Oleh Salman*)
Mahalnya harga daging di Aceh
Jika kita berbicara tentang Aceh, adalah suatu hal yang sangat menarik perhatian banyak orang baik secara ruang lingkup nasional maupun internasional. Aceh adalah salah satu tempat yang unik dengan adat istiadat dan kekentalan budaya syariat Islamnya. Salah satu yang menarik dan unik yang ingin sedikit kita bahas di sini adalah tentang tradisi makmeugang (kebiasaan makan daging sapi/kerbau sebelum hari besar Islam yang dirayakan di Aceh).
Hari makmeugang di Aceh adalah tradisi masyarakat Aceh untuk menyambut ramadhan atau lebaran yang sudah diwarisi secara turun-temurun mulai dari eundatu geutanyoe ureueng Aceh (Nenek moyang orang Aceh) . Yang mana ada 3 kali dalam setahun yaitu, pertama pada saat menyambut bulan suci Ramadhan, kedua menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri, dan yang ketiga menyambut Hari Raya Idul Adha. Pada hari makmeugang tersebut, sudah menjadi suatu keharusan bagi semua masyarakat Aceh untuk ikut membeli daging dan memasaknya, untuk disantap bersama keluarga tercinta.
Salah satu hal yang tak terelakkan adalah meroketnya harga daging setiap tahunnya disaat hari-hari besar tersebut. Bahkan fakta di lapangan pada hari makmeugang Puasa Ramadhan 1438 H yang lalu, Harga daging di Aceh menyentuh level tertinggi yaitu Rp. 200.000,-/Kg yang tercatat pada hari kamis 25/05/2017 pagi hingga siang diwilayah Kota Fajar Kec. Kluet Utara Kab. Aceh Selatan, pada saat itu bisa dikatakan harga daging termahal didunia. Secara rata-rata diseluruh aceh pada saat Makmeugang kemarin harga daging berkisar antara Rp. 160.000,- s/d Rp 180.000,-. (Sumber : Serambi Indonesia 26/05/2017).
Mahalnya harga daging biasanya disebabkan kurangnya pasokan lembu potong yang tersedia di Aceh. Khususnya dalam rangka memenuhi kebutuhan membludak pada saat hari-hari besar tersebut. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, yang berlaku disini adalah hukum demand supply , yaitu harga akan naik apabila permintaan tinggi dan tidak sebanding dengan pasokan barang yang tersedia di pasaran.
Yang menarik di Aceh adalah walaupun harga daging melambung tinggi, hal tersebut tidak mempengaruhi daya beli masyarakat. Jadi jika dilihat di sini bukan hanya hukum ekonomi yang bermain di pasar makmeugang Aceh. Akan tetapi hukum adat itu sendiri yang membuat harga daging berapapun mahalnya tetap harus dibeli. Menjadi suatu hal adat yang memalukan apabila seorang kepala keluarga tidak dapat membeli daging pada hari makmeugang tersebut.
Jika dilihat dari segi peluang bisnis, faktor tersebut diatas sangat menguntungkan bagi para peternak dan pedagang lembu yang ada di Aceh. Tingginya animo permintaan yang sampai 4 kali siklus putaran yaitu makmeugang Puasa Ramadhan, Idul Fitri , Idul Adha, dan lembu untuk hari Raya Qurban.
Makmeugang Bak Tanyoe Laba Bak Gob
Namun disayangkan yang terjadi saat ini adalah makmeugang bak tanyoe laba bak gob (makmeugang di tempat kita orang lain yang mengambil keuntungannya). Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya lembu potong yang didatangkan dari luar daerah Aceh, karena tidak mempunyai peternak dan pedagang lokal memenuhi permintaan tersebut. Dan kita sendiri hanya menjadi penonton sehingga kehilangan potensi bisnis menjanjikan tersebut.
Semakin hari pertumbuhan penduduk Aceh terus meningkat dan semakin besar. Hal tersebut akan mempengaruhi terhadap kebutuhan konsumsi yang meningkat pula. Lembu adalah salah satu hewan ternak yang menjadi andalan untuk kebutuhan pangan daging makmeugang Aceh.
Ternak sapi khususnya lembu potong merupakan suatu usaha yang tidak ada matinya, yang setiap saat kebutuhan akan daging akan merujuk pada peternak-peternak tersebut. Dari segi ekonomi , ternak lembu sangat menguntungkan karena seekor lembu potong akan menghasilkan daging, kulit, tulang, pupuk kandang dan lain sebagainya.
Menurut salah satu peternak lembu potong didaerah Sawang Aceh Utara yang bernama Nurdin M. Ali (54), mengatakan bahwa Jika kita ingin berbisnis ternak lembu potong juga bukan suatu hal yang sulit, karena di Aceh masih memiliki potensi lahan yang luas untuk bisnis peternakan ini. Hanya butuh modal baik itu dari segi ilmu cara perwatannya, financial, maupun tenaga. Dan faktor yang paling penting adalah kegigihan dan keseriusan dalam menjalankan usaha itu sendiri.
Harga lembu potong kategori bibit unggul khusus berkisar antara Rp. 15 juta sampai dengan 20 juta /ekor. Untuk memperbesar atau dengan kata lain penggemukan sapi tersebut kita butuh waktu sekitar 6 s/d 12 bulan yang harus dirawat secara intensif dengan pakan yang cukup dan sesuai standar. Dan siap dipasarkan dengan harga berkisar antara 30 s/d 40 juta per ekor. Dan untuk kategori bibit lokal Rp. 10 Juta S/D 15 Juta/ekor dengan harga jual kembali setelah program penggemukan selama kurang lebih setahun dapat dijual dengan harga Rp. 20 Juta s/d 35 Juta per ekor menurut berat timbangannya.
Laba bersih yang didapatkan dari setiap lembu tersebut hampir 30 % dari modal yang dikeluarkan. Sungguh suatu bisnis yang sangat prospek, bukan? . Tidak menjadi suatu hal yang sulit dalam proses pemasarannya, karena banyak pedagang yang berebut ke tempat peternakan tersebut. Ia mengatakan belum sampai pada waktu makmeugang pun lembunya sudah diorder duluan tanpa perlu dipasarkan.
Sudah saatnya kita sebagai masyarakat Aceh khususnya kaula muda yang sadar akan potensi yang ada didaerah. Dalam hal ini membangun ekonomi berbasis kebutuhan rutin yang permintaannya terus bertambah setiap tahun. Bahkan untuk sapi potong dan ternak lainnya selama ini harus didatangkan selalu dari luar daerah Aceh.
Yang dimaksud di sini adalah kita sering latah dan lebih suka membuka usaha yang kurang prospek dan berkesinambungan. Karena mindset yang ada di benak kita, ketika membuka usaha baru ,lebih kepada trend yang sedang marak saat itu. Sebagai contoh misalnya ketika musim giok di Aceh banyak sekali pengusaha giok bermunculan luar biasa yang pada kenyataannya semua hilang bak ditelan bumi karena usaha hanya ikut-ikutan.
Meunye ken ie Leuhob , meunye ken droe teuh nyan keuh gob. Kita lebih sering tertarik dengan jenis usaha yang bersifat project seperti Kontraktor, usaha yang ngetrend dan presticenya tinggi, akan tetapi tidak “sustainable” (berkelanjutan). Coba kita renungkan sejenak apabila kita punya modal dan lahan serta kemampuan yang memadai, inilah saatnya kita berfikir dan memulai untuk mengambil bagian dalam bisnis yang menjanjikan ini.
Yaitu bisnis penggemukan sapi potong yang sangat prospek dan berkesinambungan. Dengan kita membuka usaha tersebut tidak hanya akan menghasilkan keuntungan bagi diri kita pribadi, akan tetapi juga bagi orang lain, yang dapat kita tampung sebagai tenaga kerja.
Besar harapan kami sebagai pemuda Aceh pada Ketua KNPI terpilih dan kepada Bapak Irwandi Yusuf Gubernur #AcehHebat selaku kepala Pemerintah Aceh untuk dapat mensupport lebih terhadap kampanye wirausaha yang berbasis pada potensi alam sekitar dan ramah lingkungan, berdasarkan kebutuhan pasar daerah Aceh yang berkesinambungan. Sehingga memudahkan informasi dan semakin memperbanyak wirausaha khususnya peternak lembu potong di Aceh. Yang dapat berefek positif serta terjaganya kestabilan harga pasar pada saat datangnya Makmeugang dan hari raya qurban setiap tahunnya.
Singkat kata peutuah Aceh Menyoe ken Ie Leuhob, Meunye ken droeu teuh nyan keuh gob. Sudah saatnya aneuk muda Aceh berfikir inovatif, kreatif dan energik dengan membuka bisnis yang lebih melihat pada potensi pasar yang ada. Sungguh bukan isapan jempol apabila kita dapat focus pada bisnis ternak sapi potong ini, selain mendapat keuntungan anda juga dapat menjadi salah satu pahlawan daerah, yang dapat menstabilkan harga pasar dikarenakan pasokan daging yang cukup khususnya diwaktu Makmeugang Puasa Ramdhan, Hari Raya Idul Fitri, Makmeugang dan Qurban di Hari Raya Idul Adha. Dengan semakin banyaknya masyarakat aceh yang sadar dan melek akan besarnya potensi bisnis yang ada disekitar kita. InsyaAllah “Aceh lon sayang” kedepan tidak akan tergantung lagi pada daerah lain dengan swasembada ternak khususnya lembu potong.
Al-Quran telah menjelaskan tentang keberkahan dan manfaat memelihara binatang ternak diantaranya salah satu Firman Allah dalam surat An-Nahl Ayat 5-6 yang artinya :
“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu ; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan , Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya , ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat pengembalaan“
Semoga apa-apa yang menjadi bagian dari yang kita usahakan selalu diberkahi dalam RahmatNya.
*)Mahasiswa Program Pasca Sarjana Ilmu Manajemen Unimal-Konsentrasi Pemasaran. Email: [email protected]