VATICAN CITY – Paus Fransiskus mendesak para pemimpin dunia menepikan perbedaan politik dan menarik pasukan selama krisis kesehatan global akibat Covid-19.
“Tidak ada waktu bagi perpecahan. Ini bukanlah waktu yang tepat untuk perbedaan. Semoga Tuhan mencerahkan mereka yang bertanggung jawab atas konflik ini,” kata Paus Fransiskus saat menggelar misa Minggu Paskah, yang disiarkan secara live streaming dari Basilika Santo Petrus, Vatican City, Minggu (12/4).
Pontiff asal Argentina itu berbicara kepada 1,3 miliar umat Katolik di seluruh dunia dari Basilika Santo Petrus yang nyaris kosong. Misa Minggu Paskah itu hanya dihadiri oleh sedikit pastor dan paduan suara kecil.
Paus berdoa agar para pemimpin yang bertikai mendapat keberanian untuk mengumumkan gencatan senjata di segala medan di muka bumi. Paus menyatakan krisis kesehatan ini membutuhkan negara kuat untuk melunakkan sanksi ekonomi terhadap musuh-musuh mereka.
“Selama wabah ini, semoga sanksi internasional dilonggarkan karena membuat negara yang terimbas kesulitan memenuhi kebutuhan rakyatnya,” ujar dia dalam doa.
Paus bernama Jorge Mario Bergoglio itu tidak lupa mendoakan korban yang menderita maupun meninggal karena virus korona. Wabah virus korona yang terjadi sejak Januari menjangkiti hampir 1,8 juta orang, dan membunuh lebih dari 109.000 orang di seluruh dunia.
“Bagi banyak orang, Paskah kali ini membuat mereka sendirian, berada dalam kesulitan dan penderitaan, dari fisik hingga ekonomi,” kata Paus Fransiskus.
Paus yang kini berusia 83 tahun juga meminta agar ada pengurangan atau mungkin pengampunan utang yang membelit negara miskin. Dia juga menyerukan kepada setiap negara di Eropa untuk menunjukkan solidaritas seperti yang mereka perlihatkan ketika Perang Dunia II.
“Setelah Perang Dunia II, benua tercinta ini berhasil bangkit. Kini, Uni Eropa tantangan penting yang menentukan masa depan dunia,” jelasnya.
Paus dari Ordo Jesuit tersebut mendobrak tradisi ratusan tahun, di mana dia menggelar misa Minggu Paskah tanpa kehadiran umat di Vatikan. Lockdown yang diberlakukan membuat Paus Fransiskus melakukan improvisasi selama Pekan Suci. Salah satunya adalah Kamis Putih.
Pada tahun lalu, Paus merayakan Perjamuan Terakhir Yesus Kristus dengan mencuci kaki 12 narapidana yang didatangkan dari luar Roma. Tetapi karena wabah Covid-19, dia melakukannya dengan mendoakan tenaga medis dan pastor yang meninggal karena infeksi sembari melakukan tugasnya.
“Mereka adalah orang suci dari balik pintu, para pastor yang memberikan hidupnya sembari melayani sesama,” ujar Paus dalam doanya.
Kemudian dalam perayaan Jumat Agung, dia mengundang lima perawat dan dokter dari Vatikan, serta lima narapidana dari penjara. n AFP/P-4