Mengawali pagi dengan aktifitas sehari-hari seperti biasanya dilakukan oleh masyarakat desa saya, sembari semua orang sudah sibuk menyiapkan makanan, di sisi lain seorang nenek sedang menyiapkan barang dagangannya untuk dijual, nenek yang sudah tua renta yang hidup dengan suaminya. Suaminya tidak bisa bebuat apa-apa karena kakinya yang di amputasi karena mengalami penyakit gula. Aktifitasnya pun terbatas, tidak bisa membantu isterinya berjualan. Nenek itu berjualan makanan “pecel“, iya itu makanan kesukaan masyrakat jawa yang rasanya pedas dan nikmat. Nenek berjualan keliling dengantampah untuk tempatnya yang di letakan di atas kepala atau dengan kata lain di sunggih.
Bejalan dengan tongkatnya, nenek sangat bersemangat untuk membawa dagangan itu ke setiap rumah-rumah tetangganya, di kala waktu pagi orang yang sudah lanjut usia harus duduk berdiam diri di rumah, tetapi nenek ini harus berjualan untuk menafkahi dirinya dan suaminya.
Hujan mengiringi langkah perjalanan nenek di saat jualan, datanglah seorang ibu yang menghampirinya dengan membawa payung untuk di berikannnya.
“nek,,,,inikan hujan, kenapa nenek masih jualan? tidak membawa payung lagi”, tanya ibu itu dengan merasa sedih.
“tidak apa-apa nak, nenek sudah terbiasa kok” jawab nenek dengan lemas, karena keberatan dengan bawaannya.
“nek,,ini aku bawakan payung buat nenek”
“tidak usah nak, nenek sudah biasa kehujanan seperti ini”
“tidak nek, nanti nenek sakit kalau tidak pake payung”
“tidak nak”
Nenek itu menolak pemberian payung dari seorang ibu yang menghampirinya. Tongkat yang di buat membantu untuk berjalan semakin licin untuk dipegang, karena hujan membasahi seluruh tangan nenek, tanahpun semakin licin untuk dijadikan tumpuan nenek berjalan. Tidak lama kemudian nenek itu terpeleset karena tidak kuat kakinya menahan beratnya bawaannya. Tanahnya yang menggembur membuat nenek itu susah berjalan.
gubraaaakkkkkkkkkk,,,,,
suara jatuhnya nenek itu, ibu-ibu tang membawa payung tadi langsung berlari menghampiri nenek itu lagi.
“astaghfirulloh,,nek, nenek tidak apa-apa kan nek?”
“tidak apa-apa nak”, jawab nenek dengan wajah tersenyum ke ibu itu.
dagangan pecel yang nenek bawa semuanya tumpah dan berserakan di tanah yang penuh dengan air hujan dan kotor.
“kenapa nenek jatuh, masih saja tersenyum nek?” tanya ibu itu.
“begini nak, aku jatuh, saya sangat senang karena masih bisa bernafas, kedua dalam perjuangan menafkahi suami saya, saya sudah sangat sungguh-sungguh dalam berjuang untuk beliau yang sudah tidak berjalan lagi” jawab nenek dengan sangat senang dan menatapkan wajahnya ke tetesan air hujan yang jatuh ke tanah.
Sungguh sangat mulia dan bijaksana nenek itu, dalam kesusahan masih saja memberikan cahaya semangat kepada orang lain supaya tidak terbawa penderitaan nenek itu.
kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya,