in

Perjuangan Penerbit Obor Melayani Umat

Judul : Obor yang Kembali Menyala
Penulis : F Rahardi
Penerbit : Obor
Cetakan : Juli, 2O16
Tebal : 170 halaman
ISBN : 978-979-565-752-1

Sebagai penerbit Katolik, banyak muslim yang bekerja di Obor, Kasid Syamsalutae. Dia kepala biro ekspedisi selama 30 tahun. Dia semua nama uskup. Dia betah bekerja di sini karena tidak ada diskriminasi agama.

Di tengah arus besar media online, banyak penerbit gulung tikar. Hanya beberapa penerbit besar bertahan. Obor sebagai penerbit kelas menengah juga masih bisa eksis, walaupun bukan berarti sama sekali tidak mengalami pasang surut. Buku ini menjelaskan pasangsurut penerbit Obor sejak berdiri hingga sekarang.

Awalnya, Obor merupakan toko buku bernama Glorieux, 1949. Dia kemudian diakuisisi NV de Toorts, perusahaan penerbitan Belanda. Dari toko berkembang menjadi penerbit. Dari Glorieux berubah menjadi Obor. Penerbit Obor dijadikan sebagai media untuk menerjemahkan dan menerbitkan buku pelajaran dan agama Belanda.

Kepemilikan NV de Toorts berakhir tahun 1957 saat terjadi nasionalisasi perusahaan Belanda (hlm 3). Penerbit Obor kemudian dipasrahkan kepada empat tarekat Imam tertua di Indonesia. Jumlah umat Katolik meningkat tajam pasca-G-30 S karena banyak eks PKI yang memeluk Katolik.

Secara logika, buku bacaan bernuansa Katolik akan banyak diminati. Obor gagal menyediakannya karena krisis ekonomi dan politik pada tahun 1960-an. Kondisi itu tidak mendukung pertumbuhan penerbit Obor. Krisis manajemen justru melilitnya. Ia pun ditawarkan agar diambil-alih Kanisius. Transaksi itu gagal. Tahun 1979, empat tarekat Imam menyerahkan Obor kepada Konferensi Waligereja Indonesia atau KWI (hlm 9). Kendatipun sudah berada di bawah naungan KWI, Obor juga belum menunjukkan pertumbuhan maksimal.

Sejak tahun 1980-2000, Obor berjalan datar. Namun ada dua hal yang membanggakan yakni pembangunan gedung Obor dan terbitnya buku Ziarah Batin yang merupakan catatan harian berdasarkan Alkitab. Buku ini mendapat respons luar biasa. Ini buku andalan Obor karena telah dicetak 60.000 eksemplar.

Meskipun sekarang sudah terbit beberapa buku serupa, Ziarah Batin masih tidak tergantikan (hlm 15). Sebagai penerbit yang dipimpin oleh Imam dan ditujukan untuk melayani umat, Obor mulai berbenah diri. Idealisme dan moralitas menjadi dasar utama. Obor sadar bahwa penerbit ini tidak menjual kertas dan tulisan saja. Modal besar juga bukan jaminan umat akan tertarik untuk membaca buku Obor. Hanya idealisme untuk senantiasa melayani dan menjaga etika agar tidak mendulukan kepentingan pribadi merupakan kunci utama menarik perhatian umat (hlm 62).

Sebab itu, Obor tidak hanya menerbitkan buku. Ia juga memproduksi alat dan aksesoris peribadatan yang dibutuhkan umat. Jika buku hanya dibaca sebagian orang, alat ibadah pasti digunakan semua umat Katolik. Maka itulah, nyala Obor mulai kelihatan karena semakin terasa manfaatnya (hlm 66). Demi menjunjung idealisme, banyak karyawan Obor rela berpenghasilan sederhana. Ini bisa dilihat dari tempat tinggal mereka.

Dari 63 karyawan tetap Obor, baru 15 yang punya rumah. Sementara, 48 lainnya masih ngontrak atau menempati rumah “mertua indah.” Padahal sebagian mereka sudah ada yang bekerja lebih 10 tahun. Manajemen Obor saat ini merancang agar para karyawan memiliki rumah dengan cara kredit (hlm 80). Sebagai penerbit Katolik, banyak muslim yang bekerja di Obor, Kasid Syamsalutae. Dia kepala biro ekspedisi selama 30 tahun. Dia semua nama uskup. Dia betah bekerja di sini karena tidak ada diskriminasi agama.

“Meskipun Obor lembaga Katolik, di sini banyak juga yang muslim, dan ada tempat salatnya. Obor tak membedabedakan agama. Yang penting jujur, “kata Kasid (hlm 109). Bahkan ada rekanan Obor yang senantiasa menyediakan pernakpernik Natal berkata, “Rumahku ini rumah Obor, dibeli dan dibangun dari hasil jualan melalui Obor (hlm 143)” Jadi, Obor tetap eksis hingga sekarang, tanpa khawatir gempuran media online. Sebab sejak awal dia berkomitmen senantiasa melayani umat lewat jalur bisnis profesional.

Diresensi Redy Ismanto,
Mahasiswa Pascasarjana
Unesa Surabaya

What do you think?

Written by virgo

Widodo Ancam Keras PNS Libur Molor

“Koalisi Merah-Hijau Berpotensi Menang”