in

PKL Mulai Berjualan di Pasa Ateh

Wako Klaim Bangun 1.994 Kios di Jalan Perintis

Memasuki hari ketiga pascakebakaran yang menghanguskan kawasan Pasa Ateh Bukittinggi, geliat ekonomi mulai terlihat. Sejumlah pedagang kaki lima yang rata-rata menjual aneka aksesoris, mulai menggelar lapak dagangannya di bawah area pertokoan yang hangus terbakar tersebut.

Sebagian pedagang lainnya, tampak masih sibuk mengevakuasi barang dagangannya ke luar area pertokoan yang terbakar pada Senin (30/10) lalu. Soal penyebab kebakaran, sampai kemarin masih diselidiki Tim Inafis Polda Sumbar.  

“Kalau tidak berdagang, keluarga kami mau makan apa? Hanya ini satu-satunya mata pencarian kami,” ujar salah seorang PKL yang menjual aneka aksesoris yang enggan namanya dikorankan ketika ditemui Padang Ekspres, kemarin (1/11).

Di sisi lain, sebagian PKL lainnya yang biasa berjualan di depan blok A hingga blok C, meminta pemko segera mengambil keputusan tegas.

“Kami dilarang berjualan di sini. Lapak telah dibongkar. Sementara ada juga yang mulai berjualan. Kalau tidak ada ketegasan, bakal muncul kesenjangan. Kami berharap maksimal tiga bulan lagi sudah bisa berjualan lagi, kalau tidak kami mau makan apa?” ujar Fernando, pedagang aksesoris.

Tetap ke Jalan Perintis 

Dalam kesempatan terpisah, meski belum tercapai kata sepakat antara pedagang dan pemko, Wali kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias tetap kukuh bakal merelokasi para pedagang korban kebakaran ke Jalan Perintis Kemerdekaan. Dia menilai proses pemindahan harus dilakukan secara utuh dan tidak terpencar. Jika pemindahannya dipisah-pisahkan, dikhawatirkan memancing kesenjangan berujung pada kecemburuan.

Hal ini dipaparkan Ramlan ketika diminta pimpinan DPRD Bukittinggi untuk memaparkan gambaran terkini situasi Pasa Ateh dan pedagang korban kebakaran dalam sidang paripurna beragenda persetujuan bersama program pembentukan perda Bukittinggi tahun 2018 bersama DPRD setempat, di gedung DPRD Bukittinggi, kemarin (1/11).

“Jalan Perintis Kemerdekaan sudah kami ukur bersama Dinas PU, dan kondisinya memungkinkan untuk membangun sekitar 1.994 kios. Kalau diarahkan ke Jalan Minangkabau atau pelataran Jam Gadang dikhawatirkan sulit membuat area parkir bagi para pembeli. Nah, jika tidak ada lahan parkir di lokasi pasar penampungan, otomatis pembeli lari ke pasar lain,” terang Ramlan.

Pihaknya merencanakan, pasar penampungan di Jalan Perintis Kemerdekaan mampu menampung parkir bus pariwisata. Mulai dari pangkal jalan hingga batas Jenjang Gudang bakal dijadikan area parkir. Selebihnya, dari Jenjang Gudang sampai Pasar Dama dijadikan lokasi pasar penampungan. 

Ramlan berjanji bakal membuat pasar darurat tersebut lebih representatif untuk seluruh pedagang. Di mana, lantainya dicor, pintu rolling door plus plafon menggunakan baja ringan dan pakai spandek. “Intinya, lokasi relokasi kelak kita usahakan senyaman mungkin. Sehingga, pedagang dan pembeli nyaman bertransaksi,” kata Ramlan.

Wali kota dari jalur indpenden itu, juga membeberkan alasannya membongkar lapak PKL di sekitar Pasa Ateh. Mengingat, lapak PKL tersebut menutup lorong jalan yang menyulitkan mobil pemadam kebakaran masuk ke lokasi. Sehingga, Senin (30/10) sekitar pukul 09.30, dia putuskan untuk membongkarnya. “Sekaligus mengantisipasi agar api tidak menjalar ke blok lain,” bebernya.

 Dari hasil pendataan, Pemko Bukittinggi mencatat sebanyak 354 ruko ludes terbakar atau 99 persen bangunan di lantai II habis dilalap si jago merah. Pihaknya juga sudah melaporkan musibah itu kepada Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta kementerian terkait lewat surat resmi. “Surat kita sudah direspons staf ahli Wapres,” katanya.

Menanggapi paparan Wali Kota itu, Ketua DPRD Bukittinggi, Beny Yusrial, meminta Pemko Bukittinggi menampung semua aspirasi pedagang. Dengan kata lain, jika memang tempat terbaik untuk merelokasi pedagang adalah Jalan Perintis Kemerdekaan, pemko perlu kembali melakukan musyawarah dengan pedagang.

“Solusinya, pemko perlu bermusyawarah lagi dengan pedagang. Berikan masyarakat pemahaman soal kenapa harus direlokasi di lokasi tersebut,” kata Beny Yusrial pada sejumlah wartawan usai menggelar sidang paripurna.

Jika tetap dipaksakan tanpa kesepakatan dan kesepahaman, dikawatirkan apa yang dibangun dan disediakan pemko berujung sia-sia. “Pasar penampungan selesai, namun pedagang tidak mau menempatinya. Ujung-ujungnya bangunan mubazir. Makanya, pemko dan pedagang harus duduk kembali,” katanya.

Dia juga mengingatkan agar lebih berhati-hati dalam membuat keputusan. Sehingga, ke depan tidak menimbulkan masalah baru. Dengan lahan dan keuangan terbatas, diakuinya memang ada permasalahan yang dihadapi dalam menyediakan lokasi penampungan tersebut. “Namun, perlu juga diingat bahwa Bukittinggi bukan milik pedagang saja. Keindahan dan kenyaman kota tetap harus dipikirkan. Jangan menimbulkan kesan semrawut atau berantakan,” katanya. 

Masih Selidiki 

Di sisi lain, Tim Inafis Polda Sumbar masih melakukan olah TKP di kawasan Pasa Ateh sampai kemarin (1/11). Tim yang didukung berbagai staf ahli sejumlah polres di Sumbar ini, juga dibantu tiga petugas Labfor Medan.

 Pantauan Padang Ekspres, kemarin (1/11), tim terlihat menyisir kembali kawasan yang hangus terbakar mulai tangga masuk lantai dua hingga bagian belakang blok C. Ada yang mengais-ngais bekas puing kebakaran dari berbagai peralatan. Ada juga bertugas mengambil dokumentasi.

Petugas Pemeriksa Tim Puslabfor Polri Cabang Medan, Kompol Roy Siburian kepada wartawan di lokasi pemeriksaan menuturkan, timnya sudah mengumpulkan sejumlah barang bukti untuk dibawa dan diperiksa di laboratorium forensik di Medan.

Kompol Roy Siburian mengatakan, berdasarkan keterangan dari Kapolres Bukittinggi, ada saksi yang mendengar ledakan dan melihat api menjalar di bagian plafon toko saat musibah kebakaran ini terjadi. 

”Kami sampai kemarin masih melakukan pengamatan umum, termasuk mencari data-data awal untuk pemeriksaan. Hari ini (kemarin, red), fokus memeriksa instalasi listrik atau korsleting dan open flame atau api terbuka bukan karena korsleting,” ujarnya.
 
Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), lanjut Roy, dilakukan lewat penyelidikan lebih mendalam. Di mana, penyelidikan difokuskan pada travo dan gardu listrik di area tangga blok C pasar atas, karena di sinilah mulai terlihat percikan api terjadi.

 ”Keterangan saksi petugas keamanan Pasa Ateh di TKP, lewat gardu listrik ini lah awal kebakaran hebat terjadi. Pemeriksaan  bakal terus dilakukan sampai dapat dipastikan penyebab kebakaran,” ulasnya.

 Tim Labfor Medan saat melakukan olah TKP masuk ke lokasi kejadian didampingi pihak Dinas Koperindag, UKM, dan Perdagangan, serta Tim Inafis Polres Bukittinggi dan Polda Sumbar. Termasuk, petugas keamanan yang bertugas sewaktu kejadian.

Kapolres Bukittinggi AKBP Arly Jembar Jumhana mengatakan, dalam meneliti penyebab kebakaran, Tim Laboratorium Forensik Polri Medan melakukannya secara ilmiah. ”Tim Labfor Medan berjumlah tiga orang itu, sudah dua hari melakukan penelitian dan bukti-bukti yang ditemukan di TKP, dibuatkan laporannya. Sehingga hasil identifikasi dan autentifikasi sebab-sebab kebakaran, bisa tergambar nantinya,” ulas Kapolres.

 Biarpun sejauh ini dugaan awal kebakaran akibat korsleting dan ledakan travo di lantai dua blok C sesuai keterangan saksi, namun menurut dia, tak tertutup pula kebakaran ini akibat hal-hal lain, seperti barang mudah meledak, atau bahan berbahaya. “Namun apa pun itu, semuanya diserahkan kepada tim Labfor. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Turun ke Bintan, Gubernur Nurdin Berikan Bantuan Pendidikan Bagi Ribuan Siswa

Zetizen Raih Digital Award Pertama Jawa Pos