Memiliki anak yang hafal Al Quran, tentunya merupakan impian setiap orangtua saat ini. Misi ini sama dengan Nurul Ilmi Billingual Integrated Islamic School (NIBIIS) Kota Pariaman yang memiliki keinginan untuk menjadi penghasil siswa-siswi penghafal Al Quran tanpa mengesampingkan pelajaran umum.
Karena itu tak salah jika sekolah dengan konsep sekolah Islam Terpadu ini paling diminati orangtua saat ini. Beralamat di Jalan Basuki Rahmat Nomor 3 Karanaur, Kecamatan Pariaman Tengah, Kota Pariaman, sekolah yang awalnya terkenal sebagai Sekolah Islam Terpadu Nurul Ilmi sudah berdiri sejak tahun 2003.
Saat ini jenjang pendidikan di NIBIIS mulai dari TK, SD dan SMP, yang seluruh proses belajar mengajarnya dipusatkan di satu lingkungan sekolah dengan gedung yang sangat nyaman. Bahkan masing-masing kelas dilengkapi dengan proyektor dan satu siswa memiliki satu bangku, satu meja dan satu loker, serta juga tersedia wastafel di setiap kelas.
Fasilitas ini juga ditunjang dengan lokasi kelas yang cukup luas. Di mana dalam satu kelas maksimal 16 siswa/pelajar dibimbing satu orang guru utama dan satu orang guru pendamping.
Sekolah yang menerapkan konsep Full Day School ini, juga memiliki fasilitas perpustakaan, labor bahasa, labor komputer dan labor IPA. NIBIIS juga memiliki lapangan futsal untuk mendukung aktifitas olahraga murid. Termasuk juga ada saung-saung yang digunakan untuk belajar menghafal Al Auran atau tahfiz Al Quran.
Dibimbing seorang ustazah, murid belajar di saung-saung secara berkelompok. Satu kelompok belajar maksimal 9 orang/siswa. Lokasi saung yang berada di bawah pepohonan membuat siswa merasa nyaman dan bersemangat untuk menghafal Al Quran.
“Untuk tahifz Al Quran setiap harinya siswa belajar Al Quran 3 jam pelajaran mulai dari Senin sampai Kamis. Dua jam mereka menghafal dan menyetorkan hafalan, 1 jam untuk tahsin, mengevaluasi bacaan Al Quran. Nah untuk Jumat, 1 jam pelajaran,” ujar Kepala SD NIBIIS, Indra Suprapto kepada Padang Ekspres diruang kerjanya, kemarin.
Dalam program tahfiz ini tentunya juga melibatkan orangtua untuk mengulang hafalan siswa di rumah. Setiap hari siswa wajib mengulang hafalannya di rumah di bawah kontrol orangtua. Nanti orangtua menandatangani lembaran kontrol hafalan di buku yang telah disediakan sekolah.
Sejak kelas I SD hingga kelas VI, siswa mulai menghafal Al Quran dari Juz 30, Juz 29, Juz 27, Juz 1, Juz 2, Juz 3, Juz 4 dan seterusnya. Untuk kelas 6 SD dan kelas 9 SMP saat akan menyelesaikan pendidikan mereka mengikuti ujian akhir hafalan Al Quran atau biasa disebut syahadah.
“Jadi Ujian Syahadah ini merupakan upaya sekolah memastikan surat atau juz yang pernah dihafal bisa mereka kuasai atau mutqin ketika mereka menyelesaikan studinya,” ujarnya.
Indra menyebut, persiapan syahadah dimulai dari awal semester 2 kelas 6 SD dan kelas 9 SMP. Saat semester 2 siswa tidak lagi menambah hafalan.
Mereka fokus mengumpulkan dan menyetor kembali hafalan yang pernah dihafal dan dapat sertifikat. Saat ujian syahadah akan diujikan 10 pertanyaan sesuai dengan juz yang mereka hafal.
Jadi misalkan siswa memiliki hafalan 7 juz, maka setiap juz akan diuji dengan 10 pertanyaan. Ada yang dalam 1 juz itu 2 pertanyaan. Nah Kalau 5 juz berarti masing-masing juz diuji 2 pertanyaan.
“Untuk kategori penilaian syahadah nantinya diajukan 10 pertanyaan, minimal ananda bisa menjawab 6 pertanyaan tanpa bantuan. Nah jika kurang dari 6 juz maka akan harus kembali mengulang ujian,” ujarnya.
Bagi mereka yang berhasil atau lulus ujian syahadah nantinya, mereka akan mendapatkan reward plus sertifikat syahadah yang akan diserahkan pada saat mereka wisuda.
Indra menyebut sebagian besar siswa yang lulus ujian syahadah adalah mereka yang rajin mengulang kembali hafalannya dan tentunya didukung orangtua. Ini butuh kerja sama antar guru dan ornagtua yang menjadi penentu keberhasilan siswa dalam pendidikannya. (Zikriniati ZN, WARTAWAN PADANG EKSPRES)