in

Mudik Lebaran Bebas Sampah

Oleh Christina Ester M Hutabarat

Lusa sudah Lebaran. Se­tiap perantau mungkin su­dah banyak tiba di kampung halaman. Ja­rak tempuh akan sedikit lebih panjang dari biasanya karena kemacetan jalan raya, meski­pun banyak juga yang menggu­nakan jalur udara dan air. Bisa dikatakan bahwa semakin pan­jang jarak dan waktu tempuh, dibutuhkan makanan dan mi­numan memadai.

Berdasarkan pengalam­an, edisi mudik kerap dihiasai sampah yang berserakan se­hingga merusak lingkungan. Aneka macam sampah berupa plastik tempat makan, kantong plastik, botol plastik, ataupun tisu yang kerap ditemukan se­panjang jalur yang ramai dilalui pemudik seperti jalan tol, rest area, atau tempat-tempat per­hentian berkendara.

Pemerintah melalui Kemen­terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengeluar­kan imbauan kepada masyara­kat, khususnya para pemudik, agar tetap menjaga ke­selamatan diri, alam, dan lingkungan selama pulang kampung. KLHK mengimbau agar pe­mudik tetap menjaga ke­bersihan. Jangan mem­buang sampah di jalanan atau sembarang tempat yang dikunjungi.

Dirjen Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 KLHK, Vivien Ratnawati, tahun lalu mengingatkan arus mudik Lebaran dapat me­ningkatkan timbunan sampah di fasilitas umum. Dia minta masyarakat menciptakan gaya hidup mudik bebas sampah. Tahun 2019, KLHK kembali menyuarakan kampanye bebas sampah plastik kepada para pemudik dengan tema “Mudik Asik Tanpa Sampah Plastik”.

Mudik diharapkan tertib dan bersih sehingga tidak me­nimbulkan masalah yang me­rugikan banyak pihak. Forum Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah minta masyarakat lebih peduli terhadap sampah plastik. Kampanye ini di­dengungkan di seluruh media, termasuk radio-radio di ibu kota demi mendorong pemudik tertib dengan sampah plastik.

Pada Forum Tematik Bakohumas yang diadaikan 28 Mei 2019, di Jakarta, Vivien membukakan data terbaru dari Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik Lebaran 2019 mencapai 23 juta. Sementara itu, KLHK mengeluarkan data timbunan sampah tahun ini diprediksi bisa mencapai 16.100 ton per hari. Hitungannya, tiap orang menghasilkan 0,7 kilo­gram sampah setiap hari.

Maka, pemerintah begitu gencar kampanye demi me­ngurangi penggunaan plastik sekali pakai. Sebab, hal itu da­pat membahayakan banyak pihak, termasuk alam dan ma­nusia itu sendiri. Semakin luas kampanye, tambah besar dam­pak positifnya. Salah satu cara yang dipakai adalah sosial me­dia dan konten-konten kreatif. Vivien juga mendesak semua pihak berperan aktif, termasuk para gubernur, bupati, dan wali kota guna mewujudkan mudik bebas sampah plastik di daerah masing-masing.

Lebih baik mencengah dari­pada mengobati. Kalimat ter­sebut sudah tidak asing di te­linga. Bisa dikatakan ini sudah didengar sejak lama sehingga anak-anak sampai orangtua pun sudah hafal. Akan tetapi, sebenarnya itulah yang harus di­kerjakan agar per­masalahan sampah tersele­saikan. Sampah tahun sebe­lumnya juga cukup menyita perhatian banyak pihak.

Misalnya, tahun 2017 sam­pah di Indonesia mencapi 65,8 juta ton. Tahun 2018 mencapai 66,5 ton. Apabila sesuai dengan proyeksi KLHK, maka tahun 2025 sampah akan mencapai 70,8 juta ton per tahun. Itulah angka yang sangat mempri­hatinkan.

Sudah waktunya kita mem­buka mata. Bayangkan saja ta­hun 2017 sampah yang dapat dikelola pemerintah hanya 67 persen. Dengan kata lain, sisa yang tidak terkelola dan akhir­nya ada di sungai dan laut sa­ngat banyak. Hingga kini sam­pah masih “bocor” dan belum ditangani dengan baik.

Tips Mudik

Selama mudik dan arus balik warga ha­rus bijak dan tang­gung jawab dalam perjalan­an. Usahakan sampah pribadi, termasuk plastik, dibuat semi­nim mungkin dalam perjalan­an. Jadi, sebelum perjalanan, disiapkan betul agar sesedikit mungkin membawa plastik.

Bawalah bekal makanan dan minuman dalam wadah yang tidak langsung buang seperti toples, rantang, atau dibungkus daun. Jangan lupa selalu me­nyediakan tempat sampah di dalam mobil pribadi dan ken­daraan umum. Tempat sampah bisa dari keranjang ataupun kardus, atau bahkan di dalam tas masing-masing. Hal ini akan menghindarkan pemudik sembarangan membuang plas­tik ataupun kemasan makanan dan minuman bekas pakai.

Apabila sedang berada da­lam perjalanan, usahakanlah untuk tidak jajan sembarangan guna mengurangi kemasan ataupun pembungkus yang bisa menjadi tumpukan sam­pah. Kita juga harus menjaga lingkungan bebas sampah. Ma­syarakat juga harus menjaga kesehatan dari banyak kuman dalam makanan di luar.

Selain itu, usahakan untuk meminimalkan penggunaan tisu karena sering kali sebagai benda sepele, akan tetapi sebe­narnya penumpukan tisu juga merugikan semua orang. Para pengendara dan pengguna transportasi umum baik jalur darat, air, ataupun udara, usahakanlah untuk sosialisasi­kan bebas sampah plastik terha­dap para pemudik lainnya.

Lahkan ini tidak sulit, ter­utama jika kita mau memulai dari diri sendiri dan meng­ajak orang lain melakukan­nya. Ingat bahwa masalah sampah bukan hanya tang­gung jawab pemerintah, melainkan kita semua juga. Mudik tak harus membawa sampah.

Sebaliknya, warga kota besar justru harus dapat memberi contoh cinta ling­kungan dengan tertib me­nempatkan sampah. Semoga mudik nasional kali ini dan arus balik setelah Lebaran, tiap-tiap kita dapat meminimalkan memproduksi sampah.

Hal yang sama juga dapat dilakukan selama Lebaran. Masyarakat harus mampu me­ngelola sampah yang muncul saat Lebaran. Pilah sampah-sampah. Idul Fitri dengan sedikit produksi sampah, tentu akan menjadi kenangan Lebar­an terindah. n

Penulis Lulusan

Pascasarjana ITB

What do you think?

Written by Julliana Elora

Kolaborasi Bersama PT Pelindo II, ACT Sumsel Antarkan Paket Lebaran ke Tepian Sungai Ogan

Nilai Hidup Universal dari Kisah-kisah Sederhana