Pegiat lingkungan mendesak PT Pertamina (Persero) segera memulihkan ekosistem laut yang rusak, akibat tumpahan minyak dari Sumur Blok ONWJ.
JAKARTA – Para pegiat lingkungan mendesak PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) untuk segera memulihkan ekosistem laut yang terlanjur rusak akibat tumpahan minyak yang bersumber dari Sumur YYA-1, ONWJ di pesisir Karawang, Jawa Barat. Tumpahan minyak yang mengotori perairan laut pesisir Karawang ini sudah mematikan biota laut.
“Pertamina harus bertanggung jawab terhadap pemulihan lingkungan laut, dan dampak lainnya akibat pencemaran minyak. Untuk memulihkan lingkungan butuh waktu panjang,” tegas Faisal M Jasin, penggiat lingkungan dari Natural Resource and Environmental (NRE-Monitoring), di Jakarta, Minggu (29/9).
Ia menjelaskan, berlarut-larutnya kasus tumpahan minyak milik PT PHE ONWJ di pantai utara Jawa memperparah kondisi ekologi laut utara Jawa. Tumpahan minyak, menurunkan proses laju foto sintesis fitoplankton sehingga produktivitas primernya menurun. Pahahal fitoplankton ini merupakan permulaan rantai makanan, mata rantai dalam seluruh rantai makanan perairan yang akan mempengaruhi penurunan produktititas perairan. “Ekologi laut makin parah, dan kita sudah bawa pada aksi massa kawan aktivis mahasiswa dari PB HMI, kemarin,” tutur Faisal.
Dia menambahkan, ekosistem mangrove yang salah satu fungsinya sebagai tempat pemijahan ikan juga terancam mati. Sedikitnya terhadap 300.000 pohon mangrove di Muara Gembong terancam mati. Pohonnya terkelupas, melepuh, daunnya mengering dan layu. Ekosistem Terumbu Karang juga mengalami kematian massal, secara perlahan yang diakibatkan terhambatnya laju proses fotosintesis di laut.
Sementara itu, aktivis dari Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (Kruha), Sigit Budiono, mengatakan Pertamina harus diaudit lebih lanjut. Bahkan, audit secara menyeluruh tidak terbatas hanya dari Sumur Blok ONWJ. Menurutnya, permasalah Pertamina tidak hanya di Karawang saja, juga ada potensi di wilayah lainnya. “Tidak hanya minyak, tetapi juga proyek gas dan batu bara di berbagai daerah lainnya. Karena ya rezim yang menghamba pada investasi, akan sulit lepas dari jeratan pengusaha energi fosil,” tukasnya.
Terkait penanggulangan pencemaran laut, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah mengaku telah minta Pertamina untuk memastikan tidak ada lagi oil spill (tumpahan minyak) baik di perairan laut maupun di pesisir pantai, termasuk di mangrove, terumbu karang dan padang lamun.
Mulai Dibersihkan
Ifki Sukarya, VP Relations PHE dalam keteranganya mengatakan, meski sumur YYA-1 terpantau sudah tidak mengeluarkan tumpahan minyak, namun PHE ONWJ tetap menurunkan personil untuk membersihkan pesisir Karawang.
“Kami melakukan pantauan udara dan pantauan darat secara rutin, untuk melihat kondisi perairan Utara Jawa dan pesisir Karawang. Sejak killing operations dimulai hingga saat ini, hasilnya cukup positif. Tidak terlihat tumpahan minyak di laut,” ujar ifki.
Ifki menambahkan di sejumlah titik per tanggal 28 September, seperti Pantai Alam Baru, area Galangan Kapal Sungai Buntu sudah tidak terlihat tumpahan minyak di garis pantai. Namun di kawasan Tanjung Pakis, Tambaksari, dan Cemara Jaya masih ada sisa-sisa tumpahan minyak. suh/E-12