in

Nasdem Tetap Berjuang dalam Badai

Adio Sangiro, Wakil Ketua DPW NasDem Sumbar.

Oleh: Adio Sangiro, Wakil Ketua DPW NasDem Sumbar

Lembar demi lembar halaman dalam buku perjalanan demokrasi Indonesia episode ini perlahan terbuka. Mulai dari lembar pendahuluan, halaman isi, sampai nanti pada momentum finalnya di Pemilu 2024. Deklarasi calon presiden menjadi bagian dari muqaddimahnya, sedangkan yang terjadi saat ini, sudah masuk pada bab awal kategori halaman isi. Konflik yang dibangun mulai terasa, meskipun ritmenya masih samar dan dinamis.

Secara individual, setiap orang memiliki persepsi dan asumsi terhadap sebuah peristiwa berdasarkan premis-premis yang hadir di dalamnya. Meskipun persepsi dan asumsi itu tidak bisa serta merta dikemukakan karena banyak rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam menerjemahkan peristiwa politik. Terlebih peristiwa yang spesifik dan sangat monumental seperti yang terjadi pada Sekjen partai Nasdem sekaligus Menkominfo, Jhony G Plate.

Menteri Korupsi atau Korban Intervensi?

Penetapan terduga korupsi pada Menteri di era Jokowi bukan kali pertama terjadi. Idrus Marham, Menteri Sosial dari Partai Golkar menjadi yang pertama kali mencatatkan dirinya sebagai menteri era Jokowi yang ditangkap KPK. Disusul kemudian kader partai PKB Menpora Imam Nahrawi dan kader partai Gerindra Edhy Prabowo yang menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Selanjutnya juga ada politisi partai PDIP Juliari Batubara, Menteri Sosial yang korupsi dana Bansos saat pandemi Covid-19, serta yang paling anyar adalah Menkominfo Jhony G Plate dari Partai Nasdem.

Berembus kabar bahwa kasus terakhir bukan murni merupakan kasus menteri korupsi, ada indikasi intervensi dalam kasus tersebut. Tentu selentingan itu bukan tanpa alasan, penangkapan yang dramatis dan framing tentang besarnya kerugian negara menguatkan spekulasi indikasi tersebut.

Bagaimana tidak? Sebelum ini santer terdengar juga potensi kerugian negara yang mencapai ratusan triliun dari sebuah kementerian mentereng yang menguap begitu saja meski sudah banyak pihak turut angkat bicara.

Tapi Nasdem tentu saja tidak akan berlindung dalam ruang dini sebuah spekulasi, meski aroma indikasi tersebut semakin menyeruak memenuhi sudut-sudut logika. Akan tetapi, ketua umum Nasdem tetap menegaskan bahwa Nasdem akan konsisten terhadap pemberantasan korupsi, mematuhi proses hukum yang berjalan dan menginginkan kebenaran yang terang-benderang.

Menurutnya, kesatria sejati bukan yang tidak pernah salah, tapi yang tidak pernah lari dari masalah. Surya Paloh mengibaratkan kebenaran seperti air dan udara, yang mampu menembus celah sekecil apa pun. Maka ia menolak percaya pada spekulasi intervensi dan membiarkan kebenaran menemukan jalan sendiri.

Badai Politik adalah Bagian dari Notasi Demokrasi

Meski guncangan kali ini agak hebat karena menyasar organ vital partai Nasdem, tapi menurut Willy Aditya, tidak ada lagu yang indah tanpa irama dan notasi di dalamnya. Badai adalah bagian dari notasi demokrasi. Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, karena komando partai tetap tegak dan optimisme tetap terjaga dari para kader dan konstituen setia partai.

Serangan badai juga tidak akan berhenti sampai di sini. Ke depan, medan yang terjal dan curam akan bergantian menguji. Potensi badai yang terjadi juga mungkin lebih hebat lagi, maka satu-satunya cara adalah konsolidasi internal. Para elit, kader, konstituen dan simpatisan partai merapat, membentuk satu tembok besar yang akan membuat Nasdem tetap berjaya menghadapi berbagai penjegalan.

PR besar Nasdem masih banyak, mengantarkan senyum kebahagiaan kepada rakyat Indonesia, memastikan kemakmuran sampai ke pelosok negeri, dan semua itu membutuhkan energi yang besar. Maka tidak ada ruang untuk meratapi kejadian ini. Naluriah jika secara emosional kader dan simpatisan akan kecewa, akan tetapi jangan sampai kekecewaan itu membuat kita lupa pada cita-cita besar partai yang telah menunggu untuk dituntaskan.

Figur Capres atau Koalisi Jumbo

Nasdem akan tetap tegak, tidak pincang apalagi jadi pecundang. Terlebih lagi posisi Nasdem saat ini sebagai salah satu nakhoda dari kapal besar Koalisi Perubahan. Tentu saja akan semakin banyak tantangan dan badai yang harus dihadapi, tapi semangat kebersamaan dan niat baik yang terjaga akan menjadi benteng pelindung yang kokoh.

Koalisi perubahan akan menjadi tempat rakyat menitipkan harapan, bergabungnya PKS dan Demokrat menjadi bukti bahwa Koalisi Perubahan adalah milik Indonesia, baik masyarakat segmentasi agamis maupun segmentasi nasionalis. Maka punggawa di dalamnya harus mempersiapkan jiwa yang lapang dan tenaga yang tidak kurang agar kerja-kerja besar di depan dapat terselesaikan.

Mampu membangun koalisi yang besar mungkin saja baik sebagai faktor elektoral, akan tetapi menjadi sumbang jika tidak diimbangi dengan pertanggungjawaban moral. Maka yang utama bagi Koalisi Perubahan adalah memiliki figur pemimpin yang solutif, sehingga pertimbangan masyarakat akan jernih jatuh pada independensi calonnya, bukan karena arogansi koalisinya.

Berjuang dengan Damai dalam Badai

Sebuah konsep perjuangan yang besar harus dimulai dengan niat baik. Maka dari itu Surya Paloh memilih untuk mengesampingkan spekulasi intervensi, mengesampingkan jalur-jalur licik untuk menyelamatkan partai, tidak pasang badan dan membabi buta menyangkal. Niat baik adalah konstruksi utama bangunan dari koalisi perubahan. Sehingga, badai ini akan diterima dengan damai dan perjuangan tetap akan berlanjut.

Anies Baswedan sebagai capres yang diusung turut memberikan semangat dan mengingatkan, bahwa dari awal siapa saja yang memilih untuk berjuang harus siap menghadapi tantangan. Anies tidak merisaukan isu miring tentang dampak elektabilitasnya karena kasus korupsi di Kominfo, baginya elektabilitas itu bukan angka atau skala, tapi kompetensi dan intuisi yang lebih utama.

Layar kapal Koalisi Perubahan akan tetap terbentang menyeberangi lautan demokrasi Indonesia untuk sampai pada naluri dan nurani masyarakat, dan mengirimkan pesan bahwa di sinilah perubahan itu akan kita mulai. Koalisi Perubahan tidak akan memimpin dengan arogan, karena aspirasi sekecil apa pun akan menjadi alasan menuju Indonesia semakin baik ke depan.

Penutup

Bagi Surya Paloh dan seluruh jajaran partai Nasdem, cara menjawab keraguan publik adalah dengan menyajikan fakta bahwa puluhan pilkada yang telah digelar tanpa mahar menjadi bukti konsistensi dari cita-cita restorasi partai Nasdem. Nasdem menjamin cita-cita dan niat baik untuk bangsa itu masih utuh terjaga untuk selamanya.

Kejadian ini dengan spekulasi yang turut menyertainya tentu akan menjadi bahan evaluasi partai Nasdem pada langkah-langkah selanjutnya. Secara bersamaan juga, sebagai mitra koalisi, PKS dan Demokrat akan kian merapat dan mengeratkan tujuan perubahan yang menjadi cita-cita bersama.

Sosok Anies Baswedan sebagai capres juga tidak kalah menyumbang pengaruh positif dalam tubuh koalisi. Anies menjadi magnet yang menarik nalar publik untuk berimajinasi tentang sosok pemimpin Indonesia yang muda, energik dan penuh semangat. Anies selalu membuat peta di kepalanya saat menemukan berbagai permasalahan, sehingga pembicaraannya terukur, berkualitas dan tidak sia-sia. Anies, Nasdem dan seluruh partai di koalisi perubahan adalah bingkai kebinekaan, potret bangsa yang indah, mereka berjuang dengan nilai dan kompetensi bukan dengan ambisi, arogansi, apalagi intervensi.(***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Saksi Mata: Ketua KBPKL Tidak Memukul Irsal Mawardi, Cuma Adu Kepala

Red Velvet buka konser penuh semangat dengan “Feel The Rhytm”