Palembang (ANTARA) – Sejumlah petani di Sumatera Selatan tak mempermasalahkan jika program pupuk subsidi dicabut oleh pemerintah asalkan produk tersebut bisa mudah didapatkan dan harganya terjangkau.
Wawan Darmawan, petani Desa Sumber Mulya, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, mengatakan dirinya belum memperoleh pupuk sejak musim tanam di Januari hingga kini yang telah memasuki musim tanam kedua.
Padahal, dirinya dan sejumlah petani di desanya sudah masuk daftar penerima pupuk sesuai Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Elektronik (e-RDKK) yang dikelola Kementerian Pertanian.
“Walau masuk dalam e-RDKK, itu tidak jaminan bagi kami. Buktinya sampai sekarang juga belum dapat,” kata dia.
Lebih miris lagi, lantaran ingin mendapatkan pupuk subsidi itu, sebagian besar petani sudah menyetorkan dana ke agen pupuk. Saat ini, agen sudah meminta lagi untuk musim tanam kedua.
“Bagaimana kami mau setor, yang pertama saja belum dapat,” kata dia.
Akibat tidak melakukan pemupukan pada musim tanam pertama tersebut, produktivitas petani setempat menurun drastis dari 5-6 ton per Hektare menjadi 3 ton per Hektare.
Baca juga: Pusri pastikan distribusi pupuk subsidi sesuai e-RDKK Kementan
Demi menyelamatkan produktivitas sawah pada musim tanam kedua ini, petani akhirnya terpaksa membeli pupuk komersial dengan harga Rp500.000 per karung. (Kebutuhan 6 karung per Hektare). Sementara harga pupuk subsidi berkisar Rp110.000 per karung.
“Dengan keadaan ini, kami tidak masalah jika pupuk subsidi dihentikan, asalkan kami tidak sulit mendapatkan pupuk dan harganya terjangkau. Tidak seperti saat ini,” kata dia.
Keinginan ini juga disampaikan, Ilham, petani Desa Muara Dunia, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir. Dirinya tak mempermasalahkan jika pupuk subsidi ini dihapuskan oleh pemerintah.
“Tidak ada gunanya juga, kami pun sulit mendapatkan pupuk. Masih juga terpaksa beli pupuk komersial yang harganya mahal karena barang sedikit,” kata dia.
Ilham menyampaikan kondisi ini semakin menyulitkan petani, karena harga gabah juga anjlok hanya Rp3.500 per Kg, atau turun dari Rp4.000—Rp4.200 per Kg.
“Jika dihitung, saat ini modal kami untuk satu Hektare Rp10 juta, sementara yang didapatkan setelah panen setelah dihitung biaya produksi, benar-benar tidak imbang. Jika dibagikan hanya Rp10.000 per hari (satu kali musim tanam Rp4 bulan),” kata dia.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI Riezky Aprilia mengatakan legislatif sudah mengetahui persoalan yang terjadi di tingkat petani dalam skema penyaluran pupuk subsidi ini.
“Senin (29/3) kami akan rapat dengan tiga kementerian terkait, untuk mempertanyakan persoalan pupuk subsidi ini. Jika memang tidak berdampak ke petani, bisa jadi program ini dicabut saja,” kata Riezky.
Menurutnya, dana yang sudah dialokasikan untuk pupuk subsidi senilai Rp33 triliun itu dapat dialihkan ke program lain yang lebih tepat sasaran, semisal program pasca panen subsidi harga gabah.
Baca juga: Anggota DPR Riezky Aprilia soroti kinerja Kementan dinilai belum optimal