Sambutan Presiden Joko Widodo pada Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional IV Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, 29 September 2023
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Salam Pancasila!
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
Yang saya hormati Presiden ke-5 Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan, Ibu Prof. Dr. Hj. Megawati Soekarnoputri;
Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin;
Yang saya hormati Ketua DPR RI Ibu Puan Maharani;
Yang saya hormati Pak Sekjen beserta seluruh jajaran DPP, DPD, DPC, serta fraksi yang hadir pada sore hari ini dan seluruh keluarga besar PDI Perjuangan yang saya hormati;
Dan yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju yang tidak bisa saya sebut satu per satu;
Yang saya hormati para ketua umum partai, PPP, Pak Mardiono, Partai Hanura, Pak Oesman Sapta Odang, beliau ini sering menghadap saya, Pak Hary Tanoesoedibjo, Perindo.
Bapak-Ibu sekalian hadirin dan undangan yang berbahagia.
Tema di Rakernas ke-4 PDI Perjuangan saat ini sangat relevan dengan keadaan yang kita hadapi, yang bukan sesuatu yang sangat gampang, tapi betul-betul sesuatu yang tidak mudah untuk diselesaikan, karena ini menyangkut ancaman perubahan iklim, nyata dan sangat kita rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari saat ini.
Kenaikan suhu bumi, kekeringan di mana-mana, kemarau panjang, sehingga menyebabkan gagal tanam, menyebabkan gagal panen. Dan super El Nino yang ada di 7 provinsi di negara kita juga mempengaruhi pasokan pangan pada rakyat kita Indonesia. Plus ditambah yang kedua, yang pertama ancaman perubahan iklim, yang kedua juga yang berkaitan dengan geopolitik dunia, yang juga berpengaruh pada pasokan pangan. Perang di Ukraina kelihatannya perang di sana, jauh dari kita, tapi ternyata gandum yang tadi disampaikan oleh Ibu Mega, gandum kita, kita impor gandum itu 11 juta ton dan hampir 30 persen itu berasal dari Ukraina dan Rusia, karena di sana memang produsen gandum terbesar dunia.
Saat saya bertemu dengan Presiden Zelensky, beliau menyampaikan pada saya ada stok 77 juta ton berhenti di Ukraina karena perang. Begitu saya masuk ke Rusia, saya bertemu dengan Presiden Putin, beliau juga cerita di Rusia ada 130 juta ton gandum yang berhenti tidak bisa diekspor karena keamanan laut. Artinya, total dari dua negara itu yang tidak bisa keluar gandumnya 207 juta ton. Sehingga yang terjadi adalah di Afrika, di Asia maupun di Eropa sendiri kekurangan pangan itu betul-betul nyata dan terjadi. Harga yang naik secara drastis dan bahkan kemarin saya membaca sebuah berita, di satu negara maju di Eropa, anak-anak sekolah banyak yang sudah tidak sarapan pagi. Yang biasanya sarapan pagi, sekarang ini sudah tidak sarapan pagi karena kekurangan bahan pangan, karena mahalnya bahan pangan.
Yang ketiga, yang sekarang terjadi menyebabkan pangan semakin naik harganya adalah 19 negara sekarang ini sudah tidak mengekspor pangan. Bahkan tadi pagi saya baca lagi bukan 19 lagi, tetapi 22 negara sekarang ini sudah tidak mau mengekspor bahan pangannya, termasuk di dalamnya adalah beras. Ada Uganda, Rusia, India, Bangladesh, Pakistan, dan Myanmar terakhir juga akan masuk lagi tidak mengekspor bahan pangannya. Betapa nanti kalau ini diterus-teruskan ini akan, semua harga bahan pokok pangan semuanya akan naik.
Sehingga sekali lagi, saya sangat setuju apa yang tadi disampaikan oleh Ibu Ketua Umum, Bu Mega, semuanya setuju. Dan lebih setuju lagi apa yang disampaikan calon presiden Pak Ganjar Pranowo. Tadi saya bisik-bisik ke beliau, Pak nanti habis dilantik besoknya langsung masuk ke kedaulatan pangan, enggak usah lama-lama, perencanaannya disiapkan sekarang, begitu dilantik, besok langsung masuk ke kerja kedaulatan pangan. Sehingga swasembada pangan, ketahanan pangan, kedaulatan pangan, itu betul-betul kita miliki. Ngeri sekali kalau melihat cerita semua negara sekarang ngerem semuanya tidak ekspor pangannya. Gandum sudah, beras sudah, gula sudah, semuanya ngerem semuanya.
Oleh sebab itu, sepuluh tahun ke depan, lima tahun ke depan, sepuluh tahun ke depan, memang visi taktis itu harus kita miliki. Bukan visi misi yang terlalu bagus di awang-awang, tapi visi taktis, rencana kerja detail harus kita miliki. Dan saya yakin Pak Ganjar mampu menyelesaikan ini.
Kita tahu penduduk kita sudah 278 juta, penduduk kita saat ini sudah 278 juta. Dunia juga sudah lebih dari 8 miliar, penduduk dunia, dan akan terus bertambah. Di tahun 2030 diperkirakan sudah mencapai 310 [juta], karena pertumbuhan penduduk kita 1,25 persen kenaikannya per tahun. Artinya sekali lagi, pangan menjadi kunci. Seperti yang disampaikan oleh Bung Karno, pangan merupakan mati hidupnya suatu bangsa, itu betul sekali, beliau sudah melihat kejadian yang sekarang ini kita alami.
Sekali lagi, lima tahun ke depan, sepuluh tahun ke depan, visi taktis itu harus kita miliki, plan yang detail, rencana yang detail itu harus kita miliki. Sehingga jelas berapa waduk yang harus kita siapkan, berapa embung yang harus kita siapkan, berapa kilometer irigasi yang harus kita siapkan, rencana detail itu ada, dan kapan itu akan bisa kita selesaikan. Karena waduk kita mungkin sampai tahun depan baru akan tambah kira-kira 61 waduk. Total waduk kita kurang lebih nanti plus 230 berarti kurang lebih 300-an waduk. Masih sangat kecil sekali kalau dibandingkan dengan Korea, dengan Cina, belum ada 10 persennya kita. Artinya, masih perlu kerja keras untuk menyelesaikan infrastruktur yang berkaitan dengan pangan yang kita miliki.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan saya tutup.
Salam Pancasila!
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.