*Myanmar Jadi Magnet Jihad Global
MEDAN ( Berita ) : Guru Besar Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Prof. Dr. Abdullah, sependapat dengan pernyataan yang menyebut Myanmar berisiko jadi magnet jihad global. Hal itu terjadi karena tekanan dari Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), kelompok negara Islam yang tergabung dalam OKI dan Asean ke Myanmar,mandul.
Pernyataan itu disampaikan Prof. Abdullah, menjawab pertanyaan Wartawan, Selasa (26/9). Sebelumnya media memberitakan Richard Horsey, dari International Crisis Group, yang berbasis di Yangon, menyebutkan kekejaman terhadap warga muslim Rohingya di Myanmar bisa menarik datangnya para ekstrimis Islam dari berbagai negara.
Hal paling menakutkan baginya adalah Myanmar sekarang berada dalam peta di dunia Islam sebagai kasus terbaru perlakuan buruk terhadap minoritas muslim. Rohingya telah menjadi daya tarik bagi generasi muslim di seluruh dunia.
Menanggapi hal ini, Prof.Dr. Abdullah, mengatakan hal itu sudah menjadi hukum sosial.Dimana ketika ketidak adilan merajalela dan dibiarkan, maka aksi balas dendam akan muncul, baik secara legal maupun illegal. Disebutkan Abdullah, prediksi Myanmar akan menjadi magnet jihad global tidak berlebihan.
Karena memang,pembantaian etnis Rohingya di sana sangat luar biasa, dan dunia internasional seakan tutup matadan tuli atas peristiwa yang dialami warga muslim tersebut.
Hal ini, sambung Abdullah,tentu membuat para pemuda Islam terpanggil untuk membantu saudara-saudaranya muslim Rohingya yang dibantai secara kejam dan tidak manusiawi.
“Hati nurani para pemuda Islam di dunia dengan sendirinya terpanggil melakukan perlawanan. Apalagi upaya-upaya formal dan procedural tidak menghentikan pembantaian itu,” tegasnya.
Tentu, menurut Abdullah,balas dendam tidak diinginkan oleh siapapun. Kekerasan dibalas dengan kekerasan sangat tidak baik. Untuk itu, dia menyarankan agar PBB, OKI, dan Asean, segera melakukan upaya nyata agar pembantaian etnis Rohingya dihentikan.
“Kita tidak inginkan Myanmar menjadi sasaran organisasi internasional. Apalagi menjadi target jihad pejuang Islam. Namun kalau kekejaman itu tetap berlangsung, hal-hal tidak formal akan muncul, “ katanya.
Abdullah mengatakan,selama upaya diplomasi tidak pernah menghasilkan apa-apa,maka aksi non formal akan muncul. Kekhawatiran banyak pihak cukup beralasan, mengingat Asean dan PBB sampai hari ini ternyata tidak mampu menghentikan kekejaman militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
“Ketika tekanan Asean dan PBB sudah mandul terhadap Myanmar, maka tekanan non formal dari berbagai pihak akan datang. Sebab, mereka menilai tidak ada solusi bagi muslim Rohingya, selain melakukan jihad,” katanya.
Prof. Abdullah, berharap ini tidak terjadi, sebab masih banyak solusi bisa ditempuh dunia internasional jika memang ada niat serius dan pro aktif menekan Myanmar. Dunia internasional harus segera menghentikan tangisan etnis Rohingya.
Abdullah, juga mengingatkan semua pihak bahwa isu Myanmar bisa menjadi bola liar dan berdampak kemana-mana. Karena itu, solusinya hanya satu, pembantaian di Myanmar harus segera dihentikan. (WSP/m49/I)