Medan (ANTARA) – Indonesia memiliki kekayaan cerita rakyat yang sangat beragam dan melegenda dari berbagai daerah.
Sebagai contoh, Jawa Barat terdapat legenda Sangkuriang yang berusaha memenuhi permintaan mustahil untuk membuat perahu dalam semalam.
Ada juga legenda Candi Roro Jonggrang dari Jawa Tengah yang menggambarkan usaha Bandung Bondowoso untuk membangun seribu candi dalam semalam demi menikahi Roro Jonggrang, tetapi gagal karena tipuan.
Meskipun kisah-kisah itu mengandung unsur magis yang berakhir dengan kegagalan, namun perjuangan mereka dalam mewujudkan suatu tujuan bisa menjadi pelajaran.
PON 2024
Dalam konteks modern, proyek besar seringkali menghadapi tantangan serupa, meskipun dalam skala dan cara yang berbeda.
Salah satu contoh nyata adalah pembangunan sarana dan prasarana untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara dengan proyek utama pembangunan Stadion Utama Sumatera Utara yang terletak di Desa Sena, Deli Serdang.
Lokasi tersebut akan menjadi tempat upacara penutupan PON pada 20 September mendatang.
Penetapan Aceh dan Sumut sebagai tuan rumah PON XXI dilakukan sejak November 2020 dengan terbitnya Surat Keputusan (SK) No 71 Tahun 2020 tentang Penetapan Provinsi Aceh dan Sumatera Utara sebagai Tuan Rumah Pelaksana Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI tahun 2024.
Kala itu, Zainudin Amali sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) menyerahkannya kepada Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman dan dilanjutkan kepada perwakilan Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.
Sebenarnya, Aceh dan Sumut telah terpilih sebagai tuan rumah PON 2024 saat Rapat Tahunan KONI Pusat April 2018 lalu. Namun, SK penetapan secara resmi baru serahkan pada November 2020 karena kala itu belum adanya peraturan terkait PON diselenggarakan di dua provinsi.
Dengan kata lain, menjadi tuan rumah PON 2024 bukan seperti permintaan Dayang Sumbi ke Sangkuriang atau permintaan Roro Jonggrang kepada Bondowoso untuk membangun candi dalam waktu singkat.
Persiapan PON 2024 seyogianya telah dimulai jauh-jauh hari dengan perencanaan yang matang.
Namun faktanya pada PON 2024 menjelang batas waktu, pembangunan sarana dan pra-sarana, khususnya Stadion Utama Sumut masih menghadapi tantangan.
Pada Kamis (5/9) Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meninjau langsung dan mengatakan progres pembangunan mencapai 94 persen.
Untuk memastikan proyek ini selesai tepat waktu, pengerjaan dilakukan selama 24 jam sehari dengan melibatkan puluhan ribu pekerja, termasuk personel TNI-Polri yang turut dilibatkan.
Memang bukan perkara mudah menjadi tuan rumah pesta olahraga sebesar PON. Terlebih, ini merupakan kali pertama PON berlangsung di dunia provinsi.
Bagi Aceh, PON 2024 menjadi kali pertama menjadi tuan rumah. Berbeda dengan Sumatera Utara yang punya pengalaman karena sebelumnya pernah menyelenggarakan ajang serupa pada PON III/1953.
Dalam perjalanannya, Sumatera Utara memang mendapat sejumlah tantangan. Semisal dari perubahan anggaran APBN yang berubah-ubah. Awalnya, Stadion Utama Sumatera Utara direncanakan memiliki kapasitas 75.000 penonton dengan anggaran Rp1,8 triliun.
Namun, anggaran tersebut dipangkas menjadi Rp587 miliar dan pengerjaan dilakukan sejak September 2023. Keterbatasan anggaran ini menambah tantangan, terutama dengan adanya pekerjaan tambahan seperti pembangunan jalan akses menuju stadion.
Meskipun demikian, semua pemangku kepentingan untuk PON 2024 terus berusaha keras dengan menambah jam kerja dan sumber daya.
Muhadjir yang mendapat mandat dari Presiden Joko Widodo sebagai Ketua Pengarah untuk percepatan pembangunan venue PON di Aceh dan Medan tetap optimistis pembangunan Stadion Utama Sumut dapat selesai sebelum upacara penutupan pesta olahraga empat tahunan tersebut.
Berkelanjutan
PON 2024 di Aceh-Sumatera Utara bukan sekadar ajang pesta olahraga, namun juga berperan sebagai katalisator penting dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Ajang olahraga nasional ini juga jadi ajang untuk mendorong pemerataan pembangunan olahraga di berbagai daerah di Indonesia.
Memang baiknya pembangunan fasilitas olahraga sudah selesai jauh sebelum PON dimulai karena atlet tuan rumah bisa memanfaatkannya untuk lebih dulu berlatih sehingga bisa maksimal karena mengetahui medan lebih dulu dibanding lawan-lawannya.
Keterlambatan ini berpotensi merugikan atlet tuan rumah, terutama yang bertanding di cabang olahraga yang memerlukan penguasaan lapangan yang baik.
Selain sebagai ajang persatuan, PON juga menjadi katalisator dalam mendorong pemerataan pembangunan di daerah. Dengan menjadi tuan rumah PON, suatu daerah akan terdorong untuk meningkatkan kualitas fasilitas olahraga, infrastruktur, dan sumber daya manusia.
Pelaksanaan PON di dua provinsi juga bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga keberlanjutan pembinaan olahraga di daerah. Hal ini penting mengingat persiapan atlet untuk kompetisi internasional membutuhkan waktu panjang, dimulai dari pembinaan sejak usia dini.
Aceh dan Sumatera Utara ke depan harus memaksimalkan fasilitas yang ada. Khususnya untuk Stadion Utama Sumatera yang jangan sampai hanya digunakan untuk upacara penutupan PON 2024.
Tugas yang tak kalah penting bagi tuan rumah PON adalah menyusun dan melaksanakan strategi merawat warisan arena yang ada agar tidak terbengkalai seperti di beberapa PON sebelumnya.
PON 2024 merupakan kesempatan besar bagi Aceh dan Sumut untuk membangkitkan olahraga kedua provinsi tersebut. Meskipun tantangan berat, harapan tetap tinggi untuk menyelenggarakan event yang sukses dan memberi dampak positif jangka panjang bagi perkembangan olahraga.
Seperti kisah-kisah legendaris yang mengajarkan tentang usaha dan harapan, proyek pembangunan fasilitas olahraga seperti Stadion Utama Sumut menghadapi tantangan besar tetapi juga menawarkan peluang untuk pencapaian yang membanggakan.
Dengan semangat gotong royong dan tekad yang kuat, PON 2024 diharapkan tidak hanya menjadi ajang olahraga yang sukses, tetapi juga menjadi tonggak baru dalam kebangkitan olahraga Tanah Air Indonesia.
PON 2024 akan menjadi momentum penting yang menggabungkan cita-cita besar dari generasi legenda hingga realitas modern yang penuh tantangan.
Baca juga: Banten optimistis kalahkan Jabar di semifinal bisbol
Baca juga: Pj Gub Aceh ingin “venue” olahraga dipakai untuk event internasional
Baca juga: Papua siap ladeni siapa pun di grand final sofbol putri PON 2024
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024