in

Mengunjungi Bank Sampah Farila Pot, Sulap Sampah Jadi Produk Inovatif

INOVATIF: Ibu-ibu yang tinggal di sekitar Bank
Sampah Farila Pot sedang mengolah limbah sabut kelapa menjadi produk inovatif.(IST)

Berbagai cara bisa dilakukan dalam rangka menjaga lingkungan dari sampah. Salah satunya apa yang dilakukan oleh Bank Sampah Farila Pot di Parupuktabing, Kecamatan Kototangah, Kota Padang, dengan mengolah limbah sampah masyarakat menjadi produk inovatif bernilai rupiah.

Berawal dari program Kampung KB dan keprihatinan tentang penanganan sampah di Kampung KB Bangau Putih RW 17 Kelurahan Parupuktabing Padang, Amaniarty, BKKBN dan Universitas Negeri Padang berinisiatif untuk mendirikan Bank Sampah yang bahkan bisa membiayai pendidikan anak-anak warga RW 17 Kelurahan Parupuktabing.

Bank sampah sendiri merupakan konsep penanggulangan sampah. Hanya saja proses penanggulangan ini dikemas dengan konsep agak modern, yakni dengan sistem tabungan. Konsep seperti ini layak digunakan pada masa sekarang mengingat banyaknya sampah yang bertebaran di berbagai sisi jalanan maupun perumahan.

Warga yang menabung sampah, juga disebut dengan nasabah yang apabila nanti tabungannya telah banyak dapat diganti dengan uang saku. Sehingga di kawasan Kelurahan Parupuktabing terutama daerah RT 03 RW 17 ini menjadi bersih dan tanpa sampah.

Seluruh warga bekerja sama baik di segala sektor, baik masyarakat yang tinggal di kelurahan tersebut, dan juga lembaga terkait seperti Dinas Pariwisata, dan beberapa lembaga lainnya.

Amaniarti, pengelola Bank Sampah Farila Pot di Parupuktabing kepada Padang Ekspres mengatakan, sistem pengelolaan di tempatnya sendiri yakni dengan sistem menabung sampah yang akan ditimbang seminggu dua kali, yakni Selasa dan Jumat.

Ia menyebutkan, Bank Sampah Farila Pot telah aktif sebelum pandemic Covid-19. Pihaknya dan beberapa warga lain turut menjemput sampah seperti ke sekolah-sekolah, puskesmas.

“Semasa covid, kami tidak mengambil sampah plastik namun lebih ke sampah sabut kelapa karena lebih banyak diminati masyarakat. Sabut kelapa ini kita beli 1 sabut yakni Rp 100,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, sabut kelapa tersebut diolah menjadi bahan kerajinan berupa pot bunga, kaligrafi, dan lukisan wajah. Sementara untuk sampah plastik, diolah menjadi barang-barang yang berguna seperti keranjang.

Ia menambahkan, permintaan untuk keranjang dari plastik saat ini cenderung menurun karena banyaknya persaingan dan juga banyaknya muncul bank-bank sampah yang ada di Kota Padang.

“Sabut kelapa peminatnya selalu ada. Untuk harganya sendiri berkisar Rp10 ribu hingga puluhan juta. Seperti lukisan yang mencapai Rp10 juta yang dilukis oleh anak saya dan teman-temannya,” katanya lagi.

Ia mengatakan, kader-kader yang ada di bank sampahnya juga berdasarkan bidangnya masing-masing seperti adanya tukang catat apabila ada tabungan sampah, tukang menimbang sampah yang masuk, dan pengelolaan pemasaran.

Pihaknya telah dibina oleh Angkasa Pura, Dinas Pariwisata, Koperasi dan UMKM dan Disnakerin Kota Padang, juga PKK Kelurahan, Padang dan Sumbar. Untuk kesulitan sendiri, menurutnya, banyak pemulung yang ada di daerahnya sehingga sampah plastik juga berkurang.

Sekolah-sekolah juga telah memiliki bank sampah. “Sebelumnya saat mereka belum ada bank sampah itu kita yang jemput, tapi sekarang sekolah-sekolah sudah ada bank sampah jadi pengelolaannya cenderung ke sekolah saja,” katanya lagi.

Produk-produk yang dihasilkan tersebut, dibuat sedemikian rupa apabila ada bazar, adanya permintaan akan produk dari suatu lembaga atau masyarakat. Berkenaan dengan itu, Buderi Himra Lurah Parupuktabing kepada Padang Ekspres mengatakan, Bank Sampah tersebut merupakan satu satunya bank dampah yang ada di kelurahannya.

“Itu merupakan bank sampah satu-satunya yang ada di kelurahan kami. Bank sampah ini sangat produktif dan bekerja dengan baik,” ujarnya.

Selanjutnya, ia mengungkapkan, pengelolaannya diolah oleh pengurus bank sampah yang ada di Farila Pot tersebut. Aktivitasnya sudah dapat bantuannya bansos, operator yang mengambil ke masyarakat seperti sebelumnya ke SMP 13, pembayarannya berkala atau tabungannya.

“Pembayarannya tidak langsung, hanya ditabung. Kalau sudah banyak baru nanti diambil dananya,” tuturnya lagi.

Masyarakat sangat antusias dengan bank sampah ini. Seperti adanya pemisahan langsung oleh masyarakat sampah-sampah tersebut, mulai dari sampah plastik dan sampah yang bisa didaur ulang.

“Produk-produk daur ulangnya pun beragam. Ada yang berupa pot, tas, celengan, lukisan, kaligrafi dan sebagainya,” katanya.

Ia berharap agar konsep bank sampah ini dapat dilaksanakan di seluruh daerah di kelurahannya sehingga permasalahan sampah dapat diatasi dengan baik, dan bisa menghasilkan rupiah dengan pengumpulan sampah. (***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Bilih Terancam, Perluas Kawasan Reservat

Mengunjungi Objek Wisata Pantai Kata, Ada Atraksi Budaya Tiap Weekend