Meskipun sentimen global seperti kenaikan suku bunga acuan The Fed beberapa kali terjadi, tapi pelaku pasar sudah melakukan price in di pasar.
JAKARTA – Penerbitan surat utang korporasi atau obligasi korporasi hingga semester pertama 2017 diperkirakan masih marak. Penerbitan obligasi korporasi secara year on year (yoy) diperkirakan telah tumbuh 30 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Associate Director Investment Banking Mandiri Sekuritas, Kevin Praharyawan, mengatakan penerbitan obligasi korporasi hingga semester pertama 2017 masih akan marak.
Bahkan, pertumbuhannya penerbitan obligasi korporasi pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. “Penerbitan obligasi korporasi masih akan marak. Penerbitan obligasi tahun ini sangat mengembirakan dibandingkan tahun lalu,” ungkapnya, di Jakarta, Senin (8/5). Kevin mengungkapkan apa yang terjadi di tahun ini agak cukup mengagetkan, bahkan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengungkapkan penerbitan obligasi pada semester I-2017 ada kenaikan penerbitan sekitar 30 persen secara yoy.
“Hopefully, sampai akhir masih tumbuh. Tapi, kita juga masih melihat faktor eksternal juga, apakah hasil pemilu Prancis akan memberikan dampak ke market secara global atau tidak? Lalu, apakah Presiden AS, Donald Trump, akan mengeluarkan kebijakankebijakan yang basically akan membuat negative factor ke pasar?” paparnya. Kendati demikian, imbuh Kevin, dari sisi lain sampai semester pertama 2017, pertumbuhan obligasi korporasi di atas ekspektasi pelaku pasar.
Terbukti, meskipun sentimen global seperti kenaikan suku bunga acuan The Fed beberapa kali dan terakhir di akhir Maret ini, tapi pelaku pasar sudah melakukan price in di pasar. “Basically, investor sudah cukup dewasa menyikapi statement kenaikan dan juga kita lihat beberapa faktor ekonomi yang ada baik global, regional, maupun Indonesia sendiri tidak ada sesuatu yang bisa membuat kita goyah,” katanya. Tak cuma itu, secara fundamental ekonomi Indonesia juga cukup baik.
Ditambah lagi Moody’s dan S&P juga akan menaikkan peringkat Indonesia ke investment grade. “Hanya saja lebih pada ke political factor yang terkadang membuat kita terlihat belum kondusif,” ucapnya. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sendiri akan menerbitkan surat utang atau obligasi dengan mekanisme penawaran umum berkelanjutan (PUB) I tahap II 2017 dengan target indikatif sebesar lima triliun rupiah melalui dua jenis instrumen, yakni obligasi dengan kupon dan obligasi tanpa kupon (zero coupon bond).
Modal Kerja
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) juga menerbitkan obligasi sebesar satu triliun rupiah melalui skema Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I Tahap I Tahun 2017. Obligasi tersebut terbagi dua seri, yakni seri A dengan kupon 8,50–9,25 persen bertenor lima tahun. Seri B dengan kupon 8,75–9,5 persen bertenor tujuh tahun. Dana hasil penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk modal kerja pembelian segmen distribusi perdagangan bahan bakar minyak (BBM) dan bahan kimia dasar.
Perseroan saat ini memiliki asetaset yang berlokasi strategis di Indonesia dan Tiongkok. Masa penawaran awal (bookbuildibg) pada 8–22 Mei 2017. Pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan pada 2 Juni 2017. Masa penawaran umum pada 6–8 Juni 2017. Pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 14 Juni 2017. Bertindak sebagai penjamin emisi efek PT BCA Sekuritas, PT CIMB Sekuritas Indonesia, PT Indo Premier Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.
Sementara PT Bank Mega Tbk sebagai wali amanat. Direktur Keuangan AKRA, Vembu Suresh, mengatakan Perseroan tengah mengembangkan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) yang terletak di Gresik, Jawa Timur. Proyek ini akan menjadi kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan terbesar di Indonesia. “Kami kerja sama dengan PT Pelabuhan Indonesia III (Pelindo III) melalui joint venture,” terangnya.
yni/AR-2