Imlek dirayakan berdasarkan kelender matahari (solar) yang jatuh pada 4 Februari dan berdasar bulan (lunar) yang mulai 16 Februari. Secara nasional, Imlek di tanah air dirayakan berdasarkan kalender bulan. Tanggal perayaan tahun baru Tionghoa berubah setiap tahun tergantung pada angka perhitungan. Namun secara umum, Imlek jatuh antara 21 Januari dan 20 Februari. Tahun ini, Imlek jatuh Jumat 16 Februari 2018.
Tahun Baru Imlek juga dikenal sebagai Festival Musim Semi, sebuah pesta penting dalam kalender Tionghoa. Dalam tradisi Tionghoa, setiap tahun diberi nama berdasarkan 12 nama binatang (shio) Imlek 2018 ini ber-shio anjing tanah. Dalam kelender Tionghoa, anjing shio ke-11. Namun, merayakan tahun baru Imlek yang penting doa dan ucapan syukur, juga seperti pergantian tahun baru internasional, 1 Januari.
Orang bersyukur atas segala sesuatu yang telah berhasil dilalui, pada tahun lalu. Umat juga memohon berkat Tuhan agar dapat menapaki tahun baru dengan selamat, bahagia, sehat, dan sejahtera. Maka pada tahun baru ini, mereka yang merayakan berdoa wan sen ru yi (agar semua yang diusahakan berhasil), shen ti jian kang (badan tetap sehat dan kuat) serta gong xi fat cai (semoga semakin sejahtera).
Akan tetapi, tak ketinggalan, masyarakat juga berdoa agar dunia tetap damai dan aman. Untuk Indonesia, dalam merayakan Imlek, warga juga mengharap agar kebinekaan negeri ini terus terawat dengan baik. Maka, merayakan tahun baru tak sekadar makan dan berbaju baru atau memberi dan menerima angpao, namun juga mengupayakan agar kedamaian dan kebinekaan masyarakat tetap terjaga.
Maklum masih banyak bagian dari bangsa Indonesia yang menolak keberagaman. Mereka mengunggulkan kelompok dan keyakinannya. Bahkan, masih ada juga yang anti-Imlek karena dianggap bukan budaya Indonesia. Padahal negara sudah mengakuinya bahwa Imlek juga harus dihargai sebagai bagian tak terpisahkan dari unsur-unsur yang memperkaya kasanah budaya bangsa. Semua tetap harus menjunjung Bhinneka Tunggal Ika. “Saya yakin, tidak ada kepercayaan maupun agama di dunia ini yang mengajarkan kebencian. Semuanya pasti berlomba untuk mengajarkan kebaikan,” kata seorang Ketua Kelenteng, Budi Prasetyo Tedjo Budi.
Ia sedih dan prihatin dengan banyaknya sentimen berbau SARA belakangan. Dia mengingatkan, dari dulu, khususnya di Indonesia, kita biasa hidup berdampingan antara satu pemeluk agama dan lainnya. Semua bisa hidup rukun. Ini yang harus dijaga karena Pancasila sebagai landasan bangsa berdasarkan keberagaman, tetapi tetap satu. Doa bagi perdamaian, keamanan, dan ketenangan Tanah Air memang perlu karena sebentar lagi Indonesia akan melaksanakan pilkada serentak.
Bahkan, musim kampanye telah tiba. Kampanye yang dimulai 15 Februari lalu dan akan selesai 23 Juni. Masa kampanye biasanya cukup menegangkan sampai kelak penghitungan. Inilah saat-saat menegangkan karena banyak rakyat belum dewasa. Mereka maunya menang, tak mau kalah. Ada 171 daerah yang menyelenggarakan pilkada serentak tahun ini. Aparat telah memetakan daerah-daerah rawan.
Semoga perayaan Imlek ini dapat menjadi doa yang baik bagi keamanan dalam negeri. Doa-doa yang mereka panjatkan di kelenteng-kelenteng atau wihara-wihara dan gereja-gereja semoga terkabul. Marilah kita merayakan tahun baru dengan damai. Mari kita juga menjaga perhelatan politik secara bermoral, jangan mengedepankan kecurangan, keculasan, dan ketidakadilan. Politik juga bisa dirayakan secara bermoral, benar, adil, jujur, dan damai. Sebab kalau terjadi perpecahan hanya karena pilkada yang penuh kecurangan yang rugi rakyat sendiri. Yang tersenyum hanyalah kaum elite karena merekalah yang diuntungkan.