in

Penulis buku Balita berkonten LGBT akui salah

Jakarta (Antaranews Sumsel) – Penulis buku berkonten LGBT Intan Noviana mengakui kekeliruannya atas pemilihan kata-kata dalam buku “Balita Langsung Lancar Membaca” yang merupakan karyanya bersama Purnama Andri.

Namun, terkait dengan penulisan itu, sebagaimana yang tertulis di dalam rilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang diterima Antara di Jakarta, Kamis, semuanya menjadi tanggung jawab Intan.

Intan mendatangi Kantor KPAI untuk melakukan klarifikasi mengenai hal tersebut, kata komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti melalui siaran pers itu.

Dalam buku tersebut, Intan menulis antara lain kalimat “Opa Suka Waria” dan “Widia bisa menikahi Vivi”.

Menurut penjelasan Intan, “Widia” yang dimaksud adalah Widiatmoko. Namun, dia belum selesai menyelesaikan nama tersebut sehingga disingkat menjadi “Widia”.

“KPAI mempertanyakan rasanya jauh sekali Widyatmoko dengan Widia. Jadi, wajar saja orang tua terganggu sekali dengan pilihan kata-kata tersebut,” ujar Retno

Selain itu, KPAI juga mempertanyakan alasan Intan menggunakan kata “waria”. Intan beralasan, waria di Yogjakarta sering mengganggu karena meminta secara paksa.

Karena itulah dia terpikirkan menulis kata “waria” agar anak-anak memahami maknanya.

Intan mengaku sedang banyak menulis buku dan kehabisan kata-kata. Retno mengatakan bahwa Intan mengaku tidak ada motif apa pun dalam menuliskan kalimat-kalimat janggal tersebut di buku untuk balita.

“Intan kemudian meminta maaf atas kekeliruan memilih kata-kata tersebut,” kata Retno.

Saat menemui KPAI, Intan juga membawa buku-buku yang dia tulis soal belajar membaca bagi balita, yakni Revolusi Belajar Membaca “Belajar Membaca Tanpa Mengeja” Buku 1 (2011) dan Buku 2 (2010, cetakan ketiga), serta “Langsung Bisa Belajar Membaca Tanpa Mengeja” yang diterbitkan oleh penerbit Cabe Rawit.

Intan mengaku telah menulis sembilan buku. Namun, 4 tahun terakhir tidak menulis. Saat ini, dia sedang meneliti untuk bahan menulis.

“Intan juga menunjukkan kartu permainan membaca yang dalihnya menjadi bukti bahwa dirinya tidak mengampanyekan LGBT, yaitu membuat kartu permainan membaca membuat sesuai dengan gender,” kata Retno.
(T.A074/C/D. Kliwantoro/

What do you think?

Written by Julliana Elora

Raja Babau, NTT: Pemerintah Berkomitmen Beri Perhatian Masalah Seni Budaya Kerajaan

Menristekdikti targetkan hanya ada 3.500 perguruan tinggi