JAKARTA – Pengamanan data perguruan tinggi yang diunggah secara online di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) akan ditingkatkan. Hal ini dilakukan untuk mengamankan seluruh data yang ada di PDPT dari ancaman yang tersebar di dunia cyber. “Kami (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) menggandeng Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara) untuk mengamankan data mahasiswa, dosen, dan akreditasi perguruan tinggi agar tidak disalahgunakan pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Nasir mengatakan kejahatan di dunia cyber terus meningkat seiring dengan semakin majunya pemanfaatan dunia teknologi informasi untuk kebutuhan berbagai bidang. Seperti diketahui, untuk mempermudah proses verifikasi ijazah dan data perguruan tinggi lainnya, pemerintah membangun sistem pangkalan data pendidikan tinggi yang memuat seluruh data dosen, mahasiswa, hingga akreditasi perguruan tinggi di dalamnya.
Namun, ia mengakui, pengamanan untuk sistem berbasis IT tersebut hingga saat ini dirasa masih belum cukup. “Dengan kerja sama bersama Lemsaneg, kami berharap ke depan akan lebih aman. Saya ingin melindungi masyarakat, tapi perbaikan di dalamnya harus dilakukan dulu,” kata Nasir.
Seusai perbaikan pengamanan internal pangkalan data perguruan tinggi, pihaknya juga akan membuat sistem ijazah online. Tujuannya untuk memudahkan mahasiswa yang ingin mengakses ijazahnya ketika dibutuhkan seperti pada saat masuk ke dunia kerja. Menurut Nasir, nantinya mahasiswa tidak perlu repot lagi pergi ke kampus atau kementerian untuk melihat apakah mereka sudah lulus atau belum. Pihak perusahaan juga bisa langsung melihat kejelasan status seseorang yang akan mereka pekerjakan.
“Data status kelulusan itu sangat penting, sekarang yang mengamankan kementerian dan kami butuh bantuan lembaga yang bisa memverifikasi sistemnya,” tegas Nasir. Wajib Membantu Kepala Lemsaneg, Djoko Setiadi, mengatakan pihaknya mengapresiasi langkah cepat Kemenristekdikti yang segera melakukan kerja sama untuk pengamanan data pendidikan tinggi. Djoko menambahkan, pengamanan data pendidikan tinggi sangat penting. Sebab jika sampai dibobol pihak tidak bertanggung jawab, akan sangat merepotkan pemerintah.
Terlebih lagi kondisi perkembangan dunia cyber saat ini sudah sangat rentan. “Kami hukumnya wajib membantu pemerintah, supaya datanya lebih aman dan utuh,” ujar Djoko. Dia menjelaskan, saat ini Kemenristekdikti sudah melakukan upaya-upaya pengamanan. Namun dari hasil perbincangan antara Djoko dan Nasir, sistem pengamanan yang dilakukan belum begitu rapat dan masih rentan dijebol. Kendati demikian, Djoko yakin, setelah Lemsaneg turun membantu Kemenristekdikti dalam mengatasi masalahnya, maka frekuensi upaya pencurian data pendidikan tinggi akan mampu ditangkal. “Semua yang terkait cyber akan diamankan. Karena dunia cyber sudah semakin cepat, tetapi juga rentan. Tujuannya untuk menjaga masyarakat,” tutup Djoko. cit/E-3