Dalam rentang usianya yang telah mencapai 135 tahun, Kota Sawahlunto melahirkan banyak tokoh. Tidak hanya untuk lokal tapi juga Indonesia. Sekadar menyebutkan nama, ada tokoh pers Indonesia Djamaluddin Adinegoro, pahlawan nasional Mohammad Yamin, dan pengusaha Syofyan Wanandi.
Oleh: Ganda Cipta, Sawahlunto
NAMUN ada satu nama lagi yang juga patut untuk dikenang. Dia adalah Amran Nur, wali kota Sawahlunto periode 2003-2013. Sebagai orang nomor satu ketika itu, dia dinilai mampu membuat Kota Arang tersebut kembali bangkit setelah hampir mati sejak kegiatan tambang batubara dihentikan. Pada tahun 2011 Republika pun mengganjarnya dengan anugerah Tokoh Perubahan.
Salah satu yang membuat Sawahlunto kembali menggeliat pada masa Amran Nur tersebut adalah lewat berbagai event seni dan budaya. Sebut saja misalnya Sawahlunto Internasional Musik Festival (Simfest) dan Festival Wayang Nusantara. Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) yang pada 2019 lalu ditetapkan Unesco sebagai Warisan Dunia juga tak lepas ide dari gagasannya.
Jejak-jejak yang ditinggalkan Amran Nur tersebut tersaji pada Pameran Foto Menduniakan Sawahlunto Mengenang Amran Nur di Galeri Temporer Museum Gudang Ransum, Kota Sawahlunto, sejak kemarin hingga besok. pameran ini bagian dari Galanggang Arang Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia. Galanggang Arang sendiri merupakan program aktivasi WTBOS yang dilaksanakan Kemendikbudrsitek sejak 19 Oktober lalu di tujuh kabupaten dan kota di Sumbar yang masuk ke dalam rangkaian WTBOS.
Ada sekitar 50 foto yang dipamerkan pada kesempatan tersebut. Beberapa di antaranya foto-foto pertunjukan di Simfest dan Festival Wayang Nusantara. Selain itu ada juga foto-foto makan bajamba yang selalu menjadi tanda perayaan Hari Jadi Kota Sawahlunto yang jatuh setiap 1 Desember. Lalu ada pula foto Amran Nur pada Majalah Tempo terbitan 9 Desember 2012 dalam Liputan Khusus Kepala Daerah Pilihan 2012.
“Apa yang ditampilkan di ruang pemeran ini adalah sebagian kecil saja dari peristiwa-peristiwa yang muncul sepanjang Amran Nur menjadi wali kota Sawahlunto,” ungkap Edy Utama, salah seorang kurator Galanggang Arang.
Masa 2010 hingga 2013, menurutnya, adalah puncak-puncak capaian seorang Amran Nur. Terutama dalam membangun berbagai peristiwa yang ada di kota ini.
Secara fisik, sambung Bung Edy, kota ini sudah cukup sempurna pada tahun 2010. Pembangunan Museum Kereta Api Sawahlunto sudah selesai dan juga berbagai fasilitas lainnya. Sehingga Amran Nur berpikir untuk membangun kota tersebut dalam konteks non-fisik. Tapi dengan berbagai event dan peristiwa budaya menjadikan Sawahlunto sebagai kota yang penting dan dikenang.
“Sampai sekarang saya masih sering dihubungi teman-teman musisi dari Afrika, Asia, Eropa, juga Amerika yang pernah hadir ke Simfest. Mereka bertanya, kapan lagi diundang ke Sawahlunto. Karena bagi mereka, Sawahlunto adalah sesuatu yang luar biasa, familiar, ramah dan unik,” ujarnya.
Salah satu yang mereka selalu ingat adalah ketika rombongan itu datang, Amran Nur selalu ke penginapan untuk berbincang-bincang dan menganggap sebagai tamu kota yang sangat penting. “Saya kira itu suatu yang luar biasa. Tidak saja terhadap yang dari luar negeri tapi juga dari Indonesia sendiri. Seperti grup Krontjong Toegoe yang menganggap kota ini sebagai rumah kedua mereka,” terang dia.
Sebab mereka merasakan wali kota dan masyarakatnya yang sangat ramah, komunikatif, dan interaktif. Mau bercengkerama dengan siapa saja tanpa ada kecurigaan. Dengan demikian, Edy pun beranggapan, Sawahlunto memiliki modal yang lebih dari cukup untuk menjadi kota dunia.
“Tergantung kita sekarang ini, bagaimana kita mengelolanya ke depan, sehingga bisa mewujudkan apa yang dicita-citakan Amran Nur,” tekannya.
Sementara itu Penjabat (Pj) Wali Kota Sawahlunto Zefnihan mengatakan, menduniakan Sawahlunto dan mengenang Amran Nur adalah satu hal yang sangat luar biasa. Karena tidak ada daerah atau negara yang berhasil bila melupakan pendahulunya. Ini sebagai upaya membangun kesadaran warga kota bahwa ternyata Sawahlunto memiliki sosok pejuang yang tangguh di zaman modern ini yang membawa Sawahlunto ke pentas dunia.
Kegiatan ini, sambungnya, sudah dikemas secara baik. Prosesnya pun tidak secara instan. Banyak pihak yang terlibat. “Kami pemerintah Sawahlunto mengucapkan terima kasih atas seluruh dukungan masyarakat, tokoh masyarakat, penggiat budaya, penggiat pariwisata, dan penggiat literasi kota. Tanpa kolaborasi, pekerjaan berat ini tidak akan mampu kita lakukan. Mari kita kuatkan. Kita bangun semangat untuk menjadikan kota ini sebagai kota warisan tambang yang berbudaya,” tukasnya.
Amran Nur, wali kota Sawahlunto dua periode yang lahir pada 13 Oktober 1945. Dia meninggal dunia pada 22 Juni 2016. Dikubur di tanah kelahirannya Talawi, Kota Sawahlunto. (***)