Keberadaan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dituntut memiliki pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten dan berkualitas. Sayangnya peningkatan kualitas pendidik di satuan Lembaga PAUD, belum serta merta diikuti oleh peran pendidik di dalam keluarga terutama ibu.
Sebagian ibu belum memberikan perhatian yang maksimal. Padahal ibu memegang peranan yang sangat besar dalam memberikan pendidikan yang paling mendasar pada Anak Usia Dini (AUD). Seorang ibu adalah sekolah dan guru pertama bagi anaknya.
Dalam Al-Quran disebutkan, yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (Quran surat An-Nisa ayat 9).
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa setiap orang tua mendapat amanah dari Allah SWT. untuk memperhatikan kualitas anak keturunannya. Anak yang dimasukkan ke Lembaga PAUD, kesempatan menerima pelayanan di sekolah dibatasi oleh waktu. Waktu selebihnya tentu menjadi tanggung jawab ibu atau keluarga di rumah. Peran ibu bertujuan agar masa emas (golden age) anak berkembang optimal.
Menurut Indrias Aridhiana, M.Psi. psikolog dari Universitas Indonesia (bundabalita.com), alasan orang tua memasukkan anak ke PAUD, di antaranya adalah “dari pada di rumah tidak ada yang menstimulasi lebih baik dimasukkan ke tempat penitipan anak. Orang tua berharap anak akan mendapat pendidikan yang baik”.
Sedangkan menurut Emmy Sukrisno, S.Pd, seorang konsultan Pendidikan menyatakan, “bagaimanapun pendidikan dan pengasuhan anak dibawah usia tiga tahun, lebih baik di tangan ibunya, bukan orang lain”.
Hal tersebut ditegaskan oleh bunda Elly Risman Musa, Psi, mengatakan, bahwa anak dibawah usia tiga tahun tidak perlu sekolah. Allah SWT memberikan milyaran sel otak anak sejak lahir yang belum sempurna persambungannya.
Melalui gizi yang baik, pengasuhan positif dan kelekatan dengan ibunya, maka sel otak anak akan tersambung, berat otak anak pun akan bertambah. Sambungan tersebut nantinya akan disempurnakan dalam proses pendidikan berikutnya.
Sejalan dengan pendapat ahli neuroscience (ilmu tentang otak) menyebutkan, yang sangat dibutuhkan oleh anak usia sampai 2 atau 3 tahun adalah kasih sayang, kelekatan (attachment) dengan ibunya. Anak akan belajar dengan mudah jika ibu memperhatikan dan mengajaknya komunikasi mengenalkan hal-hal baru, menanggapi dan merespon apa yang dikemukakan anak.
Perlakuan dalam sebuah pengasuhan positif yang dilakukan ibu terhadap anaknya, bagai sebuah fondasi dalam sebuah bangunan. Jiak fondasinya kuat, maka akan mudah untuk membangun apapun diatasnya. Seluruh aspek perkembangan anak akan lebih mudah distimulasi pada proses pendidikan berikutnya.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kohn, yang menyebutkan “sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya meliputi cara orang tua memberikan aturan, cara memberikan hadiah atau hukuman, cara orang tua menanamkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, dan lainnnya, kelak akan sangat bermanfaat bagi anak.
Dari uraian diatas, menunjukkan betapa besar peran ibu pada anak usia dini. Agar anak tumbuh dan berekembang sehat, cerdas dan ceria, maka orang tua (seorang ibu) diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dalam mengatur kesehatan dan gizi dalam keluarga. Hendaknya ibu menambah wawasan dan pengetahuan tentang pendidikan anak usia dini.
Pada saat anak usia dini, hendaknya seorang ibu melaksanakan pengasuhan yang positif. Berilah anak makanan yang halal denga gizi seimbang. Sepulang anak dari PAUD hendaknya sang ibu menyediakan waktu mengajak anak bermain dan belajar. Mintalah kepada guru apa yang harus dilakukan ibu di rumah untuk mendukung kesuksesan anak.
Berilah kasih sayang yang cukup kepada anak, berbicara lemah lembut, tidak menghardik atau mengerdilkan anak, tidak memukul anak, memaafkan dan tidak memarahi, mengenalkan akan adanya Tuhan Allah SWT sebagai pencipta seringlah ibu mengucapkan kalimat thoyyibah, mengajak anak beribadah, dan berakhlak mulia.
Biasakanlah ibu menghargai anaknya sebagai individu yang sedang berproses bertumbuh dan berkembang. Amarah atau hardikan akan membuat sel-sel otak anak mati, dan anak akan mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembangnya. Jangan sampai kelak anak sulit diarahkan.
Anak usia dini yang mendapat pendidikan dasar yang baik dari ibunya, akan menjadi anak yang memiliki pribadi yang kuat, konsep diri yang positif, percaya diri, mandiri, berakhlak, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta kemajuan zaman dan akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.(*)