Pasok Jakarta, Diduga untuk Tahun Baru
Mendekam di balik jeruji besi tak menghentikan Andang Anggara, 26, dan Sonny Sasmita, 40, mengendalikan peredaran narkotika. Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Dittipid Narkoba) Bareskrim mengungkapkan, keduanya mengendalikan penyelundupan 600 ribu ekstasi asal Belanda dari penjara. Tiap satu butir ekstasi bisa dipecah menjadi empat butir dengan kualitas biasa.
Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto menuturkan, sebulan lalu ada informasi pengiriman ekstasi dari Belanda. Namun, waktu dan lokasinya tidak jelas. Berangkat dari situ, Bareskrim lantas bekerja sama dengan Ditjen Bea Cukai untuk mengantisipasi penyelundupan itu. “Bea Cukai yang mendapatkan informasi kemudian memperketat pemeriksaan barang dari Belanda,” ujarnya kemarin (23/11).
Tidak disangka, 600 ribu ekstasi itu ternyata sudah berada di gudang barang impor. Akhirnya, dilakukan control delivery terhadap ekstasi itu. Ada dua orang yang mengambil ekstasi, yakni Dadang dan Waluyo. Ekstasi itu dikirim ke sebuah rumah di Perumahan Vila Mutiara Gading, Tambun Utara.
Dilakukanlah penggerebekan terhadap kedua pelaku. Setelah digeledah diketahui ekstasi itu terbungkus plastik dengan jumlah 120 kemasan. Setiap plastik berisi 5 ribu butir dengan total 600 ribu butir. Dari keterangan keduanya, diketahui bahwa mereka bekerja kepada Andang dan Sonny. “Saat itu juga terdapat pemesan dua orang, yakni Handayana dan Randy. Keduanya diringkus di tempat berbeda,” terangnya.
Dia mengatakan, Andang merupakan napi LP Kelas I Surakarta dan Sonny merupakan napi LP Gunung Sindur, Bogor. Keduanya masih dalam proses perizinan untuk bisa diperiksa. “Napi beda LP ini bisa kendalikan satu jaringan, tentunya akan kami dalami bagaimana caranya,” tuturnya.
Yang mengkhawatirkan, 600 ribu ekstasi itu setelah diteliti terdapat garis pembagi. Artinya, ekstasi itu bisa dipecah dengan rata-rata satu butir kualitas satu menjadi empat butir kualitas biasa. “Dengan begitu, 600 butir ekstasi ini bila dipecah bisa mendapatkan 2,4 juta pil ekstasi,” ujarnya.
Direktur Dittipid Narkoba Bareskrim Brigjen Eko Daniyanto mengatakan, ekstasi tersebut diduga akan digunakan untuk suplai tahun baru. Sebab, permintaan narkotika akan meningkat drastis saat tahun baru. “Ini kemungkinan besar,” paparnya. Untuk distribusi ekstasi tersebut, yang menjadi target bandar adalah Jakarta dan Jawa Timur. “Ini akan diedarkan ke tempat hiburan malam di kedua provinsi tersebut,” ujarnya.
Dia menjelaskan, saat ini penyidik mendalami apakah ekstasi itu terhubung dengan bandar internasional warga negara Belanda bernama Boncel. Dia diketahui berulang kali memasukkan narkotika dari Belanda ke Indonesia. “Itu sedang dalam pemeriksaan,” jelasnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.