Hangzhou (ANTARA) – Berada di urutan pertama unjuk gigi memperebutkan medali, membuat Nyimas Bunga Cinta (17) tampak sedikit gugup di sisi lapangan jelang babak final skateboard putri nomor park Asian Games 2022 di Qiantang Roller Sports Centre, Hangzhou, China, Senin (25/9).
Padahal itu bukan kali pertama dia tampil membawa nama Indonesia di pesta olahraga antar negara Asia itu. Pada Asian Games 2018 di Jakarta, Bunga yang kala itu masih belum menginjak usia remaja, menjadi atlet skateboard termuda yang meraih medali; Pada usia 12 tahun, dia membawa pulang medali perunggu.
Kini, usianya sudah 17 tahun. Siswi SMA di Jakarta itu sudah tampak lebih dewasa, tetapi pandemi yang membuat jumlah pertandingan berkurang drastis diakui mempengaruhi mentalnya saat bertanding. Dulu, dia punya cara yang ampuh untuk mengatasi grogi jelang beraksi.
“Tapi tadi pas grogi aku masih belum dapat (solusi), cara yang dulu kurang mempan, harus cari cara lain,” kata Bunga kepada ANTARA seusai bertanding di Qiantang Roller Sports Centre, Hangzhou, China, Senin (25/9).
Biasanya, Bunga menghapus kegugupan dengan cara minum, makan, juga mendengarkan musik-musik yang penuh semangat. Dia juga punya playlist lagu yang khusus dibuat untuk membakar semangatnya saat berkompetisi. Salah satunya “Bukan Anak Kemarin Sore” dari Armada yang masuk ke dalam salah satu lagu di Asian Games 2018.
Dalam final Asian Games 2022, skor yang didapatkan Bunga pada babak pertama adalah 16,5. Dia mulai bangkit di babak kedua dengan angka 60,41 lantaran aksinya berlangsung mulus hingga akhir. Jeritan senang sekilas terdengar dari bangku penonton. Para pesaingnya turut bersorak. Pelatih dan tim ofisial dari negara lain ikut tersenyum dan memberikan selamat.
Bunga sempat berada di posisi ketiga selama babak kedua, memberikan harapan akan ada medali perunggu yang diraih Indonesia dari cabang olahraga yang baru dipertandingkan di Asian Games Jakarta pada 2018, dan jadi olahraga resmi di Olimpiade Tokyo 2020. Sayangnya, asa itu meredup ketika para pesaingnya dari negara-negara yang kuat seperti Jepang dan China membuat posisinya semakin mundur. Pada babak ketiga, nilai yang didapatkan Bunga tidak setinggi sebelumnya. Dalam kompetisi ini, hanya nilai tertinggi dari tiga babak yang diambil dan menentukan prestasi setiap atlet.
Bunga bertahan dengan skor 60,41, sementara sang juara pertama, Hinano Kusaki dari Jepang, meraih skor 88,87. Pada akhirnya, Bunga berada di urutan keenam, diikuti oleh Mazel Paris Alegado dari Filipina dan Yi-Fan Lin dari Taiwan.
Seusai pertandingan, di tengah cuaca Hangzhou yang akhir-akhir ini mulai panas dan membuat tubuh berkeringat, Bunga menyayangkan posisi tubuhnya yang terlalu ke depan saat melakukan trik sehingga aksinya tidak berlangsung mulus.
“Harusnya enggak jatuh sih, tapi karena badannya ke depan… ya sudah enggak apa-apa, yang penting udah ngasih yang terbaik yang aku bisa,” ujar Bunga yang mengenakan kerudung hitam.
Meski gagal membawa pulang medali, toh dia sudah melampaui target yang dipatok oleh sang pelatih. Ke depannya, Bunga akan menjalani latihan yang lebih intensif agar bisa meraih prestasi yang lebih gemilang. Sang pelatih, Anthony Adam Caya, mengatakan persiapan menuju 2024 akan jauh lebih maksimal.
Baca juga: Barbie beri penghargaan untuk atlet muda Nyimas Bunga Cinta
Baca juga: Bunga Nyimas, peraih medali termuda AG 2018
Selanjutnya: Masa remaja dan persahabatan
Editor: Dadan Ramdani
COPYRIGHT © ANTARA 2023