in

Mengenal bus ramah difabel

Solo (ANTARA) –  ASEAN Para Games ke-11 di Solo merupakan ajang kedua bagi kota itu menjadi tuan rumah pesta olahraga difabel setelah yang pertama pada 2011.

Olahraga dua tahunan itu juga sudah ditunggu-tunggu karena awalnya Filipina menjadi tuan rumah pada 2020 kemudian dibatalkan karena pandemi COVID-19.

Selanjutnya pada 2022, seharusnya Vietnam menjadi tuan rumah namun negara itu mundur sebagai pelaksana.

Hingga akhirnya, Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah pengganti demi menjaga semangat atlet para.

Terpilihnya Solo sebagai lokasi utama penyelenggaraan olahraga multievent Asia Tenggara itu tentu tak asal pilih.

Perlu persiapan matang mencakup segala fasilitas pendukung yang ramah difabel salah satunya alat transportasi.

Ramah difabel

Salah satu armada yang dikerahkan Dinas Perhubungan Solo adalah satu unit bus low deck atau berlantai rendah yang diklaim memiliki desain pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Bus ramah difabel dengan desain rangka tunggal atau monocoque itu memiliki ukuran medium dengan panjang sembilan meter.

Didominasi warna hitam dan putih, bus itu memiliki dua pintu penumpang yakni bagian depan di samping sopir dan tengah.

Sedangkan tinggi dek bus dengan permukaan jalan kurang dari 20-30 cm sehingga terlihat rendah untuk memudahkan akses masuk kursi roda.

Pada pintu tengah terdapat papan aluminium yang melekat di dek yang bisa dilipat dan dipanjangkan sebagai akses masuk kursi roda ke dalam bus.

Selain itu, ada juga penopang aluminium untuk papan ketika dipanjangkan, agar akses masuk kursi roda menjadi lebih halus.

Di dalam bus rakitan karoseri Adi Putro itu terdapat 20 tempat duduk penumpang berwarna biru toska termasuk satu kursi sopir.

Rinciannya, ada dua kursi di belakang kemudi sopir menghadap ke belakang, kemudian di sisi bagian tengah ada tiga kursi menghadap pintu masuk.

 

Dinas Perhubungan Solo mengerahkan bus dek rendah ramah difabel untuk mobilitas para atlet ASEAN Para Games 2022 di Stadion Manahan, Solo, Senin (1/8/2022). (ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)

Kursi roda dapat ditempatkan di salah satu kursi yang bisa dilipat di bagian tengah tersebut yang dilengkapi juga sabuk pengaman untuk penumpang berkursi roda.

Kemudian ada dua kursi yang menghadap ke arah depan yang dipisahkan dua anak tangga untuk menuju kursi bagian belakang.

Di dek atas bagian belakang terdapat 12 kursi penumpang, rinciannya masing-masing empat kursi saling berhadapan kiri dan kanan dan ada empat kursi di bagian paling belakang menghadap ke depan.

Di dalam bus juga dilengkapi monitor dengan teks berjalan untuk memberikan informasi nama tujuan atau halte dan suara yang mendukung informasi ditampilkan di monitor.

Kepala Dinas Perhubungan Solo Hari Prihatno menjelaskan bus tersebut hasil karya anak bangsa rakitan Adiputro dengan harga sekitar Rp1,3 miliar.

Bus itu dapat digunakan oleh tunadaksa baik yang menggunakan kursi roda atau kruk, bisa juga digunakan warga lanjut usia yang menggunakan kursi roda.

Tak hanya itu, monitor dan suara yang ditampilkan juga diharapkan memberikan petunjuk kepada penumpang tunanetra dan tunarungu.

Bus ramah difabel itu rencananya digunakan untuk mendukung angkutan massal Batik Solo Trans (BST) di enam koridor, sambil menunggu persetujuan Kementerian Perhubungan.

“Untuk sementara setelah uji coba, kami alokasikan dulu untuk mendukung mobilitas atlet Para Games,” kata Hari Prihatno ditemui ANTARA saat memantau armada transportasi Dinas Perhubungan untuk melayani atlet para di Stadion Manahan.

Bus dek rendah itu pun mendukung sekitar 130 armada dari Kementerian Perhubungan yang terdiri atas bus dan mini bus sudah dimodifikasi, dengan 65 armada di antaranya bisa mengakomodasi kursi roda selama ajang olahraga multievent tersebut.

Mengingat digunakan untuk mengakomodasi mobilitas atlet difabel pada ajang ASEAN Para Games, bus dek rendah itu dimodifikasi yakni tiga kursi di bagian tengah, dua kursi menghadap belakang dan dua menghadap depan kemudian dilepas.

Dengan begitu, bus tersebut dapat menampung empat hingga lima kursi roda.

Selain itu, bus tersebut juga dilengkapi kamera pengawas (CCTV), pemadam kebakaran dan alat pemecah kaca untuk evakuasi apabila dalam keadaan darurat.

Tanggapan atlet

Adanya transportasi ramah terhadap warga difabel itu mendapat sambutan hangat khususnya para atlet dan ofisial baik dalam dan luar negeri.

Atlet dari Kamboja, Ya Thol Radeth mengaku terkesan dengan bus tersebut ketika pertama kali dijemput di bandara dan mobilitas di kawasan Solo.

“Mereka (panitia) menyediakan dengan baik transportasi kami dengan bus modifikasi itu dari bandara ke hotel, ke tempat latihan dan ke tempat kompetisi. Bagus sekali,” kata atlet cabang atletik, Radeth yang ditemui ANTARA di sela menanti kompetisi di lapangan atletik, Stadion Mahanan.

Senada dengan Radeth, rekan senegaranya yakni Ya Hok juga mengapresiasi pemerintah Indonesia dan panitia yang mengakomodasi kebutuhan mereka termasuk transportasi.

“Saya menggunakan kursi roda dan fasilitas di bus memudahkan sekali,” ucapnya.

Sambutan positif juga disampaikan salah satu ofisial yang mendampingi atlet Indonesia asal Bogor, Muhammadi Misbach yang mengatakan fasilitas publik baik di stadion hingga transportasi di Solo sudah lebih baik dan setara dengan negara lain.

“Artinya sudah bagus sekali, sudah mengakomodasi teman-teman disabilitas seperti saya yang menggunakan kruk. Ini sudah lebih baik dari negara tetangga kita di ASEAN,” ucap Misbach yang ditemui di Stadion Manahan.

 

Armada bus Batik Solo Trans (BST) yang mengakomodasi penumpang difabel merapat di Halte Slamet Riyadi, Solo, Senin (1/8/2022). (ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)

Angkutan massal

Nantinya, setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Perhubungan, Pemerintah Kota Solo akan menambah satu hingga dua bus dek rendah untuk mendukung enam koridor Batik Solo Trans.

Meski begitu, beberapa penyesuaian perlu dilakukan untuk bus jenis tersebut terutama terkait kontur jalan, ketinggian halte dan kondisi lebar jalan di Solo yang rata-rata berukuran sedang.

Sementara itu, layanan transportasi massal di Solo untuk BST misalnya sudah mengakomodasi warga difabel.

Hari Prihatno menambahkan dari enam koridor BST, masing-masing dilayani 20 hingga 26 bus berukuran medium.

Bus berwarna merah dengan desain wayang itu menjangkau hampir seluruh wilayah Solo dan aglomerasi di antaranya hingga Bandara Adi Soemarmo di Boyolali, Solo Baru dan Karanganyar.

Di dalam bus itu menyediakan kursi lipat untuk penumpang prioritas misalnya ibu hamil dan warga lanjut usia.

Apabila ada penumpang menggunakan kursi roda, maka kursi prioritas berwarna merah itu bisa ditegakkan, agar menampung satu kursi roda.

Sementara itu, infrastruktur halte juga sudah didesain agar ramah terhadap warga difabel misalnya halte BST yang terletak di Jalan Slamet Riyadi.

Di halte yang dilintasi koridor 1-3 itu misalnya keramik semen berwarna kuning di lantai untuk memandu tunanetra saat berjalan menuju halte.

Keramik itu didesain bergaris untuk berjalan dan desain titik-titik untuk berhenti.

Dinas Perhubungan Solo juga mendesain jalur miring untuk memudahkan akses warga menggunakan kursi roda atau kruk.

Terdapat lebih dari 100 halte bus, sebanyak 26 di antaranya baru dibangun pada 2021.

Adanya layanan publik yang ramah difabel itu diharapkan sesuai dengan slogan ASEAN Para Games tahun ini yakni Berjuang untuk Kesetaraan atau Striving for Equality.

Sesuai dengan slogan itu, olahraga menjadi salah satu bidang yang menempatkan kesetaraan kepada manusia yang tidak memandang fisik atau kemampuan.

Semuanya sama, setiap manusia memiliki kemampuan, keterampilan dan bisa berprestasi yang layak diapresiasi dan menjadi inspirasi.

Editor : Fitri Supratiwi

What do you think?

Written by Julliana Elora

KOI belajar dari ASEAN Para Games untuk World Beach Games 2023

Evakuasi Bangkai Paus Terdampar di Pantai Warudoyong