Kudus (ANTARA News) – Peminat operasi katarak gratis di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, Jawa Tengah, cukup tinggi karena pendaftarnya mencapai 600-an pendaftar, kata Direktur RSI Sunan Kudus Sunaryo.
“Para pendaftar tersebut, harus dilakukan penyaringan (screening) guna memastikan pendaftar tersebut memang sudah bisa dioperasi,” ujarnya di Kudus, Sabtu.
Ia mengatakan, para pendaftar yang diterima memang harus dipastikan, bahwa sakit katarak yang dideritanya sudah bisa dioperasi secara medis.
Syarat lainnya, kata dia, diprioritaskan untuk usia di atas 40 tahun.
Peminat operasi katarak yang cukup tinggi, kata dia, perlu direspons dengan menggelar kegiatan serupa.
Harapannya, lanjut dia, kegiatan serupa tersebut bisa menjadi agenda tahunan, mengingat masih banyak warga yang menderita katarak.
“Jika tidak segera diambil tindakan medis, memang bisa menekan bola mata dan lambat laun bisa mengakibatkan gangguan pada penglihatan,” ujarnya.
Kegiatan operasi katarak gratis tersebut, diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI bekerja sama dengan Arya Noble, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan RSI Sunan Kudus.
Dirjen Badan Peradilan Umum MA Herri Swantoro mengungkapkan, bakti sosial ini merupakan bentuk kepedulian Mahkamah Agung bekerja sama dengan Perdami dan RSI Sunan Kudus terhadap penderita katarak.
Biasanya, lanjut dia, penyakit katarak diderita oleh masyarakat yang kondisi ekonominya berada di bawah rata-rata.
Selain itu, kata dia, penderitanya juga disebabkan karena faktor usia, lingkungan yang kurang mendukung serta polusi.
Ia mengakui, antusiasme warga yang menderita penyakit katarak untuk mengikuti operasi gratis sangat luar biasa, karena pendaftarnya cukup banyak.
Perwakilan dari PT Arya Noble Arya Supriadi mengungkapkan, bahwa penyakit katarak biasanya memang diderita oleh orang yang sudah berusia lanjut.
Selain itu, kata dia, bisa disebabkan karena faktor genetik, lahir prematur, polusi, serta asupan gizi.
Kegiatan operasi katarak gratis tersebut, lanjut dia, melibatkan 13 dokter mata.
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2017