in

PE Melambat, Konsumsi Masyarakat Melemah

Pertumbuhan ekonomi Sumbar selalu di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut telah terjadi sejak dua tahun belakangan ini. Seperti triwulan IV tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Sumbar sebesar 4,86 persen dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94 persen. Kemudian pertumbuhan ekonomi triwulan pertama di 2017 Sumbar sebesar 4,91 persen dan nasional 5,01 persen.

Kabiro Perekonomian Sumbar Heri Nofiardi menjelaskan pemerintah telah membuat program agar pertumbuhan ekonomi Sumbar selalu meningkat. Seperti sektor UMKM adanya kebijakan suku bunga rendah untuk KUR. 

“Pihak perbankan kurang berminat memberikan kredit kepada usaha kecil karena faktor jaminan usaha itu sendiri kecil. Mengatasi hal itu gubernur telah ada melakukan kegiatan percontohan di Koto Baru dimana setiap pembiayaan yang dilakukan oleh calon debitur akan dibiayai melalui dana perbankan tapi dijamin usahanya oleh Jamkrida,” terang Heri saat ditemui Padang Ekspres, kemarin.

Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan bantuan peralatan, SDM dan subsidi pupuk. Kemudian juga ada kerja sama dengan CSR perusahaan untuk pemasaran, pembinaan sumber daya manusia sehingga sektor dibidang usaha bisa meningkatkan produksi dan dapat bersaing dengan produk dari luar Sumbar.

”Dalam peningkatan produksi harus memperkirakan tingkat inflasi. Sebab apabila tidak seperti itu akan terjadi over produksi. Yang mana indeks-indeks mempengaruhi angka inflasi seperti beras, cabai dan bawang,” ungkapnya.

Seperti yang baru-baru ini terjadi kebutuhan bawang anjlok, produksi terhenti, harga turun tentu perlu pengendalian.Untuk itu pemerintah mengupayakan membuat dum inflasi.  

Di sana kalau pasokan berlebih akan dilakukan semacam merubah dalam bentuk. ”Misalnya cabai menjadi cabang giling, kalau bawang ada pengelohan menjadi bahan baku menjadi  setengan jadi sehingga harga yang beredar di masyarakat tidak gampang dipengaruhi pedagang-pedagang yang akan mejatuhkan harga,” jelasnya.

Ketua Apindo Sumbar Muzakir Aziz menilai terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumbar karena daya beli masyarakat menurun. “Secara nasional pertumbuhan ekonomi ini juga menurun. Sekarang orang berhemat, kalau belanja yang perlu-perlu saja,” ujarnya. Sebagai Ketua Apindo berharap kebijakan pemerintah untuk dapat mengendalikan pertumbuhan ekonomi ini agar semakin meningkat. Karena menurutnya pihak swasta tergantung dari kebijakan pemerintah.

Ketua Kadin Sumbar Ramal Saleh menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang melambat ini karena hanya mengharapkan faktor konsumsi saja. 

“Untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi jangan hanya mengharapkan konsumsi saja. Seharusnya meningkatkan ekspor artinya harus perbanyak volume komoditi,” tuturnya. Ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Sumbar didasari dari konsumsi, investasi dan ekspor. Dan yang paling bisa diharapkan yaitu dari sektor ekspor, akan tetapi sejak 2015 lalu angka ekspor menurun.

“Sekarang ekspor hanya 1,7 miliar kalau dulu bisa mencapai 2,2 miliar. Untuk kembali meningkatkan pertumbuhan ekonomi ini harus menggaet komoditi nilai tinggi dan pasar global,” terangnya.

Pengamat Ekonomi Universitas Andalas Niki Lukviarman melihat pertumbuhan ekonomi Sumbar dikemudikan perilaku ekonomi konsumtif. Jadi apabila, pertumbuhan ekonomi di Sumbar melambat itu berarti sebagian konsumsi masyarakat melemah.

“Secara umum perekonomian Sumbar dari 2012 konsumtif. Karena itu saat Lebaran dan tahun ajaran baru tingkat perekonomian meningkat. Tapi perlu dicermati lagi apakah perlambatan ekonomi karena kinerja ekspor yang melambat atau bagaimana,” kata mantan rektor UBH ini ketika dihubungi Padang Ekspres, kemarin. 

Terkait upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sumbar, Niki menyarankan agar pemerintah memperbaiki program yang saat ini agar lebih berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi ke depannya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Laptop Gaming untuk Penggila Gamers

Kunjungan Rektor, Wakil Rektor dan Dekan UBH ke Padang Ekspres