Setelah berbulan-bulan tidak saling berkomunikasi, Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt Bandaro Rajo dan Wakil Bupati Rizki Kurniawan Nakasri, dipertemukan “Tuhan” dalam acara “Potang Balimau” di pinggir Batang Maek, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Rabu (22/3).
Dalam acara yang dihadiri Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi Ansharullah, Ketua DPRD Limapuluh Kota Deni Asra, dan pengurus Persatuan Keluarga Pangkalan (PKP) itu, Safar dan Rizki, terlihat salam komando.
“Bupati dan Wakil Bupati salam komando, setelah diajak oleh Gubernur Buya Mahyeldi. Ketua DPRD Deni Asra juga menyaksikan. Mudah-mudahan, ini pertanda baik,” kata Ben Pitopang, anggota Balai Wartawan Luak Limopuluah yang mengabadikan momentum salam komando itu buat pembaca Padang Ekspres.
“Silahkan diambil foto saya,” kata Benpi, panggilan akrab Ben Pitopang. Informasi yang diperoleh Padang Ekspres, tradisi Potang Balimau di pinggir Batang Maek, Rabu (22/3), dihadiri ribuan masyarakat dan perantau Pangkalan.
Potang Balimau sudah bertahun-tahun masuk kalender pariwisata Sumbar, tapi beberapa tahun terakhir, jarang disentuh oleh OPD terkait. Dan baru tahun ini, dapat perhatian serius dari Gubernur Buya Mahyeldi Ansharullah.
Bagi anak nagari Pangkalan, baik yang tinggal di kampung halaman ataupun yang berjuang di perantauan, “Potang Balimau” tidak sekadar tradisi bersampan-sampan atau mandi-mandi di pinggir sungai Batang Maek, sehari menjelang kedatangan bulan suci Ramadhan. Lebih dari itu, “Potang Balimau” memiliki makna luas.
“Melalui “Potang Balimau” ini, kami saling bersilaturahmi. Baik yang di kampung, maupun yang berada di rantau. Potang Balimau ini juga menjadi penanda, bahwa urang Pangkalan, bergembira menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan,” kata sejumlah tokoh Persatuan Keluarga Pangkalan (PKP) Pekanbaru yang “pulang basamo” pada momentum pulang balimau tahun ini.
Berdasarkan sejarah yang pernah diceritakan cerdik-cendikia asal Pangkalan Arfel Muchtar kepada wartawan, potang balimau di Pangkalan memiliki sejarah yang panjang. Konon, dahulu kala, saudagar-saudagar dari Pangkalan Koto Baru, menjadikan sungai Batang Maek sebagai jalur bisnis mereka.
Menelusuri Batang Maek, para saudagar asal Pangkalan berniaga ke sejumlah daerah di nusantara. Bahkan menurut Arfel Muchtar, ada saudagar dari Pangkalan yang berdagang sampai ke Sambas, Kalimantan.
Sepulang dari Sambas, saudagar yang riwayatnya hidup dari mulut ke mulut itu, membawa dua buah mimbar masjid, dengan menggunakan kajang (perahu) berukuran besar dan menelusuri sejumlah sungai.
Salah satu mimbar, diboyong ke Masjid Raya Pasar Bawah Pekanbaru, Riau, tempat saudagar asal Pangkalan banyak bermukim. Sedangkan satunya lagi, dibawa ke kampung halaman.
Nah, mimbar yang dibawa dari Sambas ke Pangkalan tersebut, diyakini sampai di Pangkalan, saat warga setempat sedang menyambut bulan suci Ramadahan dan membangun masjid di pinggir Batang Maek.
Untuk mengenang peristiwa itulah, sebut Arfel Muchtar, warga Pangkalan Koto Baru, setiap kali datang bulan Ramadhan, selalu berbondong-bondong ke pinggir Batang Maek. “Tradisi itu, berlangsung turun-temurun, hingga kemudian kami namai sebagai potang balimau,” tutur Arfel. (frv)