in

Menciptakan Profil Pelajar Pancasila Tanggung Jawab Bersama

Mulyadi Wijaya
Kacabdin Pendidikan
Sumbar Wilayah VIII

Generasi muda adalah harapan bangsa. Di tangan pemuda terletak masa depan bangsa dan negara ini. Bung Karno pernah berkata, Beri aku sepuluh orang tua… maka aku bisa memindahkan gunung semeru tapi beri aku sepuluh orang pemuda maka aku akan mampu mengubah dunia.

Begitu penting peranan pemuda sehingga presiden pertama RI mampu berujar sedemikian optimistnya. Namun jika kita melihat fenomena sekarang ini, kita cukup miris melihat generasi muda Indonesia. Tawuran pelajaran jadi trend dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

Tidak ketinggalan juga dengan pemberitaan di surat kabar dan media elekronik lainnya tentang kenakalan remaja, yang sudah menjurus ke kriminal. Kalau sudah begini, siapakah yang patut kita salahkan? Pendidikan? orangtuakah? sistem? atau memang sudah menjadi karakter?

Bicara tentang karakter, maka kita tidak bisa melepaskan diri dari pendidikan karakter yang sedang digalak-galakan oleh pemerintah. Pendidikan karakter tersebut tertuang dalam Profil Pelajar Pancasila.

Adapun butir Propfil Pelajar Pancasila ada enam. Pertama, Berakhlak Mulia; kedua, berkhebinekaan Global; ketiga, Mandiri; keempat, Bergotong Royong; kelima, Bernalar Kritis dan keenam Kreatif.

Pengejawantahan Profil Pelajar Pancasila terlihat dari Karakter Peserta didik. Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari, dengan melalui suatu proses yang terus-menerus.

Namun Karakter bukan pula sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari. Banyak kalau diperhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan.

Sering menyatakan bahwa cara dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lingkungan yang menjadikan mereka seperti ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, harus menghadapi banyak hal di luar kendali, namun karakter tidaklah demikian.

Kita mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter lebih dari apapun dan akan menjadikan seorang pribadi yang memiliki nilai lebih. Pendidikan karakter kembali menemukan momentumnya belakangan ini. Bahkan menjadi salah satu program prioritas Kementerian Pendidikan, Kebuadayaan, Riset dan Teknologi.

Meski sebenarnya dalam beberapa tahun terakhir, telah banyak perbincangan baik melalui konperensi, seminar dan pembicaraan publik lainnya, namun belum banyak terobosan kongkrit dalam memajukan pendidikan karakter.

Dengan kebijakan Kemendikbud Riset dan Teknologi, pendidikan karakter sudah saatnya dapat terlaksana secara kongkrit melalui lembaga-lembaga pendidikan dan masyarakat luas.

Namun pendidkan karakter tidak bisa dibebankan di sekolah saja. Pendidikan karakter harus bersinergi antara sekolah dengan pendidkan di dalam keluarga serta peran serta masyarakat/lingkungan.

Sehingga nanti dapat menciptakan pemuda yang berkarater, mantap dalam Imtaq, Unggul dalam Iptek dan berprestasi dalam olahraga dan seni. Untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan sinergi kita semua. Semua kita harus memerankan fungsi dan peran masing-masing.

Peran Pedidikan Keluarga

Berbagai kenyataan pahit yang dihadapi seperti dikemukakan di atas, pendidikan karakter merupakan langkah sangat penting dan strategis dalam membangun kembali jati diri bangsa dan menggalang pembentukan masyarakat Indonesia baru.

Pendidikan karakter haruslah melibatkan semua pihak, rumah tangga dan keluarga sekolah dan lingkungan sekolah yang lebih luas (masyarakat). Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan watak dan pendidikan karakter pertama dan utama mestilah diberdayakan kembali.

Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada pembinaan keluarga. Keluarga merupakan pondasi awal. Bagaimana seseorang bertindak di luar sana, itu ditentukan oleh bagaimana ia dididik dalam keluarga. Peranan didikan keluarga sangat dominan dalam menentukan karakter seseorang.

Generasi harapan mendatang dari keluarga mawaddah wa rahmah. Anak-anak telah memiliki potensi dan bekal yang memadai untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan awal ada dan terdapat dalam keluarga yang penuh cinta.

Peran Pendidikan Sekolah

Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai. Melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan. Bahkan, kalau kita berbicara tentang masa depan, sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian.

Sekali lagi, sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar atau tempat mentransfer dan ditransefer ilmu. Namun sekaligus juga tempat memperoleh pendidikan, termasuk pendidikan watak dan pendidikan nilai.

Sekolah tidaklah semata-mata tempat di mana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai. Sebuah sistem sekolah dalam dirinya sendiri merupakan sebuah usaha moral.

Karena ia merupakan usaha sengaja masyarakat manusia untuk mengontrol pola perkembangan tingkah laku. Pembentukan watak dan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak bisa dilakukan semata-mata melalui pembelajaran pengetahuan.

Tetapi adalah melalui penanaman atau pendidikan nilai-nilai moral atau akhlak tentang tindakan mana yang baik dan mana yang buruk. Diharapkan sekali sekolah mampu menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter.

Agar generasi muda bukan cuma cerdas otak, namun juga santun dalam tingkah laku serta berkarakter positif. Dengan kata lain pendidikan di sekolah mampu menciptakan generasi yang Unggul dalam IPTEK (Ilmu pengetahuan), Mantap dalam IMTAQ (Iman dan Taqwa) serta Berprestasi dalam Olahraga dan Seni .

Jika ini sudah bisa diciptakan oleh sekolah, maka sekolah sudah mampu menjawab apa yang kita harapkan bersama. Penilaian Kurikulum Merdeka pun sangat berorientasi pada sikap dalam menuju profil pelajar Pancasila, Pengetahuan, dan Keterampilan.

Titik fokus penilaian bukan hanya pada pengetahuan tetapi juga pada sikap yang berkaitan dengan karakter, yang nantinya akan membentuk Profil pelajar Pancasila. Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek.

Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.

Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu program pembelajaran.

Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual.

Peran Lingkungan dan Masyarakat

Lingkungan dan masyarakat luas jelas memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan karakter. Situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan.

Jika suatu masyarakat sudah acuh terhadap perilaku anggotanya, maka kehancuran suatu bangsa sudah diambang pintu. Masyarakat harus mampu menjadi kontrol sosial. Dalam konteks itu, Al-Quran dalam banyak ayatnya menekankan tentang kebersamaan anggota masyarakat menyangkut pengalaman sejarah yang sama, tujuan bersama, gerak langkah yang sama, solidaritas yang sama.

Di sinilah, muncul gagasan dan ajaran tentang amar ma‘ruf dan nahy munkar dan tentang fardhu kifayah, tanggung jawab bersama dalam menegakkan nilai-nilai yang baik dan mencegah nilai-nilai yang buruk.

Masyarakat memegang peran yang sangat penting. Mayarakat lah tempat mengaplikasikan segala pendidikan karakter yang ditanamkan di dalam keluarga maupun yang dibina oleh pendidikan di sekolah.

Kesimpulan

Pemuda harapan dilahirkan oleh pendidkan awal di dalam keluarga yang Sakinah, diberikan pendidikan di sekolah yang mampu memberikan ilmu pengetahuan dan menananmkan sikap-sikap yang positif serta didukung oleh masyarakat yang madani.

Jika tiga unsur (keluarga, sekolah dan masyarakat) ini telah bersenergi secara tepat dan padu maka generasi harapan yang akan melanjutkan tongkat estafet kemimpinan akan mampu dilahirkan.

Generasi harapan tersebut Mantap dalam IMTAQ (iman dan Taqwa), Unggul dalam IPTEK( Ilmu Pengetahuan) serta berprestasi dalam Olahraga dan seni. Ketiga unsur pendidkan; Kognitif (Ilmu Pengetahuan), Apektif (Sikap) dan Psikomotor (Keterampilan) ada dalam tubuh pemuda harapan.

Sebagai generasi muda, mari kita songsong harapan itu. Agar Indonesia kembali bangkit dari keterpurukan, agar krisis moral ini dapat teratasi, agar mata dunia kembali terarah pada NKRI. Semoga ini bukan sekedar harapan, apa lagi mimpi. Tapi sebuah prestasi yang akan kita raih. (*)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Pessel Diguncang Gempa Magnitudo 4,6, Getarannya Terasa hingga Padang

Gubernur Wajib Umumkan UMP 2023 Paling Lambat Hari ini, Bupati/ Wako 7 Desember