in

Paviliun Indonesia resmi dibuka di Taman Burung Nansha Guangzhou

Beijing (ANTARA) – Paviliun Indonesia secara resmi mulai dibuka untuk umum di Taman Burung Nansha, Guangzhou, China, Sabtu.

Paviliun tiga lantai berbahan baku bambu di objek wisata yang berlokasi sekitar 70 kilometer dari pusat Ibu Kota Provinsi Guangdong di Guangzhou itu pembangunannya dikerjakan oleh 11 seniman dari Bali.

Proses pembangunan paviliun seluas 500 meter persegi yang arsitekturnya kental dengan nuansa Nusantara itu membutuhkan waktu tujuh bulan dengan bahan baku didatangkan langsung dari Yogyakarta dan Bali.

“Ini merupakan kado terindah 70 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Tiongkok,” kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun.

Pembukaan paviliun tersebut ditandai dengan pembukaan tirai papan nama dan pengguntingan pita oleh Dubes, Konsul Jenderal RI di Guangzhou Gustanto, dan pemilik Taman Burung Nansha Zhao Yang serta sejumlah pejabat Distrik Nansha.

Pengelola Taman Burung Nansha bersama dengan Konsulat RI di Guangzhou akan memanfaatkan fasilitas tersebut untuk promosi seni budaya, pariwisata, dan ekonomi Indonesia kepada masyarakat yang tinggal di wilayah selatan China.

Dalam membangun paviliun tersebut, Zhao terinspirasi oleh gaya arsitektur bangunan bambu di kampung-kampung Nusantara, khususnya di Indonesia.

Setiap tahun pengelola objek wisata tersebut menggelar kompetisi desain arsitektur bambu tingkat perguruan tinggi di China dan ASEAN. Karya para finalis dibangun dan dipajang di berbagai titik untuk menambah daya tarik pengunjung.

Nansha yang merupakan salah satu dari 11 distrik di Kota Guangzhou itu terletak di muara Sungai Mutiara dan tidak jauh dari Shenzhen dan Makao.

Di Nansha terdapat pelabuhan peti kemas terbesar kelima di dunia dengan kapasitas angkut 21,87 juta TEUs yang terus berkembang sejak dibangun pada era Dinasti Qin, 2.000 tahun yang lalu.

Guangzhou yang secara geografis dekat dengan Hong Kong dan Makau merupakan kota dagang terbesar di wilayah selatan China. Barang-barang komoditas perdagangan Indonesia mayoritas mendarat di Pelabuhan Guangzhou sebelum didistribusikan ke provinsi dan daerah/kota lain di China.

Guangdong dan Fujian merupakan provinsi di China yang penduduknya paling banyak migrasi sejak masa lampau ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Dua provinsi ini memiliki dialek yang cukup familiar di telinga masyarakat Asia Tenggara, yakni Kanton dan Hokian.

 

What do you think?

Written by Julliana Elora

“Lovestruck in the City” tawarkan kisah romansa sehari-hari

Frank Lampard sebut pemain Chelsea “malas” usai dikalahkan Arsenal