SETELAH menaklukan Kesultanan Palembang pada Tahun 1821, Belanda mengirim ekspedisi-ekspedisi tentaranya ke pedalaman Palembang, dalam rangka menanamkan dan memperluas kekuasaannya setelah Sultan Palembang menyerah.
Dalam catatan Belanda, Ekspedisi Belanda ke pedalaman Palembang (Gunung Merakso) ( kini wilayah kabupaten Empat Lawang) 1812-1889 juga dilakukan Belanda guna memperluas kekuasannya , disebutkan tokoh pemberontaknya bernama Pangeran Goetika.
Sayang tidak banyak data atau informasi mengenai sosok Pangeran Goetika ini, yang menjadi pertanyaan apakah sosok, Pangeran Goetika ini fiktif atau nyata?
BAGI zuriat Raden Abdurahman, Iskandar Sulaiman, sosok Pengeran Goetika yang memiliki nama lain Panglima Divisi Tanah Pasemah, Raden Abdurahman bukan fiktif namun nyata, dia yang memimpin banyak pemberontakan di tanah Pasemah termasuk di Gunung Merakso yang kini masuk wilayah Kabupaten Empat Lawang
Menurut Iskandar, saat Pangeran Kramajaya yang merupakan menantu Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II pasca SMB II diasingkan ke ternate diberikan amanah oleh SMB II untuk pemegang tampuk kekuasaan Kesultanan Palembang dengan dibantu Panglima Divisi Tanah Pasemah, Raden Abdurahman , Pangeran Cik Hasan di Sekayu, Pangeran Syawaluddin di Baturaja.
Namun yang wilayahnya lebih luas dan pergerakannya paling banyak adalah di tanah Pasemah , karena yang di cari Belanda adalah rempah-rempah, karena rempah-rempah yang menjadi mata pencaharian Belanda
“ Dari dua sisi ini , ini dari bapakku, ini dari ibunda, Raden Abdurahman itu anaknya itulah Menteri Tetahar ada makamnya di Candi Walang, Raden Amir, anak Raden Amir itulah namanya Raden Akil yaiku langsung, itulah Raden Akil itu memimpin Priyai Ponds pertama itu dan Raden Akil itu anaknya ibuku, itu dari sebelah ibu Raden Akil ini masih bermisan dengan anaknya Kramajaya piyutnya Kramajaya, “ kata zuriat Raden Abdurahman, Iskandar Sulaiman, Minggu (24/11).
Menurut Iskandar, Panglima Divisi Tanah Pasemah, Raden Abdurahman memiliki banyak gelar atau nama lain yaitu Pangeran Goetika, Raja Tiang Alam, Pangeran Batanghari Sembilan.
Namun sebelum ditunjuk sebagai , Panglima Divisi Tanah Pasemah, Raden Abdurahman merupakan seorang demang di Kesultanan Palembang Darussalam.
“Tiang Alam itu artinya penyanggah, Goetika itu artinya strategi,” katanya sembari mengatakan, pemberontakan yang dilakukan Raden Abdurahman hingga dia meninggal dunia
Banyaknya pemberontakan di tanah Pasemah waktu itu menurutnya dilakukan hanya satu orang yaitu Raden Abdurahman namun sengaja dibuat seolah-olah pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di tanah Pasemah oleh oleh orang yang berbeda-beda.
Karena itulah Raden Abdurahman menurutnya, banyak melakukan sejumlah pemberontakan di Pasemah termasuk salah satu lokasi pemberontakannya di Gunung Merakso.
“Gunung Merakso itu merupakan lokasi kehancuran Belanda, dan saat pertempuran di Gunung Merakso, Pangeran Kramajaya turun ikut membantu berperang juga, begitu terjadi pemberontakan di Gunung Merakso terkejutlah Belanda karena Pangeran Kramajaya yang diangkat Belanda menjadi perdana menteri di Kesultanan Palembang Darussalam pasca Sultan Mahmud Badaruddin II diasingkan ke Ternate, Belanda berharap jabatan Perdana Menteri tersebut membuat Pangeran Kramajaya berpihak ke Belanda namun itu tidak terjadi akhirnya ujung-ujungnya Pangeran Kramajaya juga ditangkap Belanda dan diasingkan Belanda ke Probolinggo,” katanya
Apalagi hingga ini di daerah Padang Berunai, Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang , dulu kawasan tersebut merupakan kawasan Pasemah, masih ada keturunan Palembang dari kalangan Raden, Kiagus, Masagus yang menetap didaerah tersebut.
Apalagi sejak dulu daerah Pasemah memang menjadi incaran Belanda karena daerah Pasemah merupakan daerah kaya dengan rempah –rempah, kopi termasuk tembaga, batubara, emas dan sebagainya.
“Rempah-rempah itulah menjadi sumber pokok mata pencaharian dari Belanda,” katanya.
Sayang, Raden Abdurahman akhirnya bisa ditangkap Belanda dirumahnya di Pasemah karena dijebak Belanda lantaran Belanda memasang mata-mata dari orang Pasemah sendiri untuk mengetahui keberadaan Pangeran Abdurahman.
Itulah menurut Iskandar dalam sketsa gambar Pangeran Goetika yang ditangkap Belanda, terlihat tangan kanannya terlihat menggenggam kuat seolah menahan marah.
“Raden Abdurahman sempat di tahan di Palembang namun bisa meloloskan diri dan kembali ke Pasemah dan kembali memimpin pemberontakan, karena itu makamnya ada di Pasemah di Tebing Tinggi dan Raden Abdurahman di kenal di Pasemah sebagai tokoh yang legendaris,” katanya.
Namun Saudi Berlian, sosiolog dan peneliti budaya Sumsel memiliki penilaian sendiri terhadap sosok Raden Abdurahman atau Pangeran Goetika ini.
“Belum bisa dipastikan, sebab kalau pakai pendekatan mikro histori titik awalnya itu dia, atas bawah, kekanan kekiri, dari dia ke orang lain, orang lain tentang dia, nah itu satupun belum disentuh, itu secara metodologi, saya tidak berani komentar sedikitpun mengenai sosok ini karena mitos dan fakta masih bercampur tapi peristiwa Gunung Merakso itu memang ada tapi apakah peristiwanya berkali-kali tapi diperintahkan hanya sekali belum diketahui karena itu harus dilihat banyak sisi dan ini perlu adanya penelitian lebih lanjut,” katanya.#osk