in

Mengucap, lalu Mengungkap Syukur

Di saat semua membicarakan kedatangan Baginda Raja Salman yang megah meriah, dua cucu saya sedang berkutat untuk mempelajari bahan ujian. Entah namanya kisi-kisi, atau try out. Yang satu persiapan masuk SLTA, satunya masuk SLTP, sedangkan kakaknya mulai dengan tugas-tugas semester berikutnya.

Saya berinisatif memberi nasihat melalui kultwit—nasihat yang menimbulkan dialog karena dijawab dan dikomentari. Kurang lebihnya saya mengatakan:

“Wahai cucu-cucuku, kalian harus belajar dengan giat dan benar. Sebab kalian selama ini telah diberi kemudahan yang tak semua anak-anak dapatkan. Kalian wajib bersyukur karena bisa sekolah, bisa masuk kelas favorit, pergi ke sekolah dan pulang diantar, uang jajan dikasih.

Sepatu tak menunggu jebol untuk diganti. Dan keleluasaan membeli segala jenis buku. Kalian harus bersyukur karena itu. Mengucapkan dengan mulut dan mengungkapkan dengan dan dalam perbuatan.”

Misalnya seperti yang tadi Mbah bilang:

“Jangan sia-siakan itu semua. Buku harus rapi, sepatu taruh di tempat semestinya, bangun pagi tak perlu diomeli, dan sebagainya. Ungkapan ini bentuk langsung dari ucapan bersyukur.”

Lalu berlanjut begini:

“Wahai para cucuku—termasuk cucu lain yang keseluruhannya jumlahnya enam, kecuali yang terakhir yang prestasi baru bisa tengkurep— bersyukur atas apa yang kita miliki ini tas sekolah, sepatu, sepeda, atau sepeda motor.

Adalah kesia-siaan jika benda yang dipercayakan kepada kalian ini dibiarkan mangkrak. Tidak diurusi. Kalian belum bisa membeli sendiri. Bersyukur karena ada yang membelikan dan mengungkap rasa syukur dengan merawat. Kalau masih bisa diperbaiki, perbaiki dengan baik.

Kalau tidak, jual… atau berikan kepada yang membutuhkan. Adalah tidak tahu berterima kasih kalau kalian sia-siakan begitu saja. Dalam hal ini termaduk bagaimana mengatur kamar tidur, atau kamar belajar kalian.

Bukan soal berantakan atau tidak Mbah dulu nggak punya kamar sendiri seperti kalian, melainkan rapi dan kalian tahu di mana meletakkan barang. Bukan ikut teriak mencari barang yang bahkan ortu pun tak tahu itu apa.”

Saya ingin mengatakan lebih jauh, kalau kamu punya pacar atau nantinya calon istri atau calon suami, bersyukurlah karena bisa memiliki, dan membedakan dengan jomblo abadi. Pada titik itu, ungkapannya adalah tidak membuatnya kecewa, tidak menjahati, tidak merundung.

Seperti halnya ujian sekolah, keberhasilan melewati ujian, atau dalam hal lain pacaran, tergantung upaya dan nasib juga. Yang Mbah pentingkan bukan hanya lulus atau tidak, melainkan kalian memperlakukan dengan baik. Dan lulus itu bonus.

Maka, wahai para cucu, marilah kita mensyukuri apa yang kita miliki dan tak pernah kita dasari selama ini, seperti parit yang hanya kita maki karena menyumbat sampah, atau kucing yang tak pernah kita perhatikan, atau ikan di kolam, atau juga pintu gudang yang kita biarkan karena lupa di mana kuncinya, atau lukisan pemberian yang sejak datang belum dibuka dari paketnya, atau bagaimana mengatasi lupa mematikan lampu kamar mandi, atau tidak perlu menyalahkan diri kalau cucu terkecil menangis, atau membalas sapaan peronda yang sebelum tanggal satu sudah menagih, atau, atau, atau….

Kita bisa membuat daftarnya. Mbah senang kalian bisa mengerti maksud Mbah, dan mari saling dukung untuk membuat diri kita masing-masing ini kepenuhan rasa syukur, rasa gembira, dan bisa mengungkapkan kembali tanpa merasa jemu, tanpa merasa bosan. Bersyukur adalah ucapan yang melegakan dan damai dan mengungkapkan adalah membuat orang lain merasakan hal yang sama.

What do you think?

Written by virgo

KPK Akan Uraikan Sumber Uang

Meskipun Penikung Ada Dimana-mana, Tapi Percayalah Jika Jodoh Pasti Akan Menjadi Milik Kita