Kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menjadi momentum Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki hubungan dagang. Kementerian Perdagangan berfokus memangkas defisit perdagangan dengan Negeri Minyak itu. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, nilai perdagangan Indonesia-Arab Saudi pada 2016 sebesar US$4,06 miliar atau turun sebesar 25,98 persen dibandingkan pada 2015.
Pada 2016, Arab Saudi merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia ke kawasan Timur Tengah dengan nilai ekspor US$1,33 miliar, sedangkan impor Indonesia dari Arab Saudi sebesar US$2,73 miliar. Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan Arab Saudi sebesar US$1,39 miliar pada 2016 karena impor migas yang besar. Sebaliknya untuk neraca perdagangan nonmigas, Indonesia mendapat surplus sebesar US$627,5 juta.
Jika ditotal, maka tetap saja Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan US$762,5 juta. “Kunjungan Raja Salman yang cukup besar ke Indonesia ini diharapkan dapat membawa momentum positif dalam meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi yang memang belum digarap dengan baik selama ini,” kata Enggar dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (3/3), dilansir dari CNN Indonesia.
Sebelumnya, telah diadakan beberapa penandatanganan Nota Kesepahaman dan dokumen kerja sama antara kedua negara, termasuk di bidang perdagangan. Enggar menandatangani Cooperation Program in the Field of Commerce dengan Menteri Perdagangan dan Investasi Arab Saudi yang diwakili Minister of State and Member of Council of Ministers Ibrahim bin Abdulaziz Al Assaf.
Penandatanganan dilakukan di Istana Bogor dengan disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Raja Salman. “Arab Saudi merupakan pemain kunci Gulf Cooperation Council (GCC). Sudah lama hubungan dan kerja sama perdagangan kita tidak digarap dengan baik. Melalui kesepakatan ini, diharapkan Indonesia dan Arab Saudi dapat menjajaki dan bersama mendorong perdagangan bilateral,” katanya.
Indonesia dan Arab Saudi sepakat mengembangkan strategi perdagangan luar negeri, melakukan riset pemasaran, mendorong joint activities dan joint courses bidang perdagangan, dan bertukar informasi perdagangan. Selain itu, kedua negara sepakat berbagi pengalaman di bidang basis data perdagangan serta mendorong partisipasi dunia usaha dalam forum, workshop, dan seminar.
Perbedaan Aliansi
Enggar mengaku, Indonesia sebenarnya berminat meningkatkan kerja sama perdagangan dengan Arab Saudi melalui Preferential Trading Agreement (PTA)/Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). “Namun, mengingat Arab Saudi terikat dalam aliansi politik dan ekonomi di kawasan Teluk atau GCC dalam bentuk custom union, maka kerja sama perundingan perdagangan tersebut harus dilakukan dengan GCC,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Indonesia mengharapkan dukungan Arab Saudi agar diadakan sebuah studi kelayakan gabungan (joint feasibility study) dalam rangka kerja sama Indonesia-GCC. Program kerja sama yang ditandatangani ini merupakan kesepakatan turunan dari Economic and Technical Cooperation Agreement between Republic of Indonesia and the Kingdom of Saudi Arabia yang ditandatangani pada 1981 oleh kedua negara.
LOGIN untuk mengomentari.