in

Painan-Padang Lumpuh

Batang Tarusan Meluap, Badan Jalan Tertimbun Longsor

Hujan lebat yang mengguyur sejumlah kawasan di Sumbar sejak beberapa hari terakhir, memicu terjadinya banjir dalam longsor. Sejak sore kemarin (27/11) sampai berita ini diturunkan, arus lalu lintas Padang-Painan terputus akibat meluapnya Batang Tarusan.   

Sejumlah pemukiman warga tergenang banjir dengan ketinggian mencapai pinggang orang dewasa. Sampai pukul 21.00 tadi malam, sejumlah kawasan seperti Jongah Kenagarian Duku Selatan, Pasar Minggu Kenagarian Duku, Kecamatan Koto XI Tarusan, dan Ikan Larangan Barung-Barung Belantai Tengah, belum bisa dilalui kendaraan.

Antrean kendaraan dari kedua arah (Padang dan Painan, red), terlihat menggular sampai 4 km lebih mulai pukul 15.00. Hingga pukul 01.00 dini hari tadi, ruas jalan Padang-Painan belum bisa dilalui. Hal ini terjadi, seiring belum menyusutnya genangan air di Pasar Minggu, Kenagarian Duku, Kecamatan Koto XI Tarusan. Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Kondisi ini diperparah menyusul terjadinya longsor kawasan perbukitan di daerah Sei Lundang, sekitar pukul 16.00. Material longsoran menutupi badan jalan. Informasi diperoleh Padang Ekspres, alat berat dari arah Padang dan Painan baru sampai di lokasi sekitar pukul 18.00, akibat jalan macet dan digenangi air. 

Sekretaris Badan Penanggunglangan Bencana Daerah (BPBD), Khairul, kepada Padang Ekspres mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menurunkan perahu karet dan personel untuk membantu evakuasi warga. 

Menurut dia, potensi longsor dan banjir masih berpeluang terjadi di sejumlah wilayah, terutama daerah perbukitan dan pegunungan yang tanahnya labil. BPBD sudah berkoordinasi dengan semua pihak untuk memantau potensi bencana.

”Kita mengimbau masyarakat segera melapor ke BPBD, jika di wilayahnya memperlihatkan tanda-tanda bencana. Sehingga, bisa diambil langkah-langkah cepat untuk mengantisipasi dampak bencana,” ujar dia.  Kini, pihaknya masih memantau potensi bencana. 

Di Cumanteh, Kecamatan Koto XI Tarusan, banjir juga mengenangi ratusan rumah warga dengan ketinggian mencapai 1 meter. Kendati mulai membahayakan, warga memilih tetap bertahan di rumahnya. “Kita mengimbau warga tetap waspada, karena intensitas hujan masih tinggi,” ujarnya Camat Koto XI Tarusan Gusdan Yuwelmi kepada Padang Ekspres. 

Kawasan Cumateh, menurut dia,  memang sudah langganan banjir. Biasanya hujan dalam waktu cukup lama, membuat pemukiman warga terendam. “Makanya, warga sudah siap dan waspada ketika banjir dating,” terang dia. 

Sementara Wali Nagari Duku Utara, Widoyo mengatakan, ratusan rumah warganya juga tergenang dengan ketinggian air mencapai 50 cm. “Kita berharap pemerintah bisa meninggikan jalan yang rawan tergenang ini, sehingga kejadian serupa tidak berulang lagi,” ujarnya.

Lima Wilayah Kebanjiran

Di Padang, sejumlah kawasan kebanjiran, salah satunya terlihat di Jalan Bunda Raya, jalan penghubung di Kelurahan Ulakkarang Utara dan Ulakkarang Selatan. 

Pantauan Padang Ekspres, Senin sore (27/11), genangan air di Jalan Bunda Raya mencapai lutut orang dewasa. Rasmida, 30, salah seorang warga menyebut, setiap kali hujan Jalan Bunda Raya ini selalu kebanjiran dan butuh waktu lama surut kembali.

Agung Hendrawan, 21, salah seorang mahasiswa yang tinggal di Jalan Bunda Raya juga mengaku pasrah. “Ya, fenomena ini memang bukan hal baru. Namun, belum ada tanda-tanda antisipasi pemerintah untuk mengurai penyebab banjir ini,” ucapnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang, Edi Hasymi menyebut, setidaknya terdapat lima titik banjir dengan ketinggian cukup tinggi. “Ya, ada lima titik terpantau dan petugas kita sudah siaga di lima titik tersebut,” sebutnya.

Kelima titik tersebut, menurut Edi, Jondul Rawang setinggi sekitar 60 cm, Kompleks Arai Pinang setinggi sekitar 50 cm, Jalan Niaga dan Jalan AR Hakim, Pondok setinggi sekitar 30 cm, Libuklintah dan Gunungpangilun. “Lima daerah ini langgangan banjir. Hujan deras juga membuat debit air Batang Kuranji naik setinggi 125 cm,” tambahnya.

BPBD Padang sudah menyiagakan 20 personel di lima titik tersebut. “Kita imbau masyarakat tetap waspada, karena puncak hujan terjadi mulai Desember hingga Februari 2018 mendatang,” imbaunya.

Intensitas Hujan Tinggi

Di sisi lain, Kepala BMKG Stamet BIM, Achadi Subarkah Raharjo mengatakan, secara klimatologis cuaca akhir-akhir ini masih dikategorikan normal. Pasalnya, bulan November ini puncak hujan di sebagian besar wilayah Sumbar.

“Secara umum, musim hujan di Indonesia mulai November hingga Maret. Tiap daerah awal dan akhir musim hujannya berbeda-beda. Untuk Padang, tidak dapat dikategorikan sebagai daerah musim,” ujarnya ketika dihubungi lewat WhatsApp, kemarin (27/11).

Kalau dipilah berdasarkan kategori yang ditetapkan BMKG, menurut dia, polanya lebih ke non zona musim. Artinya tidak ada perbedaan jelas antara musim kemarau atau penghujan.

“Penurunan potensi pola hujan terjadi Desember mendatang. Saat ini saja, kendati belum genap sebulan intensitas, namun musim hujan sudah 500 mm. Angka tersebut dikategorikan tergolong tinggi, “ jelasnya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Perbankan Perbanyak Komitmen Kredit

Bisnis Kreatif Wisata Bahari Ramah Lingkungan