Terang sudah misteri beredarnya video yang berisi pemukulan guru kepada siswanya. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, pelaku pemukulan itu bukan guru. Tetapi sama-sama murid.
”Memang sekilas perawakannya besar. Mirip guru. Padahal itu bukan bukan guru. Tetapi sama-sama pelajar kelas X,’’ katanya usai melepas tiga kontingen lomba internasional di kantor Kemendikbud kemarin (7/11). Hamid mengatakan video yang menghebohkan publik itu terjadi di SMK Bina Utama Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Hamid menuturkan spekulasi yang beredar tentang video itu tidak benar. Awal beredar, disebut pelaku pemukulan adalah seorang guru. Kemudian informasi lain menyebutkan pelaku pemukul itu adalah orangtua siswi. Dia nekat memukul karena anaknya telah mengalami pelecehan seksual oleh anak yang jadi sasaran bogem mentah.
’’Semua kabar itu tidak benar,’’ tegas Hamid. Dia menuturkan kemarin pagi sekitar pukul 09.00 mendapatkan informasi yang komplit. Informasi itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Barat, sampai dari kepala sekolah. Hamid menegsakan pelaku pemukulan itu adalah sama-sama murid kelas X.
Hamid menjelaskan pemukulan itu terjadi akibat pelampiasan amarah. Aksi kekerasan itu melibatkan AL, 17, si pelaku pemukulan dan ALF, 15, siswa yang dipukul. Informasi yang dia terima AL muntab karena sering dibully atau diolok-olok oleh teman-temannya, termasuk oleh ALF. Akhirnya kemarahan itu dilampiaskan dengan aksi pemukulan bertubi-tubi.
Menurut Hamid kasus pemukulan ini sudah ditangani oleh sekolah. Kabarnya kedua belah pihak sudah bersepakat berdamai. Menurut Hamid tidak ada unsur kekerasan berat dalam kasus ini, sehingga tidak sampai ke delik pidana.
Kemendikbud sejatinya sudah memerintahkan sekolah untuk membuat posko anti kekerasan. Posko ini diantaranya adalah untuk pengaduan setiap tindak kekerasan yang dialami seluruh warga sekolah. Tidak hanya siswa. Namun di lapangan banyak sekolah yang mengabaikannya.
Hamid mengakui bahwa Kemendikbud pernah berencana ’’galah’’ kepada sekolah yang tidak membuka posko tersebut. Diantaranya adalah dengan ancaman memblokir layanan dapodik kepada sekolah yang belum membuat posko anti kekerasan di sekolah. Tetapi rencana itu tidak bisa diekskusi hingga saat ini. ’’Kalau blokir dapodik itu diterapkan, berapa dana BOS-nya tidak keluar,’’ tuturnya.
Dia berharap kasus pemukulan di Pontianak itu menjadi pelajaran supaya sekolah tergerak membuat posko anti kekerasan.
Kepala SMK Bina Utama Kota Pontianak Ashar berjanji akan lebih meningkatkan pengawasan anak didik selama di sekolah.
’’Supaya kejadian serupa tidak terulang,’’ jelasnya. Dia mengakui bahwa aksi pemukulan itu diawali dari ejekkan atau bully. Dia mengaku kaget video itu ramai di dunia maya, sebab setelah terjadi aksi pemukulan itu kelas kembali seperti biasa. (*)
LOGIN untuk mengomentari.