Sumbar,salah satu daerah yang memiliki areal pertanian yang luas. Potensi demikian dimanfaatkan dan digagas sejumlah kelompok
masyarakat dan pemerintah daerah menjadi tujuan wisata (Agrowisata).
Secara umum, konsep agrowisata sebagai suatu kegiatan perjalanan atau wisata yang dipadukan dengan aspek-aspek kegiatan pertanian. Pengertian ini mengacu pada unsur rekreatif yang memang sudah menjadi ciri kegiatan wisata, unsur pendidikan dalam kemasan paket wisatanya serta unsur sosial ekonomi dalam pembangunan pertanian dan perdesaan.
Seiring perkembangannya wisata jenis ini, memberikan berbagai dampak pada bidang pertanian. Seperti diungkapkan Pengamat Pertanian dari Universitas Andalas, Ferdhinal Ashful. ”Konsep agrowisata dan strategi pengembangannya melalui pendekatan komunitas secara praktis sedang dilakukan uji coba di salingka kampus dan beberapa nagari. Dengan maksud agrowisata berbasis komunitas,” katanya.
Sebagai pihak luar, perlu melakukan pengorganisasian komunitas lokal hal tersebut menjadi kunci agrowisata berbasis komunitas. Konsep agrowisata itu adalah upaya mengoptimalkan pengelolaan sumber daya lokal serta mengembangkan nilai tambah ekonomi dari usaha tani yang selama ini dilakukan komunitas petani dengan prinsip partisipatif dan ekologis, sehingga berkelanjutan.
Kendala yang menghambat pengembangannya adalah selama ini agrowisata tidak berbasis komunitas lokal sehingga tidak ada rasa memiliki dan kurang tanggung jawab dari masyarakat sekitar. Hanya orientasi proyek pemerintah atau swasta.
“Solusinya melalui pendekatan komunitas dan masyarakat sebagai subjek atau pelaku utama diharapkan mampu menjadi agrowisata lokal seperti diharapkan. Strategi pemberdayaan dapat dilakukan mulai dari tahap sosialisasi dan membangun kesadaran masyarakat. Kemudian analisa situasi dan penjajalan kebutuhan bersama masyarakat. Ditambah penguatan kapasitas masyarakat untuk mengelola aset komunitas dan mengelola usaha berorientasi bisnis pertanian,” terangnya.
Pengamat pertanian lain Osmet menuturkan agrowisata bagus untuk pertanian. Kegiatan tersebut menjadi peluang peningkatan pendapatan. Namun jika tidak dikelola baik akan berpengaruh dan memberi dampak buruk terhadap pertanian. Ketidaksiapan masyarakat dalam mengelola juga akan membuat agrowisata tidak berkembang pada suatu daerah. Butuh aturan dan pengelolaan yang jelas agar agrowisata dapat berkembang dengan baik.
Ia berpendapat semua lahan pertanian dapat diijadikan agrowisata. Tergantung seberapa besar keinginan masyarakat dalam mengelolanya. Kegiatan itu tidak mengganggu hasil prodoksi, justru akan menjadi peluang lebih untuk mengenalkan dan memasarkan hasil produksi.
“Selama ini hanya sebatas prasarana dan infrastruktur saja. Butuh strategi khusus dalam pengembangannya. Salah satunya mengembangkan tanaman yang diminati masyarakat. Pengembangan bisa dilaiukan dalam level mikro dan makro dan tidak dapat selesai dalam satu pihak saja. Harus ada sinergi antara masyarakat dan pemerintah,” jelasnya.
Rahmi Fahmy selaku pengamat ekonomi dari Unand mengatakan lahan pertanian yang dijadikan agrowisata dapat memberi dua manfaat. Selain hasil pertanian sebagai nilai ekonomi, juga memberi nilai edukasi dalam segala prosesnya. Petani tidak hanya menikmati hasil produksi juga dapat menjual proses kegiatan sebagai edukasi bernilai ekonomi kepada masyarakat.
Biasanya ketika musim panen harga hasil panen akan mengalami penurunan. Adanya agrowisata penyeimbang dalam kerugian tersebut. Mereka memperoleh keuntungan dari hasil kunjungan wisata yang meningkat ketika musim panen tiba.
“Yang perlu diperhatikan dalam pengembangannya adalah kesiapan masyarakat dalam menjaga dan mendampingi kegiatan agrowisata. Bisa dengan memberi pengumuman dan informasi mengenai aturan yang untuk menjaga agriwisata itu,” katanya.
Pengamat ekonomi lain, Rinaldi Ekaputera menjelaskan adanya tren agrowisata berkaitan dengan diluncurkannya dana desa. Pengelolaan tidak dilakukan secara individu tetapi lebih banyak kolektif kenagarian. Dikelola oleh lembaga Badan Usaha milik Nagari (BMNag) bekerja sama dengan masyarakat sebagai pelaku wisata.
Pada dasarnya lahan masyarakat tidak diambil nagari namun lebih di manajemen agar menjadi kunjungan wisata. Untuk merangsang wisatawan masyarakat harus memiliki produk unggulan menjadi ciri khas daerahnya. Jika tidak ini pengunjung akan cepat bosan.
Kendalanya masyarakat belum sebagai pelaku wisata yang akan memberikan pelayanan prima. Beberapa daerah serentak membuat konsep agrowisata. Menyebabkan terjadinya kompetisi pada setiap daerah bersaing. Agrowisata tidak mulu tentang pertanian bisa juga dikombinasi dengan peternakan.
Peran BUMNag sangat dibutuhkan dalam pengembangannya. BUMNag dapat melakukan edukasi kepada masyarakat dalam pelayanan prima. Selain itu, BUMNag juga dapat membangun inkubator bisnis dalam pengembangannya seperti pengadaan mini markeg disektor pertanian.
“Triknya perlu penguatan kapasitas dari SDM. Bersikap kolektif, kerjasama dengan pihak terkait. Dalam agrowisata juga dapat ditampilkan budaya sebagai penarik pengunjung. Agrowisata dapat diubah hanya jangan sampai kehilangan keasliannya atau butuh protect culture agar tetap asli tanpa kehilangan fungsi,” ucapnya.
Sementara pengamat wisata, Ian Hanafiah yang juga selaku Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Sumbar mengungkapkan kendala dalam pengembangan agrowisata selama ini adalah akses. Jika pemerintah ingin memajukan wisata suatu daerah harus memperhatikan akses terlebih dahulu. Beberapa objek wisata membutuhkan akses yang sesuai kondisi dan potensinya serta membatasi suatu aturan yang mengatur keberadaan sebuah agrowisata. Agar pengelola tenang dan pengunjung nyaman aturan tersebut dapat dibuat berupa larangan atau himbauan kepada pengunjung. Agro merupakan wisata minat khusus berpotensi ekonomi.
Perkembangannya dibuat berdasar rencana pemerintah daerah (pemda). Keseriusan pemda dapat dilihat dari konsep yang diajukan. Berdasarkan konsep tersebut pemerintah mengerjakan secara fokus dan bertahap. Potensi apapun pada daerah harus dikembangkan dan ini membutuh perencanaan dan anggaran yang besar serta butuh waktu dalam pengembangannya.
“Sekarang pemerintah sudah mulai fokus dalam pengembangannya. Pengembangan wisata sudah dilakukan secara tahap bertahap. Konsep agrowisata itu sudah diajukan dalan perencanaan atau tidaknya saya juga tidak tahu. Yang jelas hal tersebut akan menentukan arah pengembangannya wisata nantinya,” katanya.
Dukungan pemerintah, dilakukan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sumbar, Candra. Seperti agrowisata di Lubukminturun muncul di hari pangan sedunia tahun 2013 yang dilakukan di Padang. Tahun 2013 dan 2015 mulai dianggarkan dan daerah tersebut dijadikan kawasan wisata. Melibatkan Dinas Pariwisata, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Kehutanan, Dinas PU dan lainnya. “Lebih kurang tujuh dinas yang dilibatkan,” jelasnya.
Konsep desain dalam membangun agrowisata tersebut ditanggung oleh PU. Seperti pagar, jalan keliling, lampu-lampu dan lainnya. Kemudian seperti peternakan ada kandang sapi dan ayam. Dinas perikanan penyedian kolam, kemudian Dinas Kehutanan penyediaan jamur tiran dan koleksi bibit hutan.
“Sebenarnya, di tahun 2016 pernah dikelola oleh pihak ketiga. Lantaran ada saber pungli pihak tersebut tak boleh lagi mengelola sehingga diajukan Perda. Sampai sekarang Perda tersebut belum selesai. Sehingga wisata ini dikelola oleh dinas sementara Balai Benih Induk Tanaman Padi Palawija dan Hortikultura. Agrowisatanya sudah jalan cuma Perdanya belum ada,” jelasnya.
Kegiatan di wisata tersebut seperti penyediaan benih, dan edukasi terkait seluk beluk pertanian. Mulai menanam, panen, mencangkok dan lain sebagainya. Menurutnya Agrowisata di Lubukminturun tersebut sudah lengkap hanya saja kemasannya saja yang belum ada.
Sementara, Kepala Seksi Usaha Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Budaya Padang Edral Pratama mengatakan saat ini masyarakat membutuhkan wisata hijau tersebut. Sehingga potensi lahan pertanian di daerah Lubukminturun bisa di manfaatkan seoptimal mungkin. “Ini bisa memberikan potensi di bidang ekonomi. Misalnya jika pengunjung ramai masyarakat pasti akan menyediakan tempat penginapan. Otomatis itu adalah dampak ekonomi bagi masyarakat,” jelasnya.
Bahkan dengan adanya agrowisata tersebut, kondisi alam juga bisa dilestarikan. Sehingga tidak merusak kehijauan alam oleh pembangunan.
Pemko Solok juga mendukung konsep agrowisata ini. Kasi Holtikultura Dinas Pertanian Wati mengatakan konsep agrowisata di Kota Solok adalah satu kawasan yang bisa menyediakan berbagai jenis tanaman, dari bunga krisan, cabai, kopi, kakao, dan lainnya.
“Kita punya rencana induk pariwisata kota, yang saat ini sedang disusun, hingga ditentukan beberapa spot dari Payo, Pulau Belibis, dan BBI Sarasah Batimpo,” ujarnya.
Tetapi untuk yang di wilayah Payo ini, pihaknya juga bekerjasama sama dengan Balitbantang Kementerian Pertanian untuk grand desain. Untuk menentukan, serta untuk mengetahui jenis tanaman yang cocok dengan kondisi tanahnya, seperti halnya tanaman manggis cocoknya didataran tinggi dengan kondisi tanah yang gembur dan peruntukkan tanamannya.
Dalam pengembangan agrowisata ini, seluruh OPD terkait lainnya akan terlibat seperti urusan manusianya. Sehingga nantinya masyarakat sekitar harus siap dan mampu menjadi masyarakat bisnis/pengusaha.
Menanggapi hal yang sama, Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Solok Anthony Ibnu mengungkapkan seluruh SKPD di Kota Solok untuk saling bekerjasama mewujudkan kota agrowisata di Kota Solok ini. Seperti halnya Dinas Pariwisata dalam upayanya membantu kelompok sadar wisata (Pokdarwis), yang akan dibina, bagaimana cara ia menyambut para turis lokal dan mancanegara berkunjung datang ke Kota Solok.
Di Kabupaten Pasbar, melalui Kabid Sarana Prsarana, Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Peternakan Kabupaten Pasbar, Yuhendri mengatakan sampai saat ini pihaknya tidak mengetahui ada pihak yang merintis untuk membangun agrowisata di Pasbar. Sehingga belum ada anggaran untuk membantu dan membina program agrowisata tersebut.
Namun walaupun demikian, pihaknya tetap berupaya keras untuk mendorong agar agrowisata yang ada di Pasbar, terutama yang di Silaping dilakukan akan dilakukan pembinaan dengan baik. Tentu yang bergerak dibidangnya, misalnya untuk tanaman agronya bisa mereka bantu.
Sedangkan untuk potensi objek wisatanya tentu ditujukan pada Dinas Pariwisata Pasbar. Kemudian kalau untuk membantu langsung secara pribadi belum ada anggarannya, terkecuali nanti melalui kelompok wanita tani. (*)
LOGIN untuk mengomentari.