Solo (ANTARA) – Pecatur putra Indonesia Catur Adi Sagita yang turun nomor standar hanya menempati urutan ketiga atau medali perunggu dalam kejuaraan catur Asian Juniors and Girls U-20 Chess Championship 2019 yang digelar di Hotel Lorin Surakarta, Jawa Tengah, Senin malam.
Catur Adi Sagita yang menempati rating 2240 mampu mengumpulkan 6 poin, sedangkan pecatur Vietnam, Nguyen Anh Khoi, berhasil mengumpulkan 8 poin sekaligus meraih medali emas, dan pecatur India, Raghunandan Kaumandur Sihari mendapat 7 poin atau berada di posisi dua dengan perak.
Bagian nomor standard putri juara pertama junior sekaligus meraup medali emas pecatur Serikbay Assel asal Kazakhstan dengan 7 poin, perak oleh Vantika Agrawal (India) dengan (7) poin, dan perunggu Aakanksha Hagawane asal India (6 1/2) poin. Pecatur tuan rumah Karenza Dita menempati urutan kelima dengan 6 poin.
Menurut Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Kristianus Liem Indonesia dalam kejuaraan tersebut seluruhnya mendapatkan tiga medali yakni satu perak dua perunggu.
“Tiga nomor pertandingan Indonesia mendapat medali perak, dua perunggu. Perak dari nomor catur cepat (Rapid) oleh Novendra Priasmoro, da dua perunggu dari nomor kilat oleh Juwita Ardilia, serta satu lainnya nomor standard oleh Catur Adi Sagita,” kata Liem.
Menurut Liem dari hasil yang diperh tuan rumah sangat wajar atau pas karena melihat lawan-lawan yang dihadapi berkualitas dunia seperti India, dan permainan juga sangat ketat.
“India menurunkan kekuatan pecatur kualitas dunia Justru tidak berhasil meraih emas, dan medali yang direbut 11 negara juga merata,” katanya.
Liem mengatakan pecatur Indonesia Catur Adi Sagita melawan peringkat pertama Nguyen Anh Khoi asal Vietnam sebenarnya tidak terlalu jauh kualitas, tetapi faktor kematangan dan pengalaman yang masih perlu ditingkatkan.
“Mental pecatur kita sangat mempengaruhi saat melawan Nguyen Anh, Sagita permainan tidak bisa berkembang, karena mungkin ada rasa takut dan puas dengan hasil remis. Sehingga, dia permainan justru tidak bisa berkembang,” katanya.
Selain itu, Catur Adi Sagita terlihat jam terbang masih kurang, dia main pasif, dan tidak berkembang ujung-ujungnya kalah sama Nguyen asal Vietnam. Dia masih perlu banyak ikut-ikut pertandingan internasional untuk mendapat kematangan.
Namun, Catur Adi Sagita dalam pertandinagn di Solo mendapat Normal Internasional Master (NIM) untuk pertama kali atau naik satu peringkat. Untuk dapat gelar Internasional Master (IM) dia butuh waktu perjalanan untuk menjadi matang naik ke IM.
Selain itu, pecatur Novendra Priasmoro, yang gagal merebut medali di nomor kilat (Blitz), karena memang bukan spesialisnya dia. Novendra berhasil merebut perak di nomor catur cepat (Rapid). Nomor catur cepat, pecatur Vietnam Nguyen Anh Khoi meraih emas, Novendra Priasmoro (perak), dan Raghunandan Kaumandur Sihari India perunggu.
Pada nomor kilat (Blitz) putra pecatur Quizon Daniel asal Philipina berhasil merebut medali emas, Gholami Orimi Mahdi asal Iran (perak), dan Nitish Belurkar asal India (perunggu). Bagian putri pecatur Nurgali Nazerke asal Kazakhstan (emas), Aakanksha Hagawane asal India (Perak), Juwita Ardelia Sharfina asal Indonesia (perunggu).
Tuan rumah meski tidak berasil merebut emas, tetapi perolehan medali pecatur Indonesia sudah memadai. Para pecatur Indonesia membutuhkan jam terbang yang lebih banyak agar bisa bersaing di Asia dan dunia,” katanya.
Baca juga: Indonesia berharap emas catur dari nomor kilat
Baca juga: Ditahan remis Sean, Rustam masih teratas
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Aris Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2019