Palembang (ANTARA) – Pemerintah Kota Palembang, Sumatera Selatan, segera melaksanakan gerakan bertani cabai di lingkungan perkantoran kedinasan sebagai upaya mengendalikan laju inflasi ekonomi daerah.
Gerakan tersebut diproyeksikan mulai dilaksanakan oleh para ASN di seluruh perkantoran organisasi perangkat daerah hingga ke tingkat kelurahan pada semester ke-2 tahun ini, kata Sekretaris Daerah Kota Palembang Ratu Dewa di Palembang, Jumat.
Menurut dia, tanaman cabai dipilih karena merupakan salah satu komoditas bahan pangan utama yang dibutuhkan masyarakat di Kota Palembang.
Melansir dari data Badan Pusat Statistik mencatat kebutuhan produksi sayuran pada jenis cabai merah besar dan keriting di Kota Palembang mencapai 474 kuintal atau 47.400 kilogram per tahun.
Ia menyebut, di balik itu harga jual cabai di pasaran beberapa waktu terakhir mengalami fluktuasi, mulai dari Rp48 ribu per kilogram pada awal Agustus, saat ini sudah mencapai Rp90 ribu per kilogram.
Kenaikan harga cabai dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari anomali cuaca hingga terkait bertambahnya ongkos pendistribusian pascapenyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).
Kondisi kenaikan tersebut, kata dia, juga turut mempengaruhi pemenuhan kebutuhan terhadap cabai di kalangan masyarakat.
“Kalau seluruh perangkat daerah hingga tingkat lurah bisa menanam cabai, manfaat terdekatnya ya mereka dapat menekan ongkos belanja. Sebagai percontohan kita dipraktikkan dulu pada ASN melaksanakan Office Farming ini,” kata dia.
Menurut dia, para ASN dinilai sangat mampu untuk menjalankan gerakan bertani cabai, sebab selain perawatan cabai itu tergolong muda, lahannya ada dan pasokan bibitnya pun mencukupi.
“Setelah gerakan ini berjalan harapannya laju inflasi Palembang dapat semakin terkendali, yang mana per September ini menurun di angka 4 persen ketimbang bulan Juli 2022 mencapai 6,5 persen,” kata dia.