Merawat Kebhinnekaan melalui Budaya
Penampilan Onang-onang sebuah syair yang berkisah ratapan kehidupan dari Tapanuli, lagu dan tari Minang, Mandahiling dan Jawa, yang tumbuh berkembang dengan baik di Panti, Pasaman “bagadincak”, Sabtu (2/12) malam lalu.
Ribuan masyarakat Panti dan sekitarnya antusias menyaksikan atraksi kesenian sejak pukul 20.00 hingga 23.30 bersama anggota DPD RI Emma Yohanna ditemani Hariadi, anggota DPRD Pasaman, Wali Nagari Yefria Aldi beserta istri Rita Yefri, ninik mamak, bundo kanduang, alim ulama. Serta, hadir sejumlah anggota DPRD.
Sabtu malam itu, hujan hilang-timbul mendera bumi Pasaman. Sampai usai Shalat Isya hujan berganti rinai, lalu sirna seiring lagu Indonesia Raya dilantunkan bersama. Semangat kebangsaan tiba tiba semakin terasa kental, memperkuat pernak-pernik kebhinnekaan yang menghiasi latar panggung.
Setelah MC Jhoni Andra membuka kata, para penari Pasambahan mengantar siriah dalam carano untuk rombongan kecil Emma Yohanna. Diikuti pembacaan ayat suci Al Quran oleh Radika Ardiansyah, siswa SDN 08. Suaranya lantang membahana, memecah kesunyian malam.
Emma Yohanna yang akrab dipanggil Bunda, menyatakan budaya dan kegiatannya harus terus dilakukan di tengah masyarakat di Sumbar. Apalagi dalam lingkungan masyarakat yang heterogen, multietnis seperti yang berkembang di Kecamatan Panti, Pasaman ini. Untuk itulah setelah lama di DPD, akhirnya kami berkesempatan bersilaturahmi dengan masyarakat.
“Alhamdulillah, saya sangat berterima kasih, masyarakat Panti dan sekitarnya begitu antusias meski harus hujan-hujanan di lokasi terbuka,” ujar Emma Yohanna, seraya berterima kasih kepada segenap panitia lokal dan Padang Ekspres sebagai media partner kegiatan mengangkat potensi budaya lokal tersebut.
Meski hanya persiapan dalam tiga hari saja, media budaya tersebut terasa begitu memberikan hiburan sekaligus seakan mematri silaturahmi anak nagari yang sudah terbina selama ini.
Kerja sama yang baik jajaran Padang Ekspres dengan stakeholders terkait di kenagarian dan aparat terkait lainnya, suguhan budaya dalam bingkai menjaga kebhinnekaan itu berjalan baik. Kapolsek setempat beserta personel juga larut mengikuti kegiatan hingga larut malam.
Emma menambahkan, sama halnya dengan keanekaragaman etnis dan budaya di Panti pada khususnya, demikian juga mendorong dinamika kebersamaan menjaga keutuhan NKRI. “Butuh support semua pihak, tak terkecuali peran media dalam mendorong dan menjaga keutuhan daerah, keutuhan bangsa. Salah satunya ditunjukkan Padang Ekspres hari ini,” ulasnya.
Tujuan besar kegiatan yang diberi nama Media Budaya dalam Merawat Semangat Kebhinnekaan itu, kata Emma, tak lain untuk menjaga keutuhan persatuan masyarakat dalam kerangka NKRI.
Kata-kata ajakan menjaga akulturasi atau interaksi budaya antaretnis di Pasaman disambut aplus hadirin. Selanjutnya hiburan musik oleh Aprilia, Wanda, Sendy diiringi personel Bravo Big Band.
Beberapa anak-anak dari Rumah Lentera menampilkan teater bertema Aku dan Alam. Usai pertunjukan durasi 15 menit itu, Emma spontan merespons dengan naik ke pentas. Bercakap sebentar sembari memeluk anak-anak, lantas memanggil Hariadi untuk membantu anak-anak, yang kemudian ‘menyerahkan’ dana pembinaan spontan untuk anak-anak binaan Kurnia Hadinanta tersebut.
Tari Tor-tor yang ditampilkan masyarakat Mandahiling yang bergabung pada sanggar Alang Babega, Ronggeng yang biasa kita saksikan di Jawa Barat, kali ini ronggeng ala Pasaman, tak ketinggalan Rabab Pasaman juga dihadirkan.
Semua atraksi budaya dan penampilan seni dan musik tersebut tak hanya disaksikan Emma sampai habis, tapi para undangan juga terlibat langsung dalam beberapa atraksi.
Sebuah pertunjukan budaya lokal yang sepertinya hanya biasa-biasa saja. Tapi, ada makna mendalam yang ada di balik kegiatan tersebut. Yakni, merajut kebersamaan dalam keragaman. Kebersamaan yang nyata di lapangan, perlu dijaga bersama di tengah semakin kompleksitasnya persoalan bangsa. “Terkadang, hanya persoalan sepele dan perbedaan sedikit saja, bisa merongrong keutuhan bangsa,” ujarnya.
Pertunjukan budaya telah usai, masyarakat Panti dan sekitarnya tentu semakin bangga dengan khasanah dan kearifan lokal yang dimiliki. Pada tempat dan nagari lain, kebersamaan dan keragaman itu saling berdekatan dan bersentuhan. Tugas kita semua anak bangsa menjaganya dan mendorong agar itu tetap utuh. Tugas kita bersama menjaganya, termasuk peran media dan insan pers yang diamantkan dalam UU 40 Tahun 1999. (*)
LOGIN untuk mengomentari.