Genius Umar
Wali Kota Pariaman
Memaknai Hari Pahlawan pada zaman now tidak lagi seperti dulu harus menyandang senjata dan turun ke medan pertempuran melawan penjajah. Hari ini, siapapun yang peduli dalam melindungi perempuan dan anak dari aksi kekerasan dan kejahatan seksual, dia adalah pahlawan.
Minangkabau memiliki sistem sosial matriakat dan mayoritas orang taat beragama sebagaimana yang kita tuahkan sesuai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABSSBK). Seharusnya perlindungan dan perlakuan terhadap perempuan sangat istimewa. Karena bukan hanya adat yang mengajarkan menghormati wanita sebagai bundo kanduang, namun juga sebagai tiang negara.
Apabila kita melindungi perempuan, artinya kita menjaga kehidupan dan melindungi anak-anak kita. Menjaga masa depannya.
Tapi ketika melihat fakta yang ada, tingkat kekerasan seksual level desa pada 2019 berdasarkan data, ternyata desa di Sumatera Barat berada nomor satu tertinggi pelecehan seksual.
Lalu, saat kita melihat data laporan kekerasan terhadap perempuan di Sumatera Barat masuk masuk sepuluh besar di Indonesia. Data tersebut dengan catatan masih banyak yang takut melapor karena merasa malu dan runtuh martabat niniak mamak, kaum dan datuknya.
Kejahatan tersebut banyak dilakukan oleh orang terdekat. Bahkan lingkungan sekolah dan mengaji tidak luput dari ancaman kekerasan, termasuk pelecehan seksual. Selain itu, kalau kita mau jujur, angka LGBT di Sumatera Barat pun sudah mengkhawatirkan.
Tentu saja ini menjadi paradoks. Kita yang merasa suku paling banyak bermalu, taat beribadah, ternyata kemerosotan moral juga sangat menghantui.
Tentu saja ini menjadi tugas kita bersama. Harus ada rasa empati dan tentu saja keberanian untuk bicara dan bertindak. Kita tidak boleh diam. Kalau kita biarkan, persoalan tersebut akan menjadi seperti fenomena gunung es.
Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) harus bisa merangkul seluruh stakeholder untuk mencegah, memerangi dan menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Tidak cukup hanya membentuk satgas di kampus. Harus menyentuh semua lapisan, seperti membentuk satgas sekolah dan satgas nagari bahkan ke jorong-jorong.
Memperingati Hari Pahlawan 2022 sudah saatnya kita berani bicara dan melaporkan jika melihat, mendengar atau mengetahui kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak. Agar angka kekerasan seksual perempuan dan anak di Sumatera Barat berkurang bahkan habis. Begitu pula dalam memerangi bahaya peredaran narkoba di desa atau desa bersinar (bersih narkoba).
Semua orang yang peduli untuk pemenuhan hak perempuan dan anak agar terhindar dari aksi kekerasan seksual dan narkoba dialah sesungguhnya pahlawan zaman now.
Stop kekerasan terhadap perempuan dan anak. Mari kita bersihkan Sumatera Barat dari narkoba. Semua harus bergerak untuk itu, dimulai dari lingkungan keluarga.(*)