in

Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Tulisan ini sedikit banyak terinspirasi dari teman-teman di kalangan pemerintah daerah yang sering bertanya kenapa pertumbuhan ekonomi di daerah tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. Sebelum kita membahas kenapanya? Ada baiknya kita harus tahu dulu, Apa itu pertumbuhan ekonomi. 

Pertumbuhan ekonomi merupakan pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua sektor kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu setahun. Angka pertumbuhan ini dihitung berdasarkan perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun yang bersangkutan terhadap tahun sebelumnya. 

Penghitungan PDRB menggunakan pendekatan produksi, dihasilkan dari jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang dikelompokkan menjadi 19 kategori lapangan usaha, mulai dari pertanian sampai jasa-jasa. Penghitungan PDRB menggunakan sebagian besar data hasil sensus, survei, dan dari produk administrasi instansi pemerintah, perusahaan dan lembaga lainnya.

Kontribusi terbesar dalam perekonomian di Sumatera Barat adalah pertanian, perdagangan, transportasi dan pergudangan serta industri pengolahan. Kontribusi pertanian dari total PDRB Provinsi Sumatera Barat tahun 2012 sampai tahun 2016 semakin menurun, yakni sebesar 25,02 persen tahun 2012 menjadi 24,06 persen tahun 2016. Jika kontribusi pertanian semakin menurun maka akan berdampak langsung kepada pertumbuhan ekonomi yang juga akan semakin menurun. 

Ekonomi Sumatera Barat dari tahun 2012 sampai 2016 tumbuh melambat, dari 6,31 persen tahun 2012 menjadi 5,26 persen tahun 2016. Melambatnya pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya dipicu oleh melambatnya pertumbuhan pertanian dari tahun 2012 mampu tumbuh sebesar 2,63 persen menjadi 1,96 persen di tahun 2016 (BPS, 2016).

Tingginya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat tidak didukung oleh pertumbuhan lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar seperti pertanian secara berkesinambungan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dipicu oleh pertumbuhan lapangan usaha yang memberikan kontribusi kecil terhadap Sumatera Barat. 

Hal ini dapat dilihat dari data pertumbuhan lapangan usaha pertanian tahun 2016 yakni sebesar 1,96 persen dengan kontribusi sebesar 24,06 persen, sedangkan sumber pertumbuhan tertinggi ada pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 0,88 persen yang kontribusinya hanya sebesar 12,26 persen. Sehingga pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang tinggi dibanding nasional saat ini masih belum memberikan dampak yang nyata dalam peningkatkan penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kondisi alam Sumatera Barat yang subur seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yang sebagian besar bekerja di pertanian (36,44 persen). Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan pertumbuhan di lapangan usaha pertanian secara terus menerus, guna mengurangi jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat yang sebagian besar bekerja di pertanian. 

Dengan nilai share yang cukup tinggi terhadap total PDRB, lapangan usaha pertanian masih menjanjikan untuk terus dikembangkan. Pembangunan sektor pertanian ke depannya dapat diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha. 

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Rata-rata NTP Sumatera Barat selama tahun 2016 masih berada di bawah 100 yakni sebesar 97,67. Ini artinya bahwa selama tahun 2016 petani Sumatera Barat mengalami defisit karena kenaikan harga produksi relatif rendah dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Dengan kata lain, pendapatan petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya sehingga tingkat kesejahteraan petani Sumatera Barat dapat dikatakan masih rendah.

Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya, menyebabkan tingginya tingkat pengangguran. Masalah kesempatan kerja, bagaikan ujung sebuah gunung es. Apabila mereka tidak bekerja konsekuensinya adalah mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dengan baik. Kondisi seperti ini membawa dampak bagi terciptanya dan membengkaknya jumlah kemiskinan yang ada.

Penduduk miskin adalah penduduk yang berada di bawah suatu batas yang disebut garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik kebutuhan hidup minimum makanan maupun bukan makanan. Batas miskin untuk makanan adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan seseorang dalam sebulan agar dapat memenuhi kebutuhan minimum energinya sebesar 2.100 kkal per hari.

Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Lebih jauh, jika masalah pengangguran ini terjadi pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah (terutama kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan sedikit berada di atas garis kemiskinan), maka insiden pengangguran dengan mudah menggeser posisi mereka menjadi kelompok masyarakat miskin. Artinya, semakin tinggi tingkat pengganguran akan meningkatkan kemiskinan. Untuk itu dibutuhkan lah pertumbuhan ekonomi berkualitas yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Beberapa studi empiris yang menjelaskan hubungan pertumbuhan ekonomi dengan pengurangan kemiskinan dan pengangguran, telah banyak dilakukan oleh para ahli di berbagai negara maupun di Indonesia. Studi empiris yang pernah dilakukan para ahli di berbagai negara tersebut ada yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi lebih memberikan manfaat ke masyarakat miskin dan pengangguran dan ada juga yang mengatakan tidak memberikan manfaat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu berdampak pada penurunan kemiskinan dan pengangguran. 

Hal ini dapat dijelaskan dengan balasan. Di antaranya, pertama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi ditopang oleh kategori lapangan usaha yang memiliki elastisitas lapangan kerja rendah, tidak akan menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran. Pertumbuhan ekonomi seperti ini umumnya memberikan keberpihakan kepada pengembangan lapangan usaha tertentu sehingga mempersempit peluang berkembangnya lapangan usaha yang lain, yang pada akhirnya akan berakibat pada berkurangnya jenis lapangan kerja yang tersedia. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun ditopang oleh keberadaan industri milik negara yang memperoleh sejumlah proteksi tertentu juga tidak menjamin akan dapat menyelesaikan kemiskinan. 

Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan ditopang oleh industri canggih juga berpotensi untuk memperparah masalah kemiskinan dan pengangguran jika struktur tenaga kerja yang ada didominasi oleh tenaga kerja berkemampuan rendah (low skill labor). Keempat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi ditunjang oleh kekuatan ekonomi yang bersifat terkonsentrasi juga tidak akan sanggup mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya akan berarti apabila diikuti oleh pemerataan atas hasil-hasil pembangunan. Terutama pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan yang menjadi basis petani miskin haruslah mendapatkan dukungan semua pihak yang pada gilirannya akan mengurangi jumlah pengangguran dan penduduk miskin. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Presiden: Polisi Jangan Arogan

Janji Tuntaskan Tunggakan Ranperda