Revisi Kurikulum Kuliah Calon Guru
Rencana pemerintah menghapus mata kuliah praktik mengajar untuk sarjana keguruan, menuai banyak catatan di publik. Di antaranya penghapusan itu harus diikuti dengan penambahan praktik-praktik baru lainnya. Tujuannya untuk mendekatkan calon guru ke lingkungan sekolah.
Guru besar pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rochmat Wahab mengatakan, jika nanti pemerintah sudah memutuskan menghapus kuliah praktik mengajar, kampus akan mengikutinya. Namun dia memberikan catatan, upaya membangun kedekatan mahasiswa calon guru kepada lingkungan sekolah harus tetap ditanamkan.
“Tidak masalah praktik mengajar di S-1 keguruan dihapus, kemudian digeser ke pendidikan profesi guru (PPG),” kata mantan rektor UNY itu, kemarin (20/5).
Dengan catatan mata kuliah keguruan yang selama ini hanya teori di dalam kelas, harus ada praktiknya di sekolah. Misalnya mata kuliah psikologi pendidikan, pengembangan kurikulum, metode pembelajaran, pengembangan media pembelajaran, dan sebagainya.
Rochmat mengatakan mata kuliah tersebut, selama ini 100 persen diselenggarakan di kampus. Nah jika nanti praktik mengajar dihapus, maka mata kuliah tersebut harus disisipi praktik terjun ke sekolah. “Terjun ke sekolah bukan sebagai guru. Tetapi mahasiswa,” jelasnya.
Mahasiswa bisa terjun ke sekolah untuk meneliti psikologi pendidikan siswa. Bagaimana psikologi anak yang pintar dalam mencermati paparan guru. Kemudian mahasiswa keguruan juga bisa praktik membuat pengembangan kurikulum bersama guru-guru di sekolah.
Menurutnya kehadiran mahasiswa keguruan di sekolah itu sudah menjadi identitas. Tidak boleh dihapus. Dia mencontohkan mahasiswa pendidikan dokter. Meskipun nanti ada pendidikan profesi guru, mahasiswa pendidikan dokter tetap terjun ke rumah sakit. “Meskipun belum menjalankan tugas layaknya dokter,” pungkasnya.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir mengatakan, pemerintah memang sedang memperbaiki kuliah keguruan. “Tujuannya supaya dapat mencetak guru-guru berkualitas. Ujungnya menghasilkan lulusan siswa yang memiliki kompetensi,” katanya.
Mantan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu menyebut, selama ini banyak keluhan dari kalangan industri. Mereka tidak bisa menyerap lulusan SMK, misalnya, karena kompetensinya kurang.
Setelah ditelusuri, ternyata dari proses pembelajarannya kurang baik. Dia berharap program pembenahan proses kuliah calon guru ini juga didukung oleh kampus lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). (*)
LOGIN untuk mengomentari.