setiap kesempatan, beliau selalu menyuarakan kepentingan-kepentingan rakyat di DPRD kota Padang. Di luar nama-nama tersebut diatas, masih ada nama-nama seperti Alkudri, Muhamad Ichlas Elqudsi, Wahyu Iramana Putra dan beberapa nama lain yang mulai mengapung.

Berbicara mngenai pemimpin ini, tidak ada salahnya kita bercermin pada diri Umar Bin Khattab, Khalifah kedua dalam sejarah Islam setelah Abu Bakar RA. Beliau merupakan salah satu dari sepuluh Sahabat Rasul yang dijamin Allah masuk Surga. Di awal perkembangan Islam, Umar masih termasuk petinggi Quraisy yang terang-terangan menentang Islam. Saking menakutkannya sosok Umar bagi kalangan Islam saat itu, Rasul sampai memanjatkan doa agar salah satu dari Umar atau Abu Lahab untuk menjadi pemeluk Islam agar Islam menjadi kuat. Dan memang Kun Fayakun, pasca membaca Surat Thaha dirumah Fatimah Binti Khattab saudarinya, Umar memutuskan berbaiat ke dalam Islam.

Umar adalah khalifah yang tegas dan keras dalam menegakan Agama Allah. Tidak pandang bulu, bahkan seorang Panglima Perang sekaliber Khalid Bin Walid diberhentikannya dengan tujuan agar umat Islam termasuk pasukan yang dipimpinnya tidak mengkultuskan beliau, karena di peperangan manapun yang dipimpinnya, asukan Islam selalu menang. Dan sebagai Panglima perang pun, Sang Pedang Allah ini patuh terhadap perintah Umar RA.

Zaman kekhalifahan Umar selama 10 tahun saja, Tetapi perkembangan Islam sangat pesat. Irak, Persia (Iran), Syam (Lebanon Syiria) Mesir sampai penaklukan Baitul Maqdis di Palestina menjadi puncak keberhailannya. Sang khalifah memipin dengan sepenuh hati, semua waktu dan kesempatannya dicurahkan untuk menyejahterakan rakyatnya, tidak pandang bulu, Islam, Yahudi atau Kristen. Sebuah kisah yang sangat mengharukan, saat Umar berkeliling Madinah, beliau menemukan seorang Ibu yang sedang memasak batu untuk menghibur sang anak, sang ibu tidak mengetahui kalau yang datang adalah Amirul Mukminin, sehingga beliau berkeluh kesah dengan nada yang sangat menyerang dan menyalahkan kepemimpinan Umar. Mendengar curahan sang ibu, Umar berbalik ke Baitul Mal untuk mengambil gandum dan barang berharga lainnya dan memikul sendiri gandum tersebut untuk diberikan kepada ibu tersebut.

Mencermati kisah Umar ini, kita sangat mengharapkan pemimpin yan bisa menjadi teladan bagi umat. Kita tahu semua nama calon diatas, baik petahana maupun para penantang telah terbukti kapasitasnya dalam memimpin, minimal di tingkat keluarga. Janji-janji melalui semua alat peraga yang sudah mulai bertebaran dari batas Kota Lubukbuaya sampai ke selatan Bungus Teluk Kabung, hendaknya menjadikan calon pemimpin ini istiqamah dan amanah. Janji bukan sekadar pemanis saja, melainkan sebagai utang yang juga akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Tidak ada kata terlambat untuk melakukan perubahan. Lihatlah Umar, bersedia digaji dengan dua buah jubah yang tipis, serta makan minyak zaitun dan kurma disaat rakyatnya kelaparan. Tidak menempatkan keluarganya di dalam jajaran pemerintahan serta selalu berkata: Apabila Umar benar itu adalah dari Allah, apabila Umar salah itu adalah Umar pribadi.

Kota Padang mulai meniti kehidupan baru pascagempa besar delapan tahun yang lalu. Seperti diungkapkan diatas, pembangunan sudah sangat berjalan dengan baik, sehingga pemimpin ke depan diperlukan yang amanah, bersedia membuka rumah serta kantornya demi melayani masyarakat. Bersedia turun langsung ke masyarakat layaknya Umar untuk mengetahui keadaan riil.

Bulan Zulhijjah belum berlalu, sangatlah tepat bagi para calon untuk berpikir dan merenung, pengorbanan seperti apa yang harus diberikan untuk kota tercinta ini. Sangat sulit untuk memprediksi kandidat yang pasti bakal jadi calon wali kota dan calon wakil waikota periode 20018 – 2023 ini.

Semoga siapapun calon yang maju dan akhirnya terpilih pada bulan Juni 2018 nanti, janganlah jumawa, karena itu adalah takdir yang telah tertulis di Lauh Mahfuz 50 ribu tahun yang lalu. Pimpinlah Padang dengan sepenuh hati, bahagiakan rakyat yang telah bersedia memilih, dan yang paling penting tauladanilah sifat dan karakter Umar dalam memimpin, inshaa Allah Padang akan menjadi kota yang memaslahatlan umat, berbudaya dan badunsanak, Semoga… (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Waspadai Fintech dan E-Wallet

Pasar Tani di Kantor Gubernur