in

Merdeka di Nan Ampek

Dr. Haris

Brand Activator Indonesia

MENELADANI sosok Bung Hatta, Proklamator Indonesia dengan nilai-nilai kejujuran yang selalu diajarkan dan tertuang pada salah satu nasihat beliau “kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman, namun tidak jujur itu sulit diperbaiki”.

Belajar dan pengalaman, dua hal yang masih bisa diperbaiki dalam proses berjalan. Belajar dapat ditempuh baik secara formal ataupun informal, sementara pengalaman merupakan rekapitulasi dari tahap demi tahap dalam hidup dan berkehidupan. Bumi minang dan semua pembelajaran yang ada didalamnya, Alam Takambang Jadi Guru.

Seorang Profesor pernah memberikan wejangan, yang kita dapatkan hari ini dipengaruhi oleh dua faktor: dari keluarga mana kita dibesarkan dan dengan lingkungan mana kita bertumbuh.

Nilai-nilai kejujuran menjadi hal yang sangat fundamental sebagai landasan hidup #UrangAwak dari keluarga dan lingkungan. Ibarat kata, ketek diaja gadang taraja lah gaek tarubah tido. Bung Hatta adalah role mode kepemimpinan di Indonesia dan khususnya Sumatera Barat secara komprehensif, ka pai tampek batanyo ka pulang tampek babarito. Merdeka, Merdeka Merdeka.

Merdeka di nan ampek, setiap orang dapat memaknai kemerdekaan sebagai warga negara dengan cara masing-masing. Berikut merdeka dari perspektif penulis, pertama: merdeka secara personal, kedua: merdeka secara kelompok, ketiga: merdeka secara lintas komunitas, dan keempat: merdeka secara ekosistem. Tulisan kali ini dapat menjadi pencerahan bersama, apakah kita sudah benar-benar merdeka di nan ampek atau mungkin dan bisa jadi demikian.

Merdeka secara personal, setiap orang mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan. Hal ini tertuang pada Pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan, hal ini telah diimplementasikan pada program Saga Saja (Satu Rumah Satu Sarjana) oleh Kota Pariaman dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui beasiswa pendidikan tinggi di Kota Padangpanjang pada barometer pendidikan dunia. Selain pendidikan, hari ini kita juga diberikan banyak pilihan dalam berprofesi atau berkarir: mulai dari full time, part time, hybrid dan remote.

Merdeka secara kelompok, dengan kompetensi yang dimiliki kita dapat menemukan kelompok dalam bekerja dan bersosial. Dua hal ini ibarat dua sisi mata uang, saling terhubung dan saling memberikan dampak. Beberapa waktu kita mendapati warawiri di sosial media terkait bullying dan lingkungan kerja yang toxic, sementara itu pada lingkungan sosial kita juga mendapati masih banyak tuntutan bergaul atau istilah lain yaitu setara. Temukan kelompok yang dapat memotivasi kita untuk terus berprestasi, ibarat kata: berteman dengan yang jualan parfum kita akan kecipratan harumnya, begitupun sebaliknya.

Merdeka secara lintas komunitas, mengutip dari spirit ICCN “Padamu Negeri Kami Berkolaborasi, Bagimu Negeri Kreativitas Kamis”. Forum lintas komunitas yang telah memiliki jejaring +- 211 kota dan kabupaten di Indonesia membuktikan bahwa kita tidak hanya negara yang kaya dengan sumber daya alam, tetapi sumber daya manusia (kreativitas). Berkelompok dan satu warna adalah hal yang lumrah, lintas komunitas dengan berbagai warna merupakan simbol dari bhineka tunggal ika, walaupun berbeda beda tetap satu, Indonesia.

Merdeka secara ekosistem, ibarat pepatah “bajanjang naiak batanggo turun, duduak samo randah tagak samo tinggi” mulai dari personal, kelompok, lintas komunitas dan akhirnya terbangun yang namanya ekosistem secara bertahap.

Keberlanjutan menjadi hal yang sangat penting dalam membangun ekosistem dan sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam merdeka secara ekosistem. Dan akhirnya, empat poin ini seperti roda mobil yang harus  berjalan dan menempuh perjalanan untuk mencapai satu tujuan (kemerdekaan), nilai-nilai kejujuran seperti yang disampaikan oleh proklamator bangsa harus dilatih sedari ini.

Sejauh mata memandang “bertemu, berbagi #bacarito” baik secara personal maupun berkelompok, ada dua acara untuk dapat melihat keberagaman dan indahnya Indonesia, yaitu dengan “berkarya dan berpendidikan”. Melalui karya, kita dapat terus berkolaborasi dalam menghasilkan produk inovasi berbasis kelokalan. Melalui pendidikan, kita dapat terus mengedukasi dan mendorong lingkungan untuk terus bertumbuh dan mampu bersaing secara global. Inilah makna merdeka di nan ampek dalam kacamata seorang praktisi yang terus aktif menjadi akademisi.

Alam takambang jadi guru, mengutip dari pedoman identitas visual 77 Tahun Kemerdekaan Indonesia didapati Karakter Visual yang mencerminkan rasa optimistis dari bangsa yang dinamis, bersinergi, tegas, dan lugas dalam menghadapi tantangan global. Sebuah refleksi dari nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang mempersatukan bangsa Indonesia dalam mewujudkan harapan untuk bersama “Pulih Lebih Cepat dan Bangkit Lebih Kuat” menuju Indonesia maju. Dirgahayu 77 Tahun Indonesiaku.(*)

What do you think?

Written by Julliana Elora

DPRD Gelar Paripurna Kenegaraan Bersama Presiden Secara Virtual

Disjoki Bali bermusik di atas sepeda keliling kota hibur masyarakat