GHOUTA – Pemerintah Suriah mengirim bantuan personel militer ke Ghouta Timur. Tambahan personel itu dilakukan untuk mengintensifkan serangan ke kawasan yang masih dikuasai kelompok milisi oposisi itu, Rabu (7/3) waktu setempat.
Setidaknya 700 personel militer tambahan yang berisi tentara dan milisi pro pemerintah tiba di garis depan Ghouta Timur. Sejauh ini pemerintah telah menguasai 45 persen kawasan selama operasi militer beberapa hari terakhir. Sementara, oposisi Suriah menolak tawaran Russia untuk memberikan kawasan yang mereka kuasai kepada Presiden Bashar al Assad.
Militan bersikeras tidak akan melakukan negosiasi apapun dengan pemerintah Russia. Pihak oposisi di Ghouta Timur menegaskan untuk tetap mempertahankan kawasan teritorial yang mereka kuasai. Juru Bicara oposisi Hamza Birqdar mengatakan, kelompok oposisi akan terus memperjuangkan tanah mereka.
“Tidak ada negosiasi terkait hal ini. Semua faksi yang berada di Ghouta bersama pejuang mereka dan rakyatnya akan berjuang untuk memertahaNkan tanah mereka,” kata Hamza Birqdar. Pemerintah Russia sebelumnya menawarkan jalur keluar yang aman bagi para tentara oposisi untuk meninggalkan Ghouta. Sekutu Presiden Assad itu berjanji akan menjamin keselamatan oposisi beserta keluarga mereka ditambah senjata pribadi.
Angka Kematian
Neraka yang tercipta di Ghouta disebabkan oleh serangan yang terjadi di Ghouta Timur, pada pada 18 Februari 2018 oleh pasukan pro pemerintah Suriah yang didukung oleh Russia. Syrian Observatory melaporkan bahwa angka kematian sipil akibat serangan yang memborbardir Ghouta telah mencapai angka 900 jiwa.
Sebanyak 189 diantaranya adalah anak-anak, dan 83 korbannya adalah wanita. Angka kematian bukanlah sekedar angka, angka-angka tersebut adalah nyawa dari manusiamanusia tak berdosa yang terjebak dalam neraka konflik rezim Al-Assad dan pasukan Gerilyawan.
Afp/P-4
