Pada 18 November 2017 malam lalu saya menyempatkan diri hadir di acara Jambore Pemuda Indonesia (JPI) 2017 di Sawahlunto. Acara ini dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Bapak Imam Nahrowi. Pesertanya berasal dari seluruh Indonesia, 544 pemuda terbaik mewakili 34 provinsi, ditambah peserta dari kabupaten/kota di Sumbar, sehingga total kurang lebih 1.000 peserta.
Tema acara ini adalah Pemuda Indonesia Berani Bersatu. JPI merupakan agenda rutin dari Kemenpora RI, dan telah ada sejak 1998 dengan nama awalnya Kemah Kesatuan Pemuda (KKP) yang kemudian diganti menjadi JPI. Pada acara JPI 2017 ini, saya turut memberikan motivasi kepada peserta dan bersama IPe Band turut memeriahkan suasana panggung hiburan JPI 2017.
Saya mengapresiasi wali kota Sawahlunto yang bersedia menyelenggarakan kegiatan Jambore Pemuda Indonesia 2017 ini di Sawahlunto, sehingga terlaksana dengan baik. Karena secara tidak langsung hal ini telah mempromosikan Sawahlunto kepada publik melalui acara JPI 2017.
Dan dari provinsi pun turut mendukung pelaksanaan JPI 2017 ini dengan turut berbagi anggaran dengan Sawahlunto, di mana anggaran dari Pemprov Sumbar berjumlah lebih Rp 1 miliar. Dan dari perhelatan JPI 2017 ini, banyak pimpinan rombongan mengucapkan terima kasihnya atas layanan yang diberikan oleh panitia. Tentunya ini sebuah apresiasi yang bisa berdampak positif baik bagi Sawahlunto maupun Sumbar.
Semoga kota/kabupaten lain juga bisa mencontoh Sawahlunto yang mampu menyelenggarakan iven nasional di wilayahnya, sehingga turut mempromosikan wilayahnya. Insya Allah, Pemprov Sumbar akan turut berbagi anggaran dengan kabupaten/kota yang menyelenggarakan iven nasional seperti ini sebagai bentuk dukungan nyata.
Kembali ke JPI 2017, ini adalah kegiatan positif bagi pemuda, sehingga insya Allah hasilnya pun positif. Salah satu kegiatan di ajang JPI ini adalah membagikan warisan budaya tenun songket silungkang. Peserta JPI diajarkan tenun songket silungkang yang merupakan warisan 400 tahun lalu. Sementara kegiatan lainnya di JPI 2017 ini di antaranya, dialog kebangsaan dengan berbagai topik terkini, lomba senam poco-poco, lomba egrang, lomba terompah panjang, lomba tarik tambang, kirab dan pawai budaya, juga pertunjukan seni, dan juga kegiatan yang meningkatkan silaturahmi antar-peserta. Kegiatan ini juga menjadi ajang transformasi budaya dari berbagai provinsi di Indonesia, sehingga turut menguatkan persatuan Indonesia.
Seperti halnya kegiatan JPI, pemuda memang perlu memiliki aktivitas atau banyak kegiatan. Karena pada fase usia ini mereka ditempa dengan berbagai persiapan untuk regenerasi kepemimpinan. Para pemuda adalah aset bangsa dan juga calon pemimpin bangsa. Mereka harus banyak memiliki bekal untuk memimpin, termasuk memimpin dirinya sendiri, memimpin keluarga, memimpin organisasi, memimpin masyarakat, dan yang lebih besar dari itu.
Jika masa muda tidak diisi dengan berbagai kegiatan positif, maka alangkah sayangnya. Bahkan ada yang menyebut sebagai kemubaziran. Karena waktu berjalan terus, dan masa muda terbuang tidak termanfaatkan, serta potensi yang ada tidak tergali dengan baik. Sulit untuk berkembang jika tidak mengisi berbagai kegiatan positif di masa muda. Dan, ke depannya juga akan sulit menjalankan amanah kepemimpinan maupun tanggung jawab lainnya, baik dalam skala kecil apalagi skala besar.
Kegiatan seperti JPI ini sudah sepatutnya juga dilaksanakan di skala lebih kecil, baik provinsi maupun kota/kabupaten. Dan bila perlu organisasi pemuda juga melakukan hal serupa atau hal positif lainnya guna mempersiapkan bekal bagi generasi muda. Memang diperlukan kreativitas tersendiri untuk melakukan hal semacam ini.
Jika kegiatan yang positif ini ternyata juga sesuai dengan minat, hobi, bakat, kecenderungan atau selera para generasi muda, maka ini akan semakin meningkatkan aktualisasi dirinya. Memang tidak melulu harus sesuai bakat untuk berkegiatan positif atau aktualisasi bagi para pemuda. Karena, aktualisasi diri lainnya bagi para pemuda adalah menjadi aktivis, baik aktivis sosial, keagamaan, ekonomi dan bidang-bidang lainnya.
Jika kita melihat berbagai sosok pemimpin yang ada di level nasional hingga daerah, politisi nasional hingga daerah, para pejabat baik di pusat maupun daerah, hampir sebagian besar mereka adalah aktivis ketika di masa muda. Demikian pula para pengusaha sukses yang ketika muda menjadi aktivis. Mereka sukses menjalani perannya saat ini karena telah banyak pengalaman menjadi aktivis di masa muda.
Ketika menjadi aktivis, telah terbiasa mengikuti rapat-rapat, menangani masalah dan konflik organisasi, melakukan perencanaan kegiatan, mengambil keputusan, tidak malu untuk menemui bermacam orang, mampu berbicara di hadapan banyak orang, yang semua ini bekal yang bermanfaat ketika mendapat amanah jabatan maupun tanggung jawab lainnya.
Maka, dengan JPI 2017 yang telah dilaksanakan dengan baik ini, saya mengajak para pemuda untuk mengisi masa mudanya dengan berbagai kegiatan positif, serta penuh kesungguhan dalam melaksanakannya. Termasuk di sini adalah menggali informasi sebanyak-banyaknya terhadap banyak hal, yaitu dengan jalan memperbanyak bacaan, atau sering disebut dengan kesadaran literasi. Sehingga, para pemuda tidak mudah terpancing melakukan kritikan atau pernyataan yang salah akibat tidak lengkapnya informasi yang didapat.
Kritikan atau pernyataan konstruktif dengan data yang benar, insya Allah akan menyuguhkan jalan keluar. Sehingga, membawa kebaikan yang luas, serta terhindar dari keburukan yang akan menimbulkan musibah. Tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga masyarakat. Karena, semangat pemuda sejatinya adalah semangat perubahan dan semangat membangun penuh kesungguhan, bukan merusak. (*)
LOGIN untuk mengomentari.