in

PNA Modern: Catatan dari Ruangan Kongres

Setelah hari pertama kongres yang diisi dengan acara ceremonial pembukaan yang semarak dengan kehadiran gubernur Aceh Zaini Abdullah yang sempat dipakaikan jas PNA, demikian juga dengan tari Guel dari Gayo, acara di hari kedua lebih banyak terisi dengan rapat-rapat pleno yang serius.

Di permulaan hari, dilakukan pembahasan Anggaran Rumah Tangga, menyempurnakan pembahasan sebelumnya. Pimpinan sidang, lima orang, menjadi bintang acara. Performance mereka benar-benar membanggakan, cerdas dalam berbicara, tegas dalam memimpin rapat, juga sekali-kali melempar candaan untuk menenangkan suasana yang tegang. Mereka adalah Tengku Manan, mantan gubernur GAM wilayah Sabang dan Pulau Aceh, juga bekas ketua DPRK Sabang, Asiah Uzia, salah satu ketua DPP PNA, Suhaimi, anggota DPRK Bireuen, Ruslan, mantan pimpinan SIRA dan pengurus PNA Aceh Timur, dan Zaitun, pengurus PNA Aceh Selatan.

Selepas zuhur, agenda pemilihan ketua umum. Saat pleno ini tiba, anggota sidang tidak sabar untuk segera memberikan dukungan kepada Irwandi Yusuf, padahal Irwandi belum tiba di tempat acara. Beberapa orang berbicara, tidak sabar, secara aklamasi telah menyetujui Irwandi Yusuf sebagai ketua. Namun karena tata-tertib yang disepakati menyatakan bahwa setiap kabupaten/kota harus mengajukan satu nama, maka pimpinan sidang meminta setiap kabupaten/kota memberikan satu nama.

Dimulai dengan Sabang, mereka mengajukan nama Irwandi Yusuf. Disusul dengan kabupaten/kota yang lain, sampai kepada giliran ke-7, Aceh Utara, yang mengajukan Darwati A. Gani sebagai calon mereka. Sorak-sorai mengiringi usulan yang disampaikan oleh Rahul, ketua PNA Aceh Utara. Selanjutnya, semua daerah mengusulkan nama Irwandi Yusuf.

Setelah pengusulan nama, pimpinan rapat meminta kesediaan calon yang diusulkan forum. Darwati menyatakan tidak bersedia sebagai calon Ketua Umum, sehingga dengan aklamasi, Irwandi Yusuf dipilih dan ditetapkan sebagai Ketua Umum DPP PNA.

Ketika diminta untuk berpidato singkat, Irwandi Yusuf dengan nada bergetar dan serius mengucapkan Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raajiun, dua kali. Sekali untuk terpilih sebagai gubernur Aceh dan sekali lagi karena terpilih sebagai Ketua Umum PNA. Guratan wajahnya terlihat beban yang sangat berat karena dua amanah dahsyat yang harus diemban.

Dalam pidato singkatnya, Irwandi mengingatkan agar PNA harus menjadi partai yang lebih kuat, mengajak semua pihak untuk bekerja demi kepentingan Aceh.

Suksesnya acara ini, selain disebabkan oleh peserta rapat yang disiplin dan kader-kader yang cerdas, juga karena tangan dingin dan keberhasilan Irwansyah atau Tengku Muksalmina dalam membangun PNA menjadi partai yang kuat dan modern, yang berhasil menciptakan kader-kader yang bermoral tinggi. Karena keberhasilan Tengku Muksalmina dalam mengelola PNA selama ini, ada beberapa daerah yang mengusulkan agar dia diangkat menjadi ketua Majelis Pertimbangan Partai. Usulan yang disambut baik oleh Steering Committee.

Tarmizi atau Waktar, salah satu ketua PNA sebagai ketua panitia kongres juga patut diapresiasi atas kesuksesan ini.

Untuk pengurus harian PNA dan pengurus lembaga tinggi partai akan dirapatkan oleh 13 orang tim formatur yang dipilih.

Semoga terpilih pengurus yang sehat lahir batin, ikhlas dalam bekerja untuk rakyat dan tidak mendahulukan kepentingan pribadi dan kelompok. Krue Seumangat!

Demikian sedikit catatan dari ruang kongres PNA di gedung Amel, Banda Aceh.

Komentar

What do you think?

Written by virgo

Presiden Apresiasi Inisiatif Pegiat Literasi

Inikah Koalisi “Penghadang” Irwandi – Nova?