Karakteristik biofisik Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan faktor yang sangat berperan dalam mempengaruhi kondisi suatu DAS. Output DAS berupa debit dan sedimen, sering dijadikan variabel untuk menentukan banjir, kekeringan dan tanah longsor. Begitu pula keberadaan DAS Anai yang dinilai rawan banjir dan longsor.
Secara geografis, DAS Anai berada pada 00 23’ Lintang Utara, 00 51’ Lintang Selatan, serta 1000 27’ Bujur Timur 1000 15’ Bujur Barat. Secara administrasi, DAS seluas 61.599,43 Ha ini terletak di enam kabupaten/kota; Tanahdatar 25,18% (15.511,60 Ha), Agam 0,68% (416,02 Ha), Padangpanjang 1,63% (1.006,86 Ha), Kabupaten Solok 0,36 (219,80 Ha), Padangpariaman 71,10% (43.797,51 Ha) dan Padang 1,05% (647,64 Ha).
DAS Anai memiliki posisi strategis seiring adanya jalan lintas barat yang menghubungkan Padang dengan Tanahdatar, Padangpanjang dan Bukittinggi, serta jalan lintas yang menghubungkan Sumbar dengan Sumut dan Riau. Nah, jika terjadi gangguan bencana alam berupa banjir dan tanah longsor, berakibat terhambatnya transportasi darat. Kondisi ini membuat terganggunya arus transportasi.
Sekarang ini, hamparan sepanjang aliran Batang Anai dipenuhi aktivitas kehidupan masyarakat. Mulai pertanian sawah ladang, padang pengembalaan ternak, permukiman penduduk, galian sirtukil dan kawasan wisata. Semuanya tetap harus mewaspadai bencana longsor dan banjir bandang.
Berdasarkan analisis peta jaringan sungai, didapatkan panjang sungai utama DAS Anai sepanjang 91 km. Sedangkan panjang sungai DAS Anai dihitung dari outlet sampai ke sumber asal air mencapai 151 km. Dari hasil analisis peta topografi, diketahui titik tertinggi di hulu DAS 2.670 mdpl dan terendah bagian muara Anai lebih kurang 0.7 meter.
Anggapan rentannya terjadi bencana pada DAS Anai ini, didasari pada mulai menurunnya kualitas hutan dan vegetasi tutupan lahan, baik kawasan hulu maupun bagian tengah DAS Anai yang juga bertopografi lereng sampai curam. Kondisi ini menyebabkan fungsi hidrologis DAS berkurang, terutama kemampuan mengifiltrasikan air hujan untuk disimpan di ruang pori tanah, baik pori makro maupun mikro di lapisan zona vadose atau zona soil unsaturated. Kondisi tersebut bisa lebih mendorong terjadinya air larian (run off) di permukaan tanah yang sudah mengalami degradasi.
Kondisi tersebut diindikasikan sebagai akibat karakter pola hidrograf aliran sungai sangat fluktuatif sekali, khususnya antara musim kering dan hujan, serta banyaknya muatan sedimen melayang dan mengendap pada aliran sungai. Ilustrasi ini menyebabkan debit aliran sungai menjadi bertambah besar ketika hujan terjadi dengan intensitas tinggi pula.
Bila hujan terjadi di hulu DAS Anai, masing-masing kawasan Tanahdatar, tepatnya kaki Gunung Merapi seluas 15.511,60 Ha (25,18%) dan Agam di kaki Gunung Singgalang seluas 416,02 Ha (0,68%), ada kawasan tangkapan air (catchment area) luas dan laju aliran relatif sangat cepat menuju hulu DAS Anai.
Hal ini bisa membuat kawasan muara Anai terancam banjir. Lebih-lebih, pada kawasan ini terdapat pula tiga muara sungai yang berdekatan. Yakni, muara DAS Kandis, DAS Kasang dan DAS Anai sendiri.
Bahkan bila intensitas hujan tergolong tinggi, bisa saja menenggelamkan landasan pacu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) pada kawasan Batang Anai tersebut. Apalagi, bila kondisi ini diikuti pula oleh turunnya hujan di hilirnya, yakni kawasan Padangpanjang dengan luas catchment area-nya 1.006,86 Ha (1,63%) dan Kabupaten Solok seluas 219,80 Ha (0,36%). Aliran curah hujan ini diteruskan ke hilir DAS melalui Padangpariaman, plus air buangan dari PLTA Asam Pulau.
Tingkat kekritisan DAS Anai terdapat pada daerah Padangpanjang dan sekitarnya yang merupakan daerah hulu sekaligus pusat aktivitas masyarakat. Namun, secara umum DAS Anai cenderung memperlihatkan tingkat kritis. Lahan tidak kritis hanya seluas 44,3%, sisanya 55,7% masuk kategori lahan potensial kritis sampai sangat kritis seluas 55,7%. Nah, bila lahan kritis ini tidak cepat ditindaklanjuti, bisa menimbulkan masalah untuk DAS Anai.
Keberadaan lahan kritis ini diduga karena laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan membutuhkan areal pertanian sera permukiman baru, serta akibat adanya bencana alam yang pernah terjadi pada DAS Anai. Merujuk ini, perlu koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi (KISS) antar-para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan DAS. Sehingga, pengelolaan DAS menjadi sangat penting diprioritaskan mengingat sudah terjadinya penurunan kualitas lingkungan DAS, akibat pola pengelolaan sumberdaya yang tak ramah lingkungan dan meningkatnya potensi konflik kepentingan antar-pemangku kepentingan terkait (stakeholder).
Untuk mewujudkan visi “Satu DAS, satu rencana, dan satu sistem pengelolaan terpadu (one watershed, one plan and one integrated management), diperlukan rumusan rencana aksi bersama yang disepakati para pemangku kepentingan. Bentuknya, rencana pengelolaan DAS secara terpadu.
Visi DAS tersebut dapat diwujudkan bila sejak awal perencanaan DAS, pemangku kepentingan mau dan mampu membangun kerja sama sinergis dalam memanfaatkan serta melestarikan SDA dalam DAS secara berkelanjutan.
Pengelolaan DAS terpadu dalam implementasinya merupakan bagian dari proses kerja sama antar-daerah sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Kerja Sama Antar Daerah. Kerja sama daerah dilakukan atas prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan transparansi, keadilan dan kepastian hukum di wilayah DAS Anai.
Untuk mewujudkan prinsip one river, one management secara terpadu, akhir tahun 2016 lalu BPDASHL (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung) Agam Kuantan sudah menyusun rencana pengelolaan DAS Anai. Penyusunan ini ditujukan untuk menyediakan rencana pengelolaan sumberdaya alam (hutan, tanah, air) DAS Anai yang disepakati pemangku kepentingan untuk dilaksanakan sesuai tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab masing-masing, serta menetapkan langkah-langkah strategis pembangunan antar-sektor setiap pemangku kepentingan. Dengan demikian, kekhawatiran ancaman banjir dan longsor pada DAS Anai dapat dimitigasi sekecil mungkin. (*)
LOGIN untuk mengomentari.