Karyawan dan pelanggan sebuah toko roti di Jepang memasang wajah tidak suka ketika seorang pengemis datang ke sebuah gerai. Mereka bahkan mengusir pengemis itu.
Tapi, sikap berbeda, yang sangat mengejutkan, ditunjukkan oleh pemilik toko tersebut. Pemilik toko roti tersebut malah membungkuk, tanda memberi hormat, sebelum menyerahkan sebungkus roti kepada pengemis itu.
Sebaliknya pengemis itu menyerahkan uang sebagai tanda bahwa dia membeli, bukan mengemis roti yang diserahkan tersebut.
Ini adalah kisah kakek Yoshiaki Tsutsumi yang memiliki toko roti terkenal di Jepang pada tahun 1980an. Yoshiaki teringat ketika dia sedang menjaga toko roti kakeknya, seorang pria dekil dengan baju kumal datang dan ingin masuk ke dalam toko.
Pelanggan yang mengantre mulai menjauh karena merasa jijik dengan penampilan pria itu. Melihat pelanggan menjauh, para karyawan turun tangan dan mengusir orang itu.
” Sana pergi ke tempat lain!” teriak para karyawan toko roti kepada pengemis itu.
Pemilik Melayani Si Pengemis
Namun, pengemis itu rupanya ingin membeli, bukan mengemis roti. Dia mengeluarkan segenggam uang kertas yang lusuh dan kotor sebelum menunjukkannya kepada karyawan toko roti.
” Aku ingin membeli roti, yang paling murah,” kata pengemis itu lirih.
Tapi para karyawan toko roti tidak peduli. Mereka tetap mengusir pengemis itu agar segera pergi.
Saat itulah kakek Yoshiaki muncul dan membungkuk kepada pengemis itu. Dia menyerahkan roti dan menerima uang dari pengemis itu sambil berkata, ” Terima kasih atas kedatangannya. Silakan datang lagi.”
Pengemis itu merasa tersentuh dan tersanjung karena baru pertama kali ini diperlakukan sebagai seorang pelanggan. Akhirnya pengemis itu pun pergi dengan membawa sebungkus roti yang masih segar.
Yoshiaki pun merasa heran dengan perlakukan kakeknya kepada pengemis itu. ” Kakek, kenapa Kakek melayani pengemis itu dengan penuh hormat?” tanya Yoshiaki.
Sambil tersenyum, kakeknya menjawab, ” Dia mungkin seorang pengemis. Tapi hari ini dia adalah pelangganku. Dia ingin makan roti segar dan harus mengemis agar mendapatkan uang untuk dibelikan rotiku.”
” Itu adalah kehidupan yang benar-benar sulit baginya, jadi aku harus melayaninya secara pribadi. Jika tidak, aku akan mengecewakan dia karena ingin membeli roti dariku sebagai seorang pelanggan.”
Tak Boleh Tebang Pilih
Tidak puas dengan jawaban kakeknya, Yoshiaki bertanya lagi, ” Lalu, mengapa Kakek menerima uang yang dia berikan?”
Sekali lagi, kakeknya memberi penjelasan, ” Hari ini, dia adalah seorang pelanggan. Bukan sebagai seorang pengemis, jadi aku harus menghormatinya.
” Jika aku tidak menerima uangnya, itu malah akan membuat dia tersinggung. Kita harus ingat untuk selalu menghormati pelanggan yang membayar. Karena bisnis kita akan tetap berjalan berkat pelanggan kita yang setia.”
Yoshiaki pun mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda memahami penjelasan kakeknya.
Pesan moral dari kisah kakek Yoshiaki ini adalah kita harus menjalankan bisnis secara jujur. Pemilik bisnis tidak boleh tebang pilih dalam melayani pelanggannya.
Rasa hormat yang ditunjukkan kepada seorang pelanggan akan mendapat balasan yang positif dari pelanggan lainnya.
kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya,