Musik instrumental Englishman in New York milik Sting membuka rangkaian konser Pentas Ekspresi Seniman Jalanan. Para penampil yang sebagian besar merupakan pengamen ini tampil di atas panggung, di dalam sebuah ruangan megah, jauh dari kebisingan jalan, hilir mudik bus kota dan pejalan kaki.
Auditorium lantai 3 Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Senayan, Jakarta Selatan, menjadi saksi penampilan berbakat dari para seniman yang sehari-harinya “ngamen” di jalanan. Berbakat, sebab secara musikalitas, baik vokal, maupun kemampuan bermain alat musik yang ditampilkan di hadapan Mendikbud, Muhadjir Effendy, itu nyaris sulit dibedakan dengan para musisi profesional pada umumnya.
Salah satu band penampil yang membawakan Don’t Forget to Remember milik Bee Gees misalnya, mampu membuat seisi ruangan ikut bernyanyi mengikuti single unggulan Gibb bersaudara yang berhasil menjadi hit di Britania Raya pada tahun 70-an itu. Seluruh musisi jalanan yang tampil ini telah lolos seleksi dan mengikuti lokakarya sebelum tampil di panggung Pentas Ekspresi Seniman Jalanan siang itu.
Para penonton tidak hanya Menteri beserta jajaran Kemdikbud, namun juga para undangan yang terdiri dari pengelola mal, kafe, dan restoran di seputaran Jakarta. Dirjen Kebudayaan Kemdikbud, Hilmar Farid, mengatakan acara ini merupakan salah satu ujud perhatian pemerintah kepada para musisi jalanan agar mendapat kesempatan berkarya yang sama dengan para musisi profesional.
“Diharapkan, para pengelola stasiun, kafe, restoran, mal dapat memberikan ruang kepada para musisi jalanan untuk tampil bermusik, dan mewarnai ruang-ruang publik kita,” kata Hilmar dalam sambutannya. Menurut Hilmar, musik termasuk salah satu bidang seni yang kurang mendapat perhatian, termasuk perhatian untuk musisinya.
Dengan adanya lokakarya dan Pentas Ekspresi Seniman Jalanan, Hilmar berharap Kemdikbud bisa menjembatani kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengangkat karya musik para musisi jalanan. “Teman-teman musisi jalanan sering kali mengalami susahnya main di suatu tempat dilarang Satpol PP atau preman. Saya berharap dengan adanya workshop ini dan pentas ekspresi, kehadiran seniman jalanan dapat lebih diapresiasi oleh masyarakat,” tutur Hilmar.
Peningkatan kompetensi untuk musisi jalanan diselenggarakan Kemendikbud bekerja sama dengan Institut Musisi Jalanan (IMJ). IMJ adalah sebuah wadah bermusik bagi musisi jalanan di Kota Depok, Jawa Barat. Organisasi ini menjadi ajang pembuktian bahwa musisi jalanan juga dapat berkarya selayaknya musisi profesional apabila dibina dengan cara-cara yang elegan dan profesional.
Mendikbud, Muhadjir Effendy, menambahkan pentas yang juga digagas oleh musisi Ridho Slank ini bertujuan menggairahkan para seniman. Pentas serupa ini, menurut Muhadjir, juga bagus untuk mewarnai atmosfer di Indonesia, mencerahkan dan mengimbangi suasana intimidatif dan ujaran tidak mendidik yang belakangan banyak dipertontonkan di tengah masyarakat.
“Kita tidak bisa melawan suasana jelek dengan jelek juga. Justru kita banjiri suasan yang tidak baik dengan aura yang baik. Hidupkan suasana berkesian di ruang publik,” seru Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini. Pendiri Institut Musik Jalanan (IMJ), Andi Malewa yang juga hadir dalam acara tersebut, mengatakan ruang berkesenian bagi para seniman jalanan sudah semakin tergerus.
“Dulu kami masih bisa ngamen di kereta, bus kota di warung tenda, tapi sekarang sudah disikat,” keluh Andi. Ia bermimpi, suatu saat nanti musisi jalanan Indonesia bisa hidup seperti di Eropa, yakni tampil elegan dan diapresiasi dengan baik. citra larasati/E-3